Akibat Ke Dukun Part 4
PACAR MENJADI SOLUSI
Di sekolah aku tidak bisa konsen. Aku terus terbayang keindahan tubuh Mamaku dan nikmatnya mengentoti tubuh mulus itu. Kulit Mama begitu halus dan lembut. Ototnya begitu kenyal tanda berolahraga. Aroma tubuhnya begitu harum terasa menusuk hidung. Namun aku belum puas. Aku ingin menciumi tiap jengkal tubuh Mama.
Pikiranku mencoba mencari cara untuk mendapatkan Mama. Bagaimana caranya agar ia mau dicumbu olehku. Sepanjang jam pelajaran otakku berputar-putar untuk mendapatkan jalan keluar masalah ini. Bahkan, cewek gebetanku selama ini yang bernama Siska tidak aku pedulikan. Siska berusaha mengajakku ngobrol waktu bel istirahat.
Aku dikagetkan ketika sedang berjalan ke arah mobilku oleh Siska. Ia memojokkanku dan berkata,
“Ken. Elo kok jadi pendiam akhir-akhir ini. Siska lihat kamu sekarang suka menyendiri dan tidak mau bergaul?”
Aku yang sedang pusing memikirkan cara menaklukkan Mama, menjadi sedikit geram. Siska adalah cewek Menado yang tinggi semampai dan berbadan aduhai. Dia adalah model paruh waktu yang terkadang muncul di majalah remaja perempuan. Walaupun bukan untuk cover majalah, namun dia terkadang suka difoto untuk produk-produk baju remaja.
Cukup lama aku mengejar cewek ini. Namun dia suka jual mahal. Kami hanya beberapa kali menonton film di bioskop dan makan di beberapa restoran terkenal. Akupun hanya mendapatkan cium pipi dan pegang-pegang tangan. Selebihnya Siska menolakku. Pernah aku mencoba menggerepe toketnya, Siska malah marah dan menamparku.
Melihat Siska menghadangku begitu aku berkata ketus,
“Lo mau ngapain sih?”
Siska tampak terpukul oleh perkataanku dan di matanya kulihat ada kilatan marah mengancam. Katanya.
“Elo udah punya cewek baru ya? Ngaku deh!”
“Cewek baru? Emangnya gue selama ini punya cewek, apa?”
“Oh begitu? Jadi hubungan kita selama ini elo anggap apa?”
“Tau deh. Yang jelas bukan pacaran. Elo gue cium bibir aja nggak mau.”
“oke. Gue ngerti. Jadi sekarang elo udah punya cewek yang mau elo cium-cium gitu?”
“Apaan sih? Gue belum punya pacar sampai sekarang. Dari dulu juga enggak punya. Elo jangan belagak cemburu gitu deh. Pacar juga bukan. Udah deh, gue mau pulang.”
Aku bergegas meninggalkan Siska. Namun, tiba-tiba Siska memegang tanganku.
“Elo marah ya?” tanyanya kepadaku.
Aku tidak tahu harus berkata apa. Yang jelas aku sedang pusing mikirin Mamaku dan kini Siska yang cantik itu sedang menggelayuti tangan kananku, dadanya ditekan sehingga aku merasakan payudara kirinya menempel di lenganku itu.
“Sis. Gue udah cape. Tolong deh, jangan bikin gue frustasi begini. Kita temenan aja. Bener-bener temenan. Bukan flirting-flirting kayak gini. Gue udah ga tahan.”
“Emang elo ga tahan mau ngapain?” tiba-tiba saja suara Siska terdengar manja sekali. Kulihat wajah cantiknya, matanya yang belo menatapku begitu sayu, hidung mancungnya dikerutkan sementara mulutnya yang manis dimajukan, tampak menggoda sekali. Tiba-tiba saja aku merasakan kontolku ngaceng. Aku yang sedang frustasi karena Mama, menjadi gelap mata dan berkata.
>>> Nonton Bokep Viral Freestream <<<
“Gue mau perkosa aja, gimana?”
Siska terkejut mendengar kata-kata vulgarku. Pegangannya mengendur. Aku pikir sekarang doi sudah takut kepadaku. Aku sedikit lega lalu ku tarik lenganku dari pegangannya dan kemudian berjalan ke mobil tanpa berkata apa-apa.
“Ken…” Siska memanggilku. Dengan malas aku menoleh. Aku mendapatkan matanya berkaca-kaca.
“Lo kenapa Sis?”
“Kok elo jahat gini sih? Ngaku aja deh kalo kamu udah dapet cewek baru…”
Melihat Siska ternyata ada hati kepadaku, aku merasa sayang kalo kesempatan ini berlalu begitu saja. Maka kataku sambil mendekatinya.
“Sis. Gue belum punya pacar. Titik. Gue dari dulu ngejar-ngejar elo, tapi ga ada hasil sampai sekarang.”
“Kan Elo yang ga pernah nembak gue, Ken?”
“Soalnya gue ga ngerasa elo sayang sama gue. Buktinya dicium aja enggak mau. Gue pegang-pegang juga ga mau. Gue ga merasa elo cinta kepada gue sebesar cinta gue ke elo, Sis…”
Mulut Siska perlahan menunjukkan senyum kecil.
“Jadi elo cinta sama gue, gitu?”
Aku merasa kalau sudah basah ya nyebur aja sekalian. Maka aku menggombal dan bilang,
“Banget.”
Perlahan Siska berkata,
“Aku juga cinta sama kamu…”
“Siska,” kataku pelan,” Kita ini hidup di jaman modern. Sekarang cinta bukan sekedar kata-kata. Kalo elo emang sayang sama gue, elo harus membuktikannya.”
Ada semburat rasa takut kulihat di matanya. Siska mengerti bahwa aku ingin make love dengan dia. Maka aku menyambung.
“Dan kalau ada keraguan di pihak elo, sebaiknya kita sampai di sini saja.”
Siska tampak shock mendengar perkataanku dan hanya termangu dengan rasa takut di matanya. Aku yang melihat bahwa hasil dari percakapanku ini setidaknya berguna bagiku. Bila Siska tidak mau, aku jadi bebas memikirkan hubunganku dengan Mama, namun bila Siska mau aku akan mendapatkan tubuh cewek remaja ini.
Beberapa saat tak ada tanggapan darinya, aku segera berjalan meninggalkan Siska. Setidaknya tidak ada lagi yang mengganggu, pikirku. Aku bebas mencari cara untuk mendapatkan Mama. Namun, betapa kagetnya ketika aku mematikan alarm dan membuka pintu mobil, Siska tampak berjalan ke arah pintu yang satu lagi dan lalu membuka pintu itu dan duduk di sampingku.
“Bokap sama Nyokap Lo di rumah?” tanyaku. Siska menggeleng. “Kak Sandra?”
Siska menggeleng lagi. Maka aku menjalankan mobilku menuju rumahnya. Sepanjang jalan tangan kiriku meraba-raba rok seragam sekolah Siska. Berhubung mobilku matic, maka tangan kiriku bebas berkelana. Kali ini Siska tidak menolak, bahkan ketika tanganku dengan bernafsu menarik rok itu ke atas dan menyusup ke dalam.
Ketika tangan kiriku mulai naik, kulihat dada Siska mulai naik turun lebih cepat. Entah karena horny atau sedang ketakutan aku tidak tahu. Namun tidak ada penolakan dari Siska. Siska tetap diam saja sambil melihat jalanan. Aku lalu mengobokkan tanganku ke selangkangannya. Celana dalam Siska halus sekali.
Akhirnya kami sampai di rumah Siska. Celana dalamnya sudah basah oleh cairan kewanitaannya. Bau kelamin Siska mulai tercium di kabin mobil. Bau tubuh Siska berbeda dengan Mama, namun keduanya bagiku sungguh harum dan memabukkan. Kepalaku sudah pusing tujuh keliling dan waktu bergerak cepat sekali.
Kami tahu-tahu sudah ada di kamarnya. Pembantu-pembantu Siska sedang asyik mengurus rumah. Siska adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakak perempuan yang sulung sudah kuliah semester empat dan jarang di rumah karena aktif di kampusnya. Papa Mama Siska adalah tipikal orang kaya yang jarang di rumah pula.
Siska berdiri menghadapku dengan seragam sekolahnya. Tinggi badannya 168 cm. sedikit lebih pendek dariku. Tubuhnya proporsional. Dadanya tidak besar, bahkan terlihat lebih kecil dari Mamaku. Namun tetap saja cukup mancung di balik bajunya. Entah karena BH atau tidak, aku akan segera mengetahuinya.
Aku merengkuhnya dalam pelukanku. Kucium bibirnya. Kurasakan ia memberikan perlawanan dengan bibirnya walaupun dalam pengamatanku perlawanannya itu tidak begitu hot. Entah karena Siska malu atau memang tidak begitu berpengalaman. Perlahan tangannya mulai merangkulku. Kumainkan lidahku perlahan untuk menyapu bibirnya.
Aku melepaskan rangkulanku dan menarik tangannya sehingga rangkulannyapun terlepas juga. Dengan perlahan aku membuka kancing seragam sekolahnya. Siska memejamkan matanya. Perlahan-lahan kemejanya terlepas. Aku dapat melihat BH putihnya. Lembah antara kedua dadanya terlihat menyembul di balik kemeja yang kancingnya telah terlepas.
Aku kemudian merangkul tubuhnya untuk melepaskan pengait roknya yang berada di belakang. Kubuka resletingnya, lalu dengan tarikan perlahan akhirnya rok seragam abu-abu itu jatuh ke lantai. Kini gadis tercantik di sekolahku berdiri hanya menggunakan BH dan CD putih.
Perlahan aku membuka BHnya. Kulempar BH itu setelah pengaitnya terlepas. Aku menahan nafas melihat kedua payudara putihnya yang bulat tegak dengan puting yang masih rata dengan areolanya menghiasi kedua gunung kembarnya dengan sempurna. Letak pentilnya hampir tempat di tengah-tengah. Berhubung payudaranya tidak besar maka tidak terlihat turun seperti halnya perempuan yang memiliki toket gede.
Aku mencium tetek Siska yang sebelah kiri dengan perlahan, tepat di bulatan bagian atasnya. Siska mendesah perlahan. Kulitnya begitu halus dan kenyal. Bau parfum Davidoff begitu manis tercium dari kulitnya. Aku menciumi sekujur toket Siska yang bulat itu dengan gerakan searah jarum jam, menghindari pentilnya yang merah muda.
“mmmmmhhhhhh…” Siska menggumam-gumam keeenakan saat lidahku mulai menjilati bukitnya itu. Lidahku bagaikan menari di atas kain sutera yang begitu halus dan harum. Mulutku tak sabar mulai menyedoti gundukan itu. Kusedot dan kuhisapi payudara kiri Siska hingga tak lama bekas cupanganku tercetak di sana-sini.
Sementara, tanganku mulai menarik tali celana dalamnya ke bawah. Dengan bantuan kaki kananku, aku menginjak celana dalam Siska saat CD itu sudah di lututnya. Kemudian aku melepaskan rangkulanku dan mundur selangkah untuk melihat pemandangan indah di hadapanku.
Siska telanjang bulat di depanku dengan wajah yang malu-malu ditundukkan. Kulihat jembut Siska tidak selebat jembut Mama. Namun tampak jembut itu dicukur rapi segitiga. Bibir luar vaginanya atau labium majoranya tampak terlihat rapat tertutup di bawah jembutnya yang keriting itu.
Birahiku sudah tinggi sekali. Aku segera melepaskan bajuku secara tergesa-gesa. Pakaianku kulempar dengan cepat sehingga berjatuhan di lantai di sana-sini. Aku gendong Siska sambil kuserang bibirnya, lalu aku setengah terjun ke tempat tidurnya.
Aku sudah mabuk oleh birahi, sehingga nafsuku menjadi liar. Kujilati seluruh wajah Siska mulai dari kepala sampai dagu. Bahkan lubang hidung Siska beberapa saat ku rogoh dengan lidahku. Aku ingin merasakan seluruh jengkal wajah cantik gadis ini. Aku sungguh merasa beruntung, karena gadis model ini mau disetubuhiku.
Mulutku mulai bergerak menjelajahi lehernya. Tak lama leher Siska sudah bau mulutku dan dipenuhi ludahku. Cupanganku mendarat di berbagai tempat di lehernya dan meninggalkan bekas di sana-sini. Tubuh ini adalah milikku dan cupanganku adalah tanda bahwa lahan ini sudah dimiliki. Bukan lahan pribumi tentunya, karena aku keturunan Tionghoa.
Lalu mulutku mulai menggarap dadanya. Lembah antara kedua bukit kembarnya begitu seksi karena terlihat begitu dalam disebabkan payudaranya yang begitu mancung dan agak berjauhan. Ada tahi lalat kecil di lembah payudaranya. Tak lama lembah itu penuh dengan liur dan bekas cupangan. Siska mulai mengerang kecil sambil menyebutkan namaku.
“aaaahhhh… Keeeen… Aaaaaaahhhhhh”
Kemudian mulutku mulai mengembara di payudara yang sebelah kanan. Berhubung toket kirinya sudah penuh cupanganku. Kujilati gundukannya terlebih dahulu, karena inilah kesukaanku. Aku suka menjilati gundukan terlebih dahulu sebelum akhirnya bercokol di pentil perempuan. Kukenyot-kenyot tetek kanan Siska dengan penuh nafsu sementara Siska memeluk erat kepalaku sambil meremas-remas rambutku.
Cukup lama aku mengenyoti payudara Siska yang imut itu. Akhirnya aku mulai menjilati perut gadis itu. Aku mengenyoti pusarnya yang tampak menggairahkan. Pusarnya bagaikan celah yang sempurna. Kusodoki celah itu dengan lidahku, kukenyoti celah itu, sementara bau tubuh Siska mulai memenuhi ruangan. Kugerakkan mulutku ke bawah lagi, dan lidahku mengenai bulu kemaluannya.
Aku beringsut duduk dan membuka pahanya lebar-lebar. Bibir luar memeknya masih rapat sekali. Dengan kedua jempolku kubuka bibir luar itu dan melihat kemaluan Siska yang merah muda dan basah mengkilat. aku menerjunkan lidahku ke dalam vagina Siska yang mengeluarkan bau menggiurkan. Siska melenguh keras.
“Uuuuuuuhhhh… Enak Saaaayyyyyy…”
Baru kali ini kudengar kata-kata ‘say’ keluar dari bibir Siska. Aku kini paham bahwa gadis ini sudah jadi milikku sepenuhnya hari ini. Apalagi bila aku telah menyetubuhi Siska, tentu akulah yang akan menjadi satu-satunya lelaki di dalam hidupnya.
Kunikmati air kemaluan Siska. Lubang memeknya begitu lembek, hangat dan basah. Mulutku kini sudah basah oleh cairan vagina Siska. Bau tubuh Siska begitu kerasnya sehingga walaupun sudah bercampur dengan air liurku, bau mulutku tidak tercium sama-sekali di kemaluannya. Hanya bau tubuh Siska yang dapat tercium di hidungku.
Aku pikir sudah saatnya menuntaskan rasa hausku akan tubuh Siska. Maka aku segera mengarahkan kontolku ke lubang memeknya dengan tangan kananku, sementara tangan kiriku menopang badanku yang telah kugerakkan sehingga berada di atas tubuh Siska. Aku sodok pantatku sehingga tahu-tahu kepala kontolku melesak ke dalam.
Memek Siska sangat sempit. Dinding vaginanya menjepit kepala kontolku dengan begitu kuatnya sehingga ada rasa linu yang kurasakan. Namun dipihak lain, kemaluan Siska demikian hangatnya dan lembab sehingga menimbulkan sensasi yang begitu nikmat. Siska menjerit kecil lalu merangkulku erat-erat.
“Sakiiiit saaaay…”
Aku menindih Siska dengan kedua tangan di samping sehingga sedikit membagi beban agar Siska tidak menopang tubuhku seratus persen. Kucium bibirnya dengan rakus. Siska meremas-remas rambutku sambil membalas ciumanku juga dengan penuh nafus. Kusodok lagi kontolku, namun kontolku tertahan oleh selaput daranya.
“Sakkiiiiiittttt…”
Dengan suara perlahan aku bujuk dia,
“Sayangku… Nanti aku sodok kuat-kuat supaya keperawanan kamu jebol. Pasti akan sakit. Tapi aku janji nanti akan jadi enak. Oke?” karena sudah tumbuh cintaku pada Siska yang selama ini terpendam, aku mulai mengganti elo gue menjadi aku kamu.
Dengan dahi berkerut menahan sakit dan mulut bawah yang digigit Siska mengangguk. Pelukannya begitu erat kurasakan. Aku segera menyusupkan tanganku di kedua pantatnya, lalu dengan sekuat tenaga aku menghantamkan pantatku ke depan sehingga robeklah selaput daranya dan seluruh kontolku amblas masuk ke liang senggama Siska.
Siska berteriak sambil memelukku dengan kedua tangan dan kakinya. Kakinya merangkul paha belakangku erat-erat. Kurasakan memek sempit Siska menggenggam kontolku erat sekali. Kontolku senat-senut jadinya.
“Kalau udah reda sakitnya, kamu goyang pantatmu maju mundur, ya Say?”
Siska hanya mengangguk sambil tetap meringis dan memejamkan matanya. Aku memeluknya dan mencium bibirnya. Siska membalas pagutanku dan untuk beberapa lama kami berciuman dengan perlahan. Makin lama, ciuman Siska makin hot. Lidahnya mulai menyapu-nyapu dengan cepat. Dan nafasnya mendengus-dengus di hidungku.
Maka aku mulai membalas goyangan pantatnya dengan tusukan pantatku sendiri. Karena Siska baru pertama kali ini ngentot, maka mula-mula susah juga untuk menyeragamkan gerakan kami berdua, namun lama kelamaan kami berdua mulai menemukan irama ngentot yang tepat. Kontolku mengocoki memeknya yang sempit dan hangat itu berkali-kali.
Selangkangan kami terus beradu mengeluarkan bunyi tamparan yang semakin lama semakin keras terdengar. Siska mulai terbiasa ngentot, bahkan kini mulutnya tak mau tinggal diam dan mengimbangi jilatan dan hisapanku. Bahkan kala aku mengenyoti leher dan pundaknya, Siska menciumi dan menjilat pipi dan jidatku.
“Enak yang?” tanyaku.
“he-eh…” jawabnya.
“Memek kamu rapet banget…”
“Ih ngomong jorok… burung kamu aja yang gede, yang.”
“Burung apaan? Kontol… Bilang aja kontol…”
“Ihhh… jorok!”
“Aku marah nih… aku pulang nih…”
“Ah… kamu jahat…”
“Bilang dong kontol…”
“Kontoooolll…”
“Gitu baru pacarku…”
Lalu aku kembali mencium bibirnya sembari mengentoti tubuh Siska yang sintal dan hangat itu.
Kedua tubuh kami sudah mengeluarkan keringat walaupun di kamar yang ber AC. Keringat kami bersatu padu, sementara di selangkangan kami, kedua keringat kami telah bercampur dengan cairan memek Siska dan darah dari selaput daranya.
Lama-kelamaan kami mulai mencapai puncak kenikmatan. Selangkangan kami mulai berbenturan dengan keras karena gerakan pantat kami yang makin cepat dan kuat.
“Yaaaaaang… Kenny sayaaaangggggg… Aku mau pipiiiissssssss…”
“Bukan pipis, neng… itu mau sampeeee… aku jugaaaa…”
Tiba-tiba Siska mencengkram tubuhku kuat-kuat dan kurasakan kemaluannya yang sempit itu bagaikan bergetar bagaikan orang yang sedang kedinginan. Dinding memek Siska bagaikan bernafas cepat yang menyedot-nyedot kontolku. Jebol sudah birahiku, aku akhirnya ejakulasi berkali-kali di dalam kemaluan pacarku yang cantik itu.
Untuk beberapa saat kami bertindihan lemas setelah masing-masing mencapai klimaksnya. Aku segera berbaring di sebelah tubuh telanjang Siska agar tidak menindihnya terlalu lama. Beberapa saat kami terdiam hingga akhirnya Siska berkata.
“Kalau aku hamil, gimana?”
Aku hanya tersenyum dan berkata,
“Ya kita nikah saja. Gitu aja kok repot…”
Siska menyergapku tiba-tiba dan memelukku.
“Oh Suamikuuuu…”
Kami asyik berpelukan dan bercanda sehingga tidak terasa sudah jam empat sore ketika Sandra menelpon Siska. Ternyata Sandra ada kegiatan kampus sehingga baru pulang besok. Kebetulan sekali, pikirku. Maka kami merayakan keberuntungan kami dengan melakukan hubungan seks lagi. Hari itu tiga kali kami berhubungan badan.
Ketika itu sudah pukul delapan malam kala kami baru saja selesai berhubungan seks kali ketiganya saat tiba-tiba HPku bordering. Siska yang cepat-cepat mengambil HPku sambil berkata curiga.
“siapa sih yang telpon malem-malem?”
Namun saat Siska melihat nama yang muncul di layar HP, ia segera memberikannya kepadaku lalu berkata.
“Mamamu… Aku mandi dulu ya, Say…” Lalu Siska bergegas ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.
“Halo,” Kataku.
“Koko… kamu di mana?”
“Di rumah teman…”
“Kok belum pulang sih?”
“Tanggung nih, Ma…”
“Kamu di rumah siapa?”
Aku menimbang-nimbang apakah akan jujur atau tidak. Namun ide brillian tiba-tiba saja muncul di kepalaku. Lalu aku menjawab.
“Di rumah Siska…”
“Siska? Siapa itu? Pacar kamu?”
“Iya, Ma. Emang kenapa?”
“Kok wakuncar bukan di week end? Ini kan hari sekolah… Emangnya orangtua Siska ga marah?”
“Enggak lah, Ma. Orangtuanya kan di singapura…”
“Di sana ada siapa? Ada Kakaknya?”
“Ya enggak lah. Yang ada Cuma Siska, Koko sama pembantu-pembantunya Siska…”
“Apa? Kamu lagi ngapain?”
“Koko lagi tiduran”
“Tiduran?”
“Iya, di kamarnya Siska.”
“Apaaaa????”
“Udah lah, Ma. Koko kan bukan anak kecil lagi. Udah dewasa. Biasa aja kali, Ma.”
“Koko… kamu berhubungan seks sama dia?”
“Iya, dong. Ma. Kan Siska pacar Koko.”
“Kamu itu! Kamu masih kecil! Gimana kalo dia hamil?”
“Masih kecil? Koko udah dewasa Ma. Koko udah pernah gituan sama Mama, kan?”
Mama terdiam. Mungkin sedang bingung harus ngomong apaan. Akhirnya Mama berkata,
“Pokoknya kamu sekarang harus pulang.”
“ga mau ah… Koko mau nginep di sini aja.”
“Apaaa? Kamu ga mau pulang?”
“enggak.”
“Koko! Kamu harus bantu di rumah! Kamu mau jadi orang miskin?”
“Bantu apa, Ma?”
“Jangan belagak bodoh, Ko! Kita harus melakukan ritual kalau ga mau sengsara!”
“Maksud Mama, Koko harus ngentot sama Mama, kan?”
“Anak kurang ajar! Ini Mama kamu, masak ngomong begitu?”
“Ritualnya kan ngentot, Ma. Emangnya ngapain?”
“Kamu jadi bandel begini Ko!”
“Pokoknya Koko ga mau ngentot sama Mama! Ga mau!!!”
Mama terdiam. Ada jeda beberapa saat sebelum Mama berteriak lagi,
“bagus! Kamu anak durhaka! Kamu senang ya kalau kita jadi melarat?!”
Aku belagak terdiam sebentar lalu menarik nafas.
“Sebenarnya Koko ga mau kita melarat, Ma,” kataku pelan,” tapi untuk ngentot sama Mama, koko rasanya ga enak saja”
“Maksud kamu?”
“Abis, setiap kali kita ngentot masa pakai baju, terus ga boleh cium lah ga boleh beginilah begitulah, Koko ga merasa nyaman.”
“Habis mau kamu apa?”
“Koko kalau ngentot sama Siska ngerasa asyik sekali. Karena bisa ciuman dan pegang-pegang sebebasnya. Tapi kalau sama Mama kayaknya gimana gitu. Ga ada kebebasan…”
Mama terdiam agak lama. Lalu Mama berkata perlahan,
“Ya udah, kamu pulang sekarang. Terserah deh kamu mau ngapain…”
Lalu mama menutup telpon. Aku bersorak kegirangan. Akhirnya aku buru-buru berpakaian. Aku pamit pada Siska yang sedang mandi. Siska pikir bahwa Mamaku concern dan ingin anak kesayangannya pulang sehingga akhirnya membiarkan aku pulang. Aku segera bergegas pulang ke rumah dengan memacu mobilku secepatnya.
BERSAMBUNG PART 5







