AKU ADEL DAN INILAH KISAHKU PART XIII
- PART 13
VIDEO CALL DAN KETERKEJUTAN
“Masak dulu deh, laperrrr….”
Ku langkahkan kakiku menuju dapur. Tumis kangkung dan tempe goreng adalah menu makanan yang akan ku buat. Ku petik seluruh daunnya dan ku potong kecil kecil batang batang kangkung itu. Ku cuci lalu ku tiriskan.
Bawang merah, bawang putih serta cabai rawit ku potong seluruhnya. Tempe juga, ia mendapatkan perlakuan yang sama dariku. Aku memotongnya tipis, hanya beberapa potongan saja yang ku anggap cukup untuk aku sarapan kali ini. Tak lupa ku rendam sejenak di mangkok yang berisi air garam.
Kata ibuku, supaya tempenya lebih gurih setelah matang. Aku memasak seluruhnya, mulai dari menggoreng tempe sampai menumis kangkung.
“Huuhhh… matang juga akhirnya!”
Aku mulai melahapnya, dalam sekejap piring makanku sudah terlihat kosong saja. Enak juga ternyata masakanku, aku punya bakat memasak rupanya. Padahal baru sebentar aku memakannya sudah habis saja, rasanya enak atau karna aku memang sudah lapar banget ya? Entahlah…..
Selesai makan, aku termenung sejenak di atas kursi yang sedang aku duduki. Meratapi kisahku yang sedang aku jalani. Sebuah kisah terlarang yang seharusnya tak pernah terjadi, tapi kini malah aku nikmati. Bukan tujuanku menjadi seperti ini, bukan pula maksudku menjalani ini. Semesta mengalir begitu saja, mendorongku agar masuk kedalamnya.
Keberanian akan tantangan perlahan muncul. Mencuat semakin tinggi, memperkokoh ruang pondasi. Tak ada rasa takut yang dulu menyelimuti, sekarang runtuh bersemayam menjauh dari diri.
Malu hanyalah belenggu yang mengganggu. Aku tak butuh itu.
Kepercayaan akan kebersamaan adalah keutamaan. Janji dari hati seakan jadi ukiran yang dibutuhkan. Sementara sesal yang dulu pernah hinggap, hanyalah pelengkap yang telah usang. Tak berguna, tak ada gunanya. Kini tinggal ku nikmati, hati yang terisi kebinalan diri.
“Udah lama aku gak lihat media sosialku, bagaimana ya sekarang? Apa ada update yang benar benar seru? Atau hanya itu itu saja yang diberitakan? Aku juga belum mengabari keluargaku, apa mereka sehat disana?”
Aku rindu adik kecilku Aldi, Aldi Mahesa Putra. Meski sudah beranjak remaja, tapi aku masih menganggapnya seperti adik kecilku. Adik kecil yang dulu selalu bermain bersamaku, tertawa riang, bercanda bahkan tangis yang dilalui bersama.
Tak ada jarak diantara kami, selalu berdua selalu bersama. Sampai kejadian terlarangpun terjadi, meski hanya satu kali. Tapi aku yakin ia menginginkannya lagi.
“Aku chat adikku deh!”
Aku membuka aplikasi pesan, WhatsApp kalian pasti tahu dan menggunakan itu. Ku mulai mengetiknya.
“Assalamualaikum dek, apa kabar? Baikkan dek?”
Kirim….
BOKEP VIRAL FREESTREAM CLICK 👉 ( https://vidio18.com ) 👈
Tinggal ku tunggu balasan darinya, aku tak tahu kapan ia akan membalasnya yang bisa kulakukan sekarang ya hanyalah menunggu.
Satu menit dua menit tiga menit sepuluh menit bahkan tiga pulu menit aku menunggunya, namun belum ada balasan dari adikku. Sampai aku mendengar suara adzan berkumandang, suara yang dulu begitu merdu di telingaku. Suara yang dulu jika aku mendengarnya membuatku terdiam, mencoba memperhatikannya untuk membalas setiap seruannya.
Aku yang dulu antusias mana kala suara itu selesai, itu artinya aku harus melaksanakan kewajibanku. Kewajibanku menghadapnya, Sang Pencipta. Tapi, kini aku mengabaikannya, aku melalaikannya, aku mencoba tak mengingatnya. Kini semua itu bukan kewajiban, bukan pula keharusan aku mulai melupakannya.
Sejenak tinggal disini aku jadi jarang solat ya, padahal aku tahu itu kewajibanku. Tapi apa boleh menyandingkannya dengan kelakuan binalku? Aku tetap melaksanakan kewajibanku, tapi aku juga terus melakukan kebinalanku. Entahlah dosa itu antara aku dan Penciptaku, hanya Beliau yang tahu!
Aku bergegas menuju kamar mandiku, ku ambil air wudhu kemudian. Terlintas sebuah pertanyaan didalam pikiran, apa aku harus mandi dulu? Tapi tadi aku sudah mandi! Apa menggoda seorang tukang sayur membuat diriku kotor? Nggak kan harusnya.
Ahhh… Gatau lah bingung juga mikirin begituan.
Aku menuju kamarku setelah berwudhu. Membuka hijab instanku dan dasterku. Membuka lemari dan mengambil celana dalamku. Aku mengamatinya, jumlahnya semakin berkurang. Beberapa telah ku berikan pada mereka yang telah berhubungan denganku, aku harus membelinya dikemudian hari.
Aku memakainya, mengambil mukena berwarna coklat tua dan memakainya juga.
Aku menggelar sajadah dipojokan kamarku. Mulailah aku melaksanakan kewajibanku dan diakhiri dengan doa. Aku telah selesai menunaikannya. Suara dering notifikasi terdengar dari ponselku, aku langsung mengambilnya dan membacanya. Adikku membalas chatku.
“Waalaikumsalam kak, aku baik kok, baik baik aja. Kak Adel sendiri gimana kabarnya?”
“Alhamdulillah kalau baik baik aja dek. Kakak juga baik kok disini.”
Aku membalas chatnya. Tak lama adikku membalasnya lagi.
“Aku kangen kakak tahu ngga! Sekarang dirumah aku cuma sendirian kak kalau pulang sekolah, gak ada kakak. Sepi! Ibu sama ayah kan pulangnya sore banget kadang malem juga. Aku kesepian kak!”
“Uuududududuhhhh…. Kasian adeknya kakak kesepian, sendirian dirumah. Kakak juga kangen tahu sama kamu, bukan kamu doang dek.”
Aku membalasnya lagi, dan tak lama adikku membalasnya juga.
“Kak video call yuk, aku pengen liat wajah kakak!”
“Boleh dek.”
Tak lama panggilan video pun muncul dilayar ponselku. Aku menerimanya, dan kini kami sedang dalam panggilan video.
“Hallo kak!”
“Hallo dek. Kamu lagi dirumah sekarang?”
“Iya kak, dirumah. Udah pulang sekolah aku, biasa kak pulang cepet gurunya rapat tadi persiapan ujian kelulusan.”
“Ohhh gitu dek, ayah sama ibu gimana kabarnya dek? Mereka sehat kan?”
“Sehat kok kak mereka, cuma ya gitu kerjaannya makin sibuk aja gak ada waktu dirumah.”
“Sabar ya dek, mereka kan kerja buat kita juga. Buat biayain kita.”
“Iya kak, ehh kak Adel betah disana kak?”
“Betah dong dek, disini sepi buat kakak nyaman. Gak berisik kaya disana dek.”
“Hemm gitu ya kak. Muka kakak makin cantik deh aku lihat.”
“Iiihhhh, adiknya kakak kok udah bisa gombal sih sekarang?”
“Bukan gombal kak, itu kenyataan!”
“Iya kah, bukannya dari dulu muka kakak emang cantik?”
“Dan sekarang makin cantik kak, ehehehe.”
“Duhduh… Iya deh iya.”
“Kak tahu nggak, aku sering keinget kejadian waktu itu loh. Terus sering ngebayangin lagi hadiah yang kak Adel kasih buat aku! Aku pikir itu awal perjalanan kita loh kak, aku pikir kedepannya bisa dapet lebih dari itu. Ehh ternyata cuma sekali itu doang, terus kakak pergi deh ninggalin aku sendirian dirumah ini.”
“Yaaahhhh jangan sedih dong dek. Kakak minta maaf deh, dulu kakak mikirnya kan pengen berubah dek. Jadi kakak pengen menyendiri dulu jauh dari suasana yang bikin kakak serba salah itu. Kakak juga malu sebenernya sama kamu dek waktu ketahuan itu. Kakak udah coba berusaha lupain. Ehh kamu malah keinget terus ya dek? Hadiah itu kan…. Ya kakak juga gak nyangka dek bakal ngasih itu ke adek. Cuma ya udah gak ada pilihan lain, ternyata kamu mikirnya lebih dari itu ya dek.”
“Iya lah kak, dikasih yang enak sekali kan pengennya enak terus gitu kak. Ehh ternyata enggak! Tau ngga kak, aku jadi sering coli setelahnya. Gak tahan kak sama sepongan kakak.”
“Ihhh dek bahasanya! Kamu ya jadi gitu ditinggal kakak bentaran doang padahal, udah berubah aja. Jangan keseringan coli dek gak baik tahu!”
“Gak tahan aku kak, lagian aku dirumah juga sendirian kalau habis pulang sekolah. Kan bete, ya coli deh kak hhe.”
“Ihhh jadi mesum gitu kamu dek!”
“Ya habisnya gara gara kakak sih, aku jadi sering sange kalau lagi ngebayangin mulut kakak nyepongin kontol aku, lidah kakak jilat jilatin kontol aku…. Aaarrghhhhh… Sekarang juga aku jadi pengen coli nih kak!”
“Ya ampun adek, bener bener ya ngomongnya jadi vulgar gitu. Kamu kok jadi mesum gitu sih dek, siapa yang ngajarin? Kamu sekolah di sekolah islami kok malah jadi kaya gitu dek?”
“Hhe jangan bawa bawa sekolah deh kak, kalau soal nafsu mah bakalan beda kak. Gak ada sangkut pautnya kak.”
“Iya sih dek kakak juga ngerasa gitu kok sama kaya adek. Ehhhh… Nggak kok dek ngga!”
“Sama kaya aku kak? Apanya yang sama kak?”
“Ngga kok dek ngga,, hhe kakak salah ngomong!”
“Kak Adel aneh deh….”
“Hehe, kamu udah makan dek? Belum kan, makan dulu gih!”
“Apaan sih kak, lagi sange gini malah disuruh makan. Aku kan pengennya coli kak.”
“Kak bantuin aku ya!”
“Bantuin apa dek?”
“Bantuin aku coli kak, hhe. Mau yah kak?”
“Astaghfirullah adek! Kamu ya… Liat dek kakak kan lagi pake mukena, adek tahu kan kakak abis ngapain? Masa disuruh bantuin coli sih dek! Tadi kan kakak abis nyari pahala dek, masa langsung dapet dosa. Gimana sih kamu dek?”
“Yahhh kak.. kak Adel mah tega sekarang sama aku. Udah gak sayang lagi sama adeknya sendiri.”
“Kok gitu sih dek mikirnya? Kakak tetep sayang kok sama kamu.”
“Ya kakak kalau sayang sama aku, ya bantuin aku dong kak. Lupain tentang dosa kak, anggap aja itu gak ada!”
“Gila ya kamu dek, sampe sebegitunya jalan pikiran kamu. Sange boleh dek, tapi jangan sampe bodoh dong!”
“Hehe kakak mah, aku kan gak bodoh kak. Aku kan gak memperkosa anak orang kak, aku kan gak ngambil perawan anak orang juga. Gak ada yang dirugikan, aku cuma pengen coli aja kak! Atau kakak ngerasa dirugikan sama adeknya sendiri?”
“Eemmpphh… Iya juga ya dek. Kok pinter sih kamu dek?”
“Hehe, kalau lagi sange emang suka pinter kak!”
“Daaasaarrrr… Mana ada kaya gitu.”
“Jadi gimana kak, mau yah?”
“Kakak bantuin nya gimana emang?”
“Yeeessss….”
“Jelasin dulu dek, kakak kan belum tentu mau. Udah yas yes aja kamu.”
“Kakak tinggal telanjang aja, terus sambil colmek kak. Gitu doang kok kak!”
“Yaudah deh….”
“Nah kan mau…. Hehe.”
“Yauda deh… Gak jadi!”
“Ehh ehhh kak kok gitu sih…”
“Habis nya kamu…”
“Iya iya, maaf!”
“Kakak tetep pake mukena aja ya?”
“Boleh kak, senyamannya kakak aja, yang penting aku bisa liat susu sama memeknya kakak.”
“Iya deh dek.”
Aku dan adekku bersiap untuk adegan terlarang selanjutnya. Tak pernah terpikir olehku sebelumnya jika aku bakal melakukan hal ini lagi dengan adikku sendiri. Ia benar benar berubah saat ini, mungkin ada andil ku juga yang merubahnya. Ya tentu saja karna hadiah yang pernah aku berikan padanya dulu.
Itu awal mula perubahannya, yasudah lah mau bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur, sudah terjadi juga. Toh adikku juga mesumnya denganku, kakaknya sendiri. Jadi ya nikmati saja tanpa ada yang ditutup tutupi.
“Kakak tiduran aja ya dek!”
“Iya kak, terserah kakak aja.”
“Bentar dek kakak lepas daleman kakak dulu.”
Aku menaruh ponselku diatas kasur, membuka bra dan celana dalamku. Kini aku hanya memakai mukena, tanpa apapun didalamnya. Aku kemudian berbaring diatas kasurku. Mengambil ponselku kembali dan mengarahkan layarnya didepan wajahku.
“Liat nih kak!”
“Ihhh udah telanjang aja kamu dek.”
Adikku memperlihatkan keseluruhan tubuhnya, ia menjauhkan ponselnya agar semuanya terlihat olehku.
“Iya dong kak, biar nambah sange hehe.”
“Buka dong kak, kasih lihat!”
“Iya dek iya.”
Aku menyingkapkan kain mukenaku, payudaraku kini terlihat oleh mata adikku.
“Nih dek! Buat adek kakak tersayang yang mesum hihi.”
“Wwwoooowww bagus banget kak, makin gede bentukannya kak pentilnya juga makin ngacung gitu kak!”
“Iya gitu dek? Sama aja ah kaya dulu.”
“Beda kak, makin gede sekarang. Kata temenku kalau susu cewek makin gede karna sering diremes kak. Kakak sering ngeremesin susu kakak sendiri ya?”
“Eehhhhh… Eeuuuhhhh,, i iiya dek sering juga kok. Buat kesehatan aja dek… Takutnya ada sesuatu hhe.”
Padahal mah, emang sering diremes dek. Sama cowok, banyak lagi ahaha.
“Liatin memeknya juga dong kak!”
“Nih dek!”
Aku menyingkap lagi mukenaku, kini bagian roknya. Vaginaku kini terlihat juga oleh adikku.
“Uuhhhhhh makin bagus aja kak memek kakak. Nambah tembem loh kak itu! Kata temenku juga kalau memek cewek makin tembem berarti sering dimainin kak. Punya kakak?….”
“Eehhhh.. perasaan kamu aja mungkin dek. Kamu kan udah lama gak liat, jadi pas sekarang liat kaya beda gitu padahal mah sama aja dek.”
“Kakak ngga sering mainin kan?”
“Ihhh adek, ya ngga dong dek. Kakak maininnya waktu disana aja, waktu ketahuan kamu doang.”
“Beneran kak?”
“Iya dek, buat apa kakak bohong.”
“Beda loh kak bentuknya aku lihat.”
“Tau ah bete….”
Aku mencoba menutupi kegugupanku atas pertanyaan adikku. Ia mungkin telah melihat perubahan pada organ intimku, dan aku yakin ia akan terus mengarah pada keingintahuannya.
Aku mengarahkan kamera ponselku ke langit langit kamar tak lagi memperlihatkan wajah dan tubuhku.
“Eeehhh ehhh kak, kak Adel jangan marah dong aku cuma bercanda kak tadi.”
“Kak, kakak ih… Maaf kak!”
“Wwlleeeeee…”
Aku mengarahkan ponselku pada wajahku lagi, memeletkan lidahku pada pandangan adikku.
“Ahahahahaha….”
“Ihhhh kak Adel mah gitu mainnya…”
“Ehehehe.. lucu tahu nggak dek ekspresi kamu tadi. Kecewa gitu.. ahahaha…”
“Kirain beneran marah kak?”
“Ya ngga dong dek, buat apa kakak marah.”
“Kamu masih coli?”
“Masih lah kak.”
“Mana coba kakak pengen liat punya kamu?”
“Nih kak!”
Adikku mengubah ke tampilan kamera belakang, memperlihatkan penisnya yang kurasa jadi lebih besar juga dari yang terakhir aku lihat. Apa aku sebut kontol saja ya? Iya deh…
“Wiiihhh dek, lebih besar gak sih dek itu? Kaya beda dari yang dulu…”
“Iya kak, kontolku ada perubahan sekarang.”
“Kok bisa dek, kamu apain?”
“Dipijet kak, sama pake minyak lintah biar makin gede.”
“Ohhhh emang bisa ya dek pake itu?”
“Bisa lah kak, ini hasilnya kontolku jadi lebih gede kak. Sama sering coli aja sih kak kayanya yang bikin jadi gini, hehe.”
“Effort banget ya kamu dek!”
“Iya kak, setelah aku ngerasain enaknya disepong mulut kakak jadi pengen lebih aja buat kontolku. Aku cari cari caranya ternyata banyak yang nyaranin pake minyak lintah aja, dan inilah hasilnya kak!”
“Waahhh hebat kamu dek..”
“Ini kan buat kakak juga, siapa tau kakak tertarik dengan kontolku. Siapa tau memek kakak mau jadi pasangan kontolku hehe.”
“Enak aja! Kasih buat istrimu nanti lah dek masa kakak yang jadi targetnya… Bocah semprullll…”
“Ehehehehe.. ya kali aja kak!”
“Nggak yah!!!”
“Kak aku kan dulu gak diboleh nyentuh sama kakak. Kakak sekarang nyentuh diri kakak sendiri dong!” “Grepe grepe gitu gak, remes remes susu kakak sama elus elus memek kakak. Ya kak, please!”
“Aduhhh dek bener bener bocah mesum ya kamu dek sekarang. Kakak gak nyangka kamu berubah secepat ini. Yaudah deh kakak bakal nurutin apa mau kamu.”
“Makasih ya kak.”
“Iya dek.”
Aku langsung saja meremas remas payudaraku dengan tangan kananku. Sementara tanganku yang kiri tetap memegangi ponselku.
“Gini kan dek!”
“Iya kak gitu, kakak seksi banget bikin aku sange.” “Terus kak… Iya terus remes kak…”
“Aahhhh…”
“Aaaahhhh..”
“Kontolku enak kak…”
“Nih lihat dek!”
Aku mengarahkan kamera depan ponselku ke memekku, jariku mengelus elusnya.
“Aahhh kak, memek kakak bagus banget kak. Bersih gitu kak pengen megang aku kak. Boleh nggak kak?”
“Boleh dong dek, tapi yakin cuma dipegang doang?”
“Emang boleh diapain lagi kak?”
“Aaahhhh..”
Aku membuka bibir memekku, memperlihatkan lubang nya pada adikku.
“Liat nih dek, memek kakak. Lubang memek kakak masih sempit banget nih dek. Kamu gak pengen gitu masukin kontol kamu ke dalem lubang memek kakak.
Ayo dek masukin kontol besarmu itu dek! Masuk gak yah dek kontol kamu ke memek nya kakak.”
“Aaaahhhhh kakkk, kakak binal banget kak. Aku gak nyangka kakak bisa ngomong gitu kak.”
“Tapi kamu suka kan dek?”
“Iya suka banget kak, terusin kak…”
“Aaahhh…”
“Ayo dek kocok terus kontolmu dek. Muncratin sperma kamu di memek kakak dek. Memek kakak ini cuma punya kamu dek.”
Aku terus menggodanya dengan perkataanku, memancing birahinya agar semakin memuncak.
“Kak, bukan sperma tapi peju kak. Kontol aku pengen banget mejuin memek kakak..”
“Aahhhhh kak Adel…”
“Iya dek cepet pejuin memek kakak dek. Memek kakak pengen dipejuin sama kontol kamu dek. Memek kakak gatel pengen disodok kontol gede kamu dek. Ayo dek terus kocok dek. Bikin memek kakak puas dek…”
“Kak aku makin gak tahan kak, udah pengen keluar kak!”
“Iya dek terus dek, liat nih dek memek kakak udah ikuatan basah juga dek!”
Aku merasakan sedikit cairan memekku merembes keluar. Aku terangsang juga rupanya. Tapi kini aku lebih fokus pada adikku saja, aku ingin ia segera menuntaskan birahinya. Aku terus mengelus elus bibir memekku yang sudah basah.
“Aaahhhh.. iya kak. Itu berarti memek kakak udah siap dicolok kontolku kak. Kontolku udah siap genjotin memek kakak… Aahhhhh …”
“Kak… Kak Adel bentar lagi kak, bentar lagi keluar kak.. udah gak tahan aku kakkkk….”
“Iya dek, kocok lebih kenceng dek, keluarin semua pejumu dek.. ayo terus dek….”
“Iya kak, aku mau keluar ini kakkkkk….”
Tok.. tokk.. tokkk….
“Assalamualaikum mbak Adel..”
“Ehhhhhh dek, ada tamu dek didepan rumah!”
Ake terperanjat, mendengar seseorang memanggil namaku.
“Denger deh dek!”
“Assalamualaikum mbak Adel…”
Tok.. tokk.. tokkk..
“Mbak ada dirumah?”
“Iya kak, ada yang manggil kakak diluar.”
“Udah dulu ya dek, kakak mau lihat tamunya dulu!”
“Yah kak, nanggung banget ini udah mau keluar padahal.”
“Ya gimana dek, orang ada tamu didepan. Kakak gak enak kalau gak ditemui, siapa tau penting kan.”
“Yaudah deh kak.”
“Kamu keluarin sendiri aja ya dek atau mau dilanjut lagi nanti? Nanti kakak video call kamu lagi deh kalau udah selesai. Ya dek?”
“Iya kak.”
“Dahhh adek….”
“Dahhh kakak…..”
Aku mematikan panggilan videoku bersama adikku. Menyimpan ponselku diatas kasur, dan berjalan kedepan menemui tamuku.
“Iyaa waalaikumsalam…”
Kubuka pintu rumahku, dan muncullah dua bocah karibku. Dani dan Tono!
“Ehhh kalian rupanya, masuk Dan, Ton! Udah pulang sekolah kalian?”
“Iya mbak, makasih.”
“Udah mbak, terus mampir dulu kita kesini!”
Dani dan Tono masuk kedalam rumahku, mereka langsung saja duduk dikursi sofa.
“Kalau mau minum ambil sendiri aja ya!”
“Iya mbak.”
“Mau makan juga? Kalian laperkan?”
“Mbak udah masak?”
“Udah tadi Dan, tapi cuma tumis kangkung sama tempe goreng doang. Beli di mang Asep tadi, gapapa?”
“Ya gapapa dong mbak, dikasih makan aja udah bersyukur kita.”
“Iya mbak, santai aja kali Tono mah dikasih makan apa aja juga pasti dia makan mbak.”
“Hehe,, betul itu Dan.”
“Yaudah sana kalian makan dulu!”
“Mbak gak ikut makan?”
“Nggak, mbak udah makan tadi.”
Dani dan Tono melangkah ke dapur mengambil makan, sementara aku melangkah ke kamar mengambil ponselku.
Kami duduk kembali dikursi sofa, Dani dan Tono memakan makanan mereka dan aku memainkan ponselku.
“Mbak pake mukena abis……….. Mbak udah tobat?”
“Huusssshh… Nggaakk kok,, itu kan kewajiban mbak Ton. Kewajiban kalian juga loh…”
“Hehe… Kirain aku mbak udah tobat dan beralih kejalan yang lurus dan benar….”
“Yaaa nggakk gitu Tonn.. mbak kan…. Ahh udah ah jangan bahas itu..”
“Iya iya mbak.”
“Mbak tadi ketemu mang Asep, gak diapa apain mbak?”
“Eemmphhhh… Ngg ngga nggakk kok Dan, dikit aja sihhh..”
Aku ceritain ke mereka nggak yah tentang perbuatan aku ke mang Asep tadi,, emmm gak usah deh.
“Dikit mbak?”
“Iya Dan, cuma ngegodain doang. Keburu ada Bu Ratmi lagi.”
“Ohhh, bagus deh mbak kalau gitu.”
“Kok bagus sih Dan, jelek dong mbak kan jadi gak bisa eksib lagi sama mang Asep.”
“Aku kurang srek aja mbak sama mang Asep, gatau kenapa!”
“Kok gitu sih Dan, aneh deh kamu.”
“Jangan jangan kamu juga Ton?”
“Nggak kok mbak, aku mah gimana mbak aja. Sesuai sama hati mbak aja sih.”
“Aku juga gatau kenapa mbak, kaya kurang srek aja gitu mbak. Gitu deh pokoknya susah jelasinnya. Hhe.”
“Dasarrr kamu Dan, ada ada aja..”
Tiiinnnggg..
Tiba tiba dering notifikasi ponselku berbunyi, sebuah chat masuk diaplikasi WhatsApp. Segera saja aku membacanya.
“Kak tamunya udah pergi belum, aku kentang nih!”
“Belum dek, bentar ya tungguin.”
“Masih lama kah kak?”
“Bentar lagi dek.”
“Iya kak, aku tunggu.”
Otak ku berpikir sejenak, gimana kalau aku sekalian goda saja adikku dengan keberadaan Dani dan Tono.
Mungkin akan lebih seru, adikku memang harus tahu tentang kebinalanku disini. Setelah tadi hanya percakapanku yang vulgar, sekarang saatnya aksiku yang tak kalah vulgar juga. Mesum lebih tepatnya.
“Dan, Ton mbak mau cerita sesuatu tentang adek mbak.”
“Cerita apa mbak?”
“Jadi gini tadi sebelum kalian datang, mbak sama adek mbak lagi video call. Video call sex tepatnya.”
“Haahhh, VCS mbak? Dengan adik mbak?”
“Iya Ton, VCS! Adek mbak yang ngajak duluan katanya dia kangen sama mbak, awalnya cuma video call biasa lama lama adek mbak minta lebih sama mbak. Pengen mbak telanjang, dianya sambil coli. Katanya kangen sama sepongan mbak dulu.”
“Ehhh tunggu tunggu, mbak udah pernah nyepong adik mbak?”
“Hhe, iya dulu.”
“Ohhh, jadi yang mbak bilang pernah kasih hadiah itu, nyepong kontol adik mbak yah?”
“Heeh, Ton kamu bener banget.”
“Terus mbak!”
“Ya jadi gini Dan, gimana kalau kita goda adeknya mbak bareng bareng sama kalian.”
“Gimana tuh mbak, caranya?”
“Jadi gini strateginya! Eehhhh kok strategi sih,, bukan bukan apa itu istilahnya?”
“Skenario mbak, strategi mah kita mau perang sama adik mbak. Ahaha…”
“Nah iya itu, maaf lupa!”
“Jadi gini skenario nya, mbak VC lagi sama adek mbak tapi mbak udah telanjang terus salah satu dari kalian manggil mbak, pelan pelan tapi. Adek mbak bakal curiga tuh, nah nanti kamu muncul di samping mbak terus dadah dadah ke adek mbak. Setelah itu kenalin diri, dialognya ya nanti spontan aja yah. Terus mbak pengen salah satu dari kalian minta sepong sama mbak, dan mbak ngelakuin itu. Pilih dulu deh, pilihannya disepong atau ngentotin bool mbak. Dani mau apa?”
“Heemmm aku disepong aja deh mbak!”
“Oke Dan, kamu berarti ngentotin bool mbak ya Ton!”
“Iya mbak siap.”
“Tapi yang masuk kamera satu satu ya, berarti Dani dulu yang inframe sementara kamu Ton ngumpet dulu ya, hihi. Pokoknya jangan sampai kelihatan di kamera. Pake kamera depan kok, jadi kamu berdiri dibelakang ponsel mbak juga gak akan kelihatan. Tapi pinter pinter kamu deh, ya Ton!”
“Oke mbak.”
“Soalnya kamu inframe nya tiba tiba Ton, waktu mbak lagi nyepong kontolnya Dani. Ponselnya kan dipegang Dani terus awalnya ngarah ke muka mbak, lama lama ke punggung mbak terus ke pantat mbak. Keliatan deh kamu Ton lagi genjot boolnya mbak. Terus kamu kenalan deh sama adeknya mbak.
Gimana menurut kalian skenario mbak?”
“Gila mbak, perfecto!”
“Emang debest mbak Adel ini soal pereksiban duniawi. Sungkem kita mbak!! Mbak mah gak ada obat.”
“Yaudah, selesai makan kita eksekusi ya!”
“Oke mbak.”
“Siap mbak, laksanakan.”
“Ehhh kelupaan! Nanti yang pegang ponsel mbak, gantian ya pokoknya sesuai arahan mbak tadi. Buat sebagus mungkin ya nanti.”
“Iya mbak.”
“Iya mbak.”
Mereka berdua pun selesai makan. Kini kami bertiga sudah ada di dalam kamarku. Aku melepas mukenaku, sementara Dani dan Tono melemas seragam sekolah mereka juga celana dalam, tentunya.
Kami semua sudah telanjang bulat. Aku kini sudah berbaring diatas kasurku, Dani dan Tono menunggu didepanku. Mereka berdua menunggu giliran untuk melaksanakan aksinya. Ku lakukan lagi panggilan video kepada adikku, tak lama ia mengangkatnya.
“Hallo adek. Maaf yah nunggu lama.”
“Hallo kak, iya gapapa kok kak. Tadi emang siapa kak?”
“Temen baru kakak dek, pengen ngobrol sebentar katanya.”
“Ohhhh temen kakak, mukena kakak kemana?”
“Kakak copot aja dek, gerah!”
“Yaudah kamu lanjut coli lagi gih!”
“Udah kok kak, ini kan sambil coli.”
“Mana liat.”
“Ini!”
Adikku mengubah ke kamera belakang ponselnya, memperlihatkan kontol besarnya yang sedang ia kocok dengan tangan kanannya.
“Oh iya dek, udah tegang lagi aja itu kontol dek. Gak tahan ya pengen muncrat?”
“Iya lah kak, tadi udah diujung padahal. Sekarang mulai lagi deh dari awal, tapi gak akan lama kok kak udah mulai kerasa juga.”
“Tahan ya dek!”
Aku memberi kode kepada Dani. Ia mengangguk lalu berkata pelan.
“Mbak Adel remes dong susu mbak!”
“Eeh eeh kak kok ada suara cowok sih dikamar kakak?”
“Suara cowok dek?”
“Iya kak aku denger barusan.”
“Ayo mbak remes susunya!”
“Tuh tuh kak, aku denger lagi.”
“Kamu halu mungkin dek?”
“Nggak mungkin aku halu kak, aku denger banget suaranya barusan.”
“Emang bilang apa dia dek?”
“Dia nyuruh remes susu kakak!”
“Haahhhh? Kaya gini dek?”
Aku memberikan kode lagi pada Dani.
“Mbak Adel remes susu mbak dong!”
“Iya kak kaya gitu! Ehhhh….”
Kulihat wajah adikku dilayar ponsel, ia nampak kebingungan dengan apa yang sedang terjadi.
“Ohhh itu mah suara temen kakak tadi dek!”
“Temen kakak, jadi………?”
Dani bergerak ke sebelah kiri ku, ia memposisikan tubuhnya berbaring sama sepertiku. Bahu kita berdua pun saling menempel.
“Halloooo adeknya mbak Adel, aku Dani salam kenal ya….”
Dani memperkenalkan dirinya pada adikku dengan tangan kanannya yang melambai-lambai ke arah kamera.
“Lohh lohhh kak, kok kakak berdua dikamar, kak kok kakak gak malu telanjang ada temen kakak. Kok dia juga telanjang sih kak? Kok kalian bisa begitu kak?”
“Kenapa sih dek, gelagapan gitu ngomongnya?”
“Kak ini beneran kan kak? Bukan mimpikan?”
“Iya dek, kita kan lagi video call an ini dek.”
“Kok bisa sih kak? Dia kan temen kakak tadi kakak bilang, kok bisa telanjang barengan gitu?”
“Ya bisa dong dek, adek sama kakak aja dulu telanjang bareng kan! Sekarang ya kakak sama temen kakak telanjang bareng juga dek, hihi.”
“Bisa kok adeknya mbak Adel, ehhhhh…”
“Mbak nama adek mbak siapa belum mbak kasih tahu!”
Dani berbisik kepadaku, aku lupa belum memberi tahu nama adikku.
“Dek kamu kenalin diri kamu ke Dani dong!”
“Ii iiya kak, aku Aldi mas Dani, saa saalam kennnaall jujuuga.”
“Panggil nama aja ya Al, kitakan seumuran kan?
“Iii ii ya Dan, boleh…..”
“Dek tadikan kamu pengen remes susu sama megang memek kakak, sekarang boleh gak Dani aja yang meraktekin keinginan kamu tadi. Mumpung ada dia loh dek!”
“Hahhhh? Yang enak Dani dong kak?”
“Ya anggap aja itu kamu dek, habisnya kan kamu jauh dek. Yang deket sama kakak sekarang kan cuma Dani.”
“Gimana dek, boleh ya?”
“Nanti kakak anggap Dani itu kamu deh!”
“Ya gimana kakak aja deh, aku nurut aja sama kakak.”
“Oke dek, makasih ya dek udah bolehin kakak di grepe grepe sama Dani.”
“Iya Al, makasih banyak loh udah ngizinin aku buat grepe grepe tubuh kakakmu sendiri.”
“Ya aku kan gak ada pilihan, terserah kalian aja deh!”
“Ayo Dan!”
“Iya mbak.”
Dani mulai memegang susuku, ia remas kuat kuat sampai aku mendesah.
“Aaahhhh dek, terus dek remes susu kakak dek. Biar susu kakak makin gede dek. Tadi kamu bilang kalau sering diremes bisa bikin tambah gede kan dek? Ayo adek remes yang kenceng susu kakak dek!”
“Iya kak ini aku remes yang kenceng ya mbak, ehh kak!”
“Hihi, kamu mah Dan…”
“Salah mbak, keceplosan. Hhe.”
Dani menganggap dirinya sebagai adikku, Aldi. Bagus Dan, improvisasi yang bagus. Hebat kamu.
“Iya dek terus dek, susu mbak enak ini dek kamu remes remes!”
“Kak aku boleh megang memek kakak juga ngga?”
“Boleh dong dek dengan senang hati, pegang aja dek semau kamu. Memek mbak kan punya kamu dek, kamu bebas mau ngelakuin apa aja di memek mbak.
Ayo dek pegang!”
“Iya mbak, ehhh maaf. Iya kak, aku pegang ya kak.”
Tangan Dani dengan gerak cepat menyentuh memekku, ia langsung memainkan jarinya disana. Memekku dielusnya, dilebarkan dengan kedua jarinya. Kamera ponselku ku arahkan pada memekku saja, tapi tetap memakai kamera depan. Agar Tono tidak tersorot karna dia masih duduk didepanku, menunggu gilirannya. Wajahku kini tidak tersorot kamera ponselku, aku berbisik pada Dani.
“Dan jempol kamu masukin sedikit ya kaya Pak Karjo waktu pijat dulu.”
“Iya mbak, siap.”
“Ayo dek, elus elus memek kakak dek. Kakak udah sange berat nih dek, pengen dicolok juga sama kamu!”
“Ayo Dan!”
Aku memberi kode padanya untuk segera mencolok memekku dengan jempolnya.
“Aku colok ya kak memek kakak!”
“Iya dek ayo… Aahhhhh dek, enak dek.”
Aku semakin mendekatkan kamera ponselku ke lubang memekku yang sedang dicolok oleh jempol Dani, agar adikku bisa semakin melihatnya.
“Eeehhh eehhhh kak stop kakkkk, kok dimasukin beneran kakkk. Kakak kan masih perawan kak!”
“Aahhh enak dek… Gapapa kok dek asal jangan dalem dalem aja nyoloknya.”
“Gerakin dek gerakin jempol kamu dek… Memek kakak udah gak kuat dekkkk… Pengen muncrat dek…”
Jempol Dani bergerak keluar masuk di lubang memekku, hanya sebatas satu buku jari saja jadi tetap aman bagiku.
“Adek kamu udah mau keluar belum dek?”
“Belum kak, aku jadi susah keluar kak. Aku dikagetin kakak terus, kontolku juga ikut kaget jadinya kak. Menciut lagi ini, jadi susah deh keluarnya kak.”
“Kakak keluar duluan gapapa ya dek, udah gak tahan ini memek kakak…”
“Iya kak, terserah kakak aja!”
“Dan kamu yang pegang ponsel mbak, pake kamera belakang aja ya terus arahin ke memek mbak!”
“Iya mbak.”
Dani kini yang merekam aksiku, satu tangannya memegang ponsel dan satu lainnya bekerja dimemekku. Jempolnya terus keluar masuk di lubang memekku. Jari telunjuknya pun ikut memainkan klitorisku. Rasanya memang sungguh nikmat.
“Terus dek kocok terus memek kakak dek, enak banget jempol kamu dek, keluar masuk memek kakak dek… Aahhhhhh…”
“Kakak keeellluuaaaaaarrrrrr dekkk…”
“Aaaaahhhhhhhh……….”
Aku memuncratkan cairan memekku, sangat deras. Lagi lagi aku squirt! Nafasku seperti biasa, ngos ngosan tentunya.
“Haaahhhh..”
“Haaahhhh…”
“Haaaahhhhhh..”
“Kakak istirahat bentar ya dek.”
Dani terus menyorot memekku dengan kamera ponselku. Kadang ia mendekatkannya sedekat mungkin lalu menjauhkan nya dan menyorot keseluruhan tubuhku. Jago juga Dani jadi kameramen.
“Sini dan ponselnya!”
“Ini mbak.”
Aku mengambil ponselku kembali dari tangan Dani, secepat mungkin aku menekan tombol ikon kamera dilayar. Kini kamera depan yang menyorot wajahku.
“Dek gimana tadi?”
“Gila kak bagus banget tadi, memek kakak bisa muncrat juga ternyata. Indah banget kak diliatnya.
Tapi tadi jempolnya Dani, ngentotin memek kakak gapapa itu kak? Kakak masih perawan kan?”
“Aman kok dek, orang cuma masuk dikit. Kakak masih perawan kok, tenang aja dek.”
“Syukurlah kak, aku khawatir tadi jempolnya Dani masuk semuanya. Untung nya cuma sedikit doang. Hhe.”
“Cie ada yang khawatir sama keperawanan kakaknya sendiri.”
“Iya dong kak, kakak kan belum nikah. Kalau kakak udah gak perawan, terus ayah sama ibu tahu kan gawat kak.”
“Iiihhh ,, perhatian banget deh adek kakak ini. So sweet, makasih ya dek.”
“Iya kak.”
“Ehhh dek kamu belum keluar juga?”
“Belum kak, gatau aku juga kenapa jadi lama gini. Mungkin karna tadi sempet kentang ya jadi ogah ogahan deh keluarnya. Tapi tadi sih aku gak fokus ke kontolku, lebih fokus liatin memek kakak, hehe.”
“Dassaaar kamu dek…”
“Ohh iya dek, Dani katanya mau disepong kaya kamu dulu dek boleh nggak?”
“Hhhaaahhh? Disepong kak?”
“Iya Al, boleh ya aku juga kan mau ngerasain mulut nya kakakmu. Kontolku pengen disepong juga Al.
Boleh ya?”
“Tuh dek, boleh kan?”
“Iiii iya bobo boll boleh kokkk, teerrserahh kalian deh pokoknya.”
“Yeee, dibolehin tuh Dan sama Aldi!”
“Iya mbak, seneng deh. Makasih ya Al.”
“Ii iya Dan.”
“Kamu kameramennya ya Dan!”
“Oke mbak, siap.”
Aku menyerahkan ponselku kembali pada Dani. Ia dengan sigap merubahnya menjadi kamera belakang. Posisinya kini berdiri diatas kasur sementara aku jongkok didepannya, tepatnya didepan kontolnya.
Sementara Tono ada dibelakangku, ia bersiap siap karna sebentar lagi adalah adegannya. Tak lupa juga tangan Tono menggenggam botol minyak zaitun milikku. Kontolnya pun sudah mengkilat dan ia tetap usap usap agar tetap berdiri.
“Kakak mulai ya dek!”
“Iya kak.”
Dani yang menjawab, ia masih berpura pura menjadi adikku. Mulutku membuka mempersilahkan masuk kontol Dani ke dalamnya. Pertama tama aku kecup kepala kontolnya.
“Mmmuuaaachhhh…”
“Aaahhhhh kakkkk….”
Lalu kemudian menjilat batang kontolnya, dari ujung sampai pangkalnya berulang kali.
“Aahhhh kak.. enak kak..”
Kini ku mulai memasukan kepalanya, kusedot, kukenyot hingga pipiku kempot.
“Aaarggghhhhh kak… Enak banget kak ngilu kontolku.”
“Tahan ya dek.”
Aku mencoba memasukkan nya lebih dalam lagi, lebih dalam lagi dan semakin dalam. Sampai akhirnya menyentuh bagian terdalam mulutku.
“Hoaaaakkksss… Hoooookkksss …”
“Hhooorrrggghhhhh…. Aaahhhhh….”
“Kookkkkhhhhsss…. Aaahhhh…”
“Sluuurrpppp..”
“Ssllluurrrppppp..”
“Aaahhhhh…”
“Mentok dek kontol kamu dimulut kakak..”
Aku mengatakan itu sambil menatap ke kamera, binal sekali aku rasanya. Tangan kananku juga sambil mengocok batang kontolnya Dani.
“Kamu suka dek?”
“Iya kak aku suka.”
“Ahhhhh kak enak banget kak… Sepongan kak Adel. Kontolku berasa disedot sedot kak.”
Aku memberi kode kepada Tono, ia segera mendekat ke arahku sambil kontolnya yang sudah dilumuri minyak zaitun mengarah tepat dilubang boolku. Ia mulai tekan sedikit demi sedikit. Aku mulai tak konsen pada kontol Dani, ku hentikan sejenak mengulumnya tapi tanganku tetap mengocoknya meski dengan gerakan yang pelan.
Tono terus berusaha, ia tekan dengan sekuat tenaga agar kontolnya bisa masuk kedalam lubang boolku. Dan akhirnya masuk juga, ia mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur secara perlahan. Kamera yang dipegang Dani masih tertuju ke wajahku. Aku melanjutkan kulumanku pada kontol Dani.
“Aaahhh enak kak, seponganmu enak banget..”
“Iya dek, kontolmu juga enak dek…”
Tak lama setelah Tono mulai menggenjotku, adikku mulai menyadari sesuatu yang menurutnya aneh.
“Kak?”
“Iya dek.”
“Kok badan kakak, maju mundur gitu kak. Kaya kehentak hentak gitu kak. Kakak kenapa?”
“Gapapa kok dek.. aahhhhhh..”
“Nggak kak, kakak kaya aneh gitu kak. Badan kakak kaya ada yang ngentotin dari belakang kak.”
“Ma masa sih dek?”
“Iya beneran kak, badan kakak kedorong dorong gitu.”
Tanganku memberikan kode kepada Tono agar lebih cepat menggenjotku. Ia melakukannya.
“Tuh tuhkan kak, badan kakak makin kedorong gitu ke depan.”
“Emang kakak kaya yang lagi dientot ya dek?”
“Iya kak, jelas banget.”
“Kaya gini dek?”
Tangan ku pun memberi kode pada Dani agar menyorotkan kameranya ke Tono. Dengan perlahan ia gerakan ponselku menyorot pantatku dan kontol Tono. Dani berhenti disitu.
“Kak kak, astaghfirullah kak Adel. Kakak beneran lagi dientot kak? Haaahh… Hahhh.. hahhh…”
Ku dengar suara adikku seperti terkejut dan terengah engah.
“Iya dek, kakak lagi dientotin temen kakak yang lain nih dek. Dia pengen ngentotin kakak katanya…”
“Aaahhhh…”
Dani lalu menggerakkan kembali ponselnya sampai menyorot wajah nya Tono.
Tono masih menggenjot boolku. Lalu ia memperkenalkan diri pada adikku.
“Hallooo Aldi, kenalin aku Tono Al temennya kak Adel. Salam kenal ya Al….”
“Hahhhh… Haaahhhh… Hahhhhh…”
“Kok, kok bisa sih kak? Kakak dientotin gitu sama temen kakak.. aku gak nyangka kak. Tadi kakak bilang masih perawan kak, tapi kakak sekarang lagi dientot memeknya.”
“Beneran kok dek kakak masih perawan!”
“Tapi itu kan kakak lagi dientotin kak, berarti kontol temen kakak masuk ke memek kakak dong?”
“Siapa bilang kontol Tono masuk ke memek kakak, kamu lihat deh lebih jelas!”
“Deketin Dan!”
“Oke mbak.”
Dani mendekatkan kamera ponselku ke arah pantatku, sementara Tono memperlambat gerakannya.
“Kelihatankan dek masuk kemana?”
“Astaghfirullah kak, kakak di tusbol? Bool kakak ternyata yang dientot Tono kak.”
“Haaahhh.. hahhh..hahhhh..”
“Kok bisa sih kak? Aku gak nyangka banget kakak jadi sebinal ini kak.”
“Haaahhh… Hahhh..hahhh..”
“Kakak masih perawan kan dek?”
“Iya kak, aku percaya. Ta taaa taapii kak….”
“Aaduhhhh kaaakkk..”
“Kak aku kaya mau pingsan ini… Dada aku sesek kak…”
“Hahhhhh…”
“Eehhhh dek dek… Kok gitu dekk..”
“Ton berhenti dulu!”
Tono berhenti menggenjotku, aku kemudian duduk diatas kasur. Kontol Tono terlepas dari lubang boolku.
Ppploooopppp…
“Sini Dan ponsel mbak!”
Aku dengan cepat meraihnya, mengubah nya menjadi kamera depan lagi yang menyorot wajahku.
Ku lihat adek ku sedang terduduk, nafasnya seperti tertahan. Aku khawatir seketika itu juga.
“Dekkk dekkk… Kamu gak apa apa kan dek..”
“Kepala aku tiba tiba pusing mbak, liat bool mbak digenjot tadi. Kaya mau pingsan ini!”
“Eehhh dek jangan pingsan dek…”
“Kamu baik baik aja kan?”
“Gatau kak aku kaget aja, kaya kena serangan jantung kak ini.. berat banget nafas aku kak…”
“Duhhh kok jadi gini sihhh dek…”
“Mending kamu minum dulu deh dekkk.. tenangin diri kamu dek!”
“Cepetan dekkk..”
“Ii iya kak, aku ambil minum dulu!”
Aldi menaruh ponselnya di atas kasur. Sementara aku, Dani dan Tono merasa khawatir dengan keadaan adikku disana.
“Duhh gimana nih, kok sampai gitu sih dekkk…”
Aku melirik ke Dani dan Tono.
“Tenang mbak mungkin Aldi cuma kaget mbak, liat kakaknya.”
“Iya mbak, mbak Tenang jangan panik.”
“Gimana mbak gak panik Ton, tadi kan kamu lihat sendiri gimana kondisi dia disana.”
“Ya,, mbak sih aneh aneh aja idenya. Tega banget sama adik sendiri.”
“Ya mbak kan gak tahu bakal kaya gini.”
“Udah mbak tenang aja, mungkin Aldi cuma dehidrasi mbak cuma butuh minum doang.”
“Iya kali ya..”
“Iya mbak tungguin aja!”
“Duh mana lagi adek mbak kok lama ngambil minum doang juga?”
“Sabar mbak.”
Tak lama Aldi muncul, mulutnya terlihat basah bekas air minumnya. Ia memegang ponselnya kembali.
“Haaaaahhhhh…”
“Gimana dek, udah baikan?”
“Udah kak, aku kaget aja barusan ternyata. Gak siap liat kakak dientotin gitu hehe.”
“Alhamdulillah syukurlah dek, kakak khawatir tadi. Kirain kamu bakal kenapa napa!”
“Iya kak aku gak apa apa kok, baik baik aja aku.”
“Maaf ya dek, kakak buat kamu kaget sebegitunya tadi. Kakak gak bermaksud lakuin itu ke kamu dek.”
“Iya kak, aku ngerti kok. Niat kakak cuma mau bikin aku terkejut doang kan? Aku nya aja yang nganggapnya berlebihan kak. Aku gak siap kak.”
“Iya dek, ternyata malah jadi begini.”
“Yaudah kak, aku mau istirahat aja dulu ya kak. Mau nenangin pikiran aku! Kalian kalau mau lanjut, lanjutin aja ya.”
“Iya dek, maaf ya! Tapi beneran kamu gak apa apa dek?”
“Iya kak, aku aman kok.”
“Kabarin kakak lagi kalau kamu kenapa napa ya dek!”
“Iya kak, aku pamit ya kak, Dani, Tono… Dadahhhh..
Assalamualaikum…”
“Iya dek waalaikumsalam..”
“Waalaikumsalam..”
“Waalaikumsalam..”
Adikku pun mengakhiri panggilan videonya. Aku lantas menaruh ponselku diatas kasur.
“Haaahhhhh,, kita berlebihan ya tadi?”
“Banget sih mbak menurutku.”
“Iya mbak kelewatan deh kayaknya.”
“Mbak gak nyangka akhirnya begini, padahal yang mbak pengen tuh. Kalian keluarin peju kalian di mulut sama bool mbak barengan gitu. Terus adek mbak juga sama barengan keluarnya. Ehhh diluar skenario ternyata.”
“Strategi mbak salah, mbak terlalu fokus sama penyerangan sampai lupa sama pertahanan.”
“Iya, bobol deh ya jadinya?”
“Iya mbak, mbak kalah deh sama adiknya mbak.”
“Haaahhhh, udahlah udah kejadian juga…”
“Terus kita mau lanjut mbak?”
“Mbak udah gak mood Ton. Kayanya nggak deh, tapi kalau kalian mau keluarin ya sok aja. Tapi sama sendiri ya, mbak lihatin aja.”
“Kalau aku nggak deh mbak, aku juga kaya ngerasa gak enak sama Aldi.”
“Iya mbak, kita pulang aja deh!”
“Yaudah kalau gitu.”
Aku merasa mood ku jadi tak karuan, masih ada rasa tak enak pada adikku sendiri. Aku lebih memilih tak melanjutkan aktivitas sex kami, begitu juga dengan Dani dan Tono. Mereka memilih untuk pulang saja.
Keduanya kini telah memakai kembali seragam mereka, dan bersiap siap untuk pulang.
Aku mengantarkan mereka sampai depan pintu saja, aku bersembunyi di baliknya. Ini masih sore, aku tak ingin ketahuan tentunya sedang bertelanjang mengantar kepulangan dua anak remaja.
“Pamit ya mbak, assalamualaikum..”
“Assalamualaikum..”
“Iya waalaikumsalam, hati hati.”
Aku kemudian menutup pintu rumahku kembali. Berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. Ku teguk gelas berisi air sampai habis, aku haus rupanya. Aku berjalan kembali kedepan lalu duduk dikursi sofa. Masih dengan keadaan telanjang aku mulai merenungi kejadian tadi. Aku berlebihan pada adikku sendiri. Apa yang telah aku lakukan sampai sampai adikku terkejut sebegitunya. Tega kamu Del sama adik sendiri. Niat mau kasih surprise malah kasih bencana buat dia. Bener bener emang kamu Del. Kamu bukan kakak yang baik.
Beberapa menit aku terdiam diatas kursi yang aku duduki. Merenungi kesalahan yang aku perbuat. Yaudah lah mau gimana lagi sudah kejadian ini.
Mandi enak kali ya, biar tenang pikiranku. Habis itu tidur sebentar biar rileks juga badanku.
Heeemmmm rileks?
Aku lalu berjalan ke kamar melihat ponselku. Tak ada chat dari adikku, ia tengah beristirahat sepertinya. Ku taruh lagi ponselku, dan berjalan…….
“Assalamualaikum mbak Adel..”
“Mbak Adel ada dirumah?”
Baru aku mau berjalan ke kamar mandi, sudah ada yang memanggil lagi namaku. Suara cowok ku dengar, siapa ya tak terlalu jelas. Mukena saja biar cepat. Aku memakai mukena yang tadi kupakai. Berjalan ke depan untuk menemui tamuku lagi.
“Assalamualaikum mbak…”
“Iya waalaikumsalam.. sebentar!”
Aku membuka pintu, dan mendapati seorang bapak sedang berdiri di depan pagar rumahku.
“Pak Karjo?”
“Iya mbak.”
“Ada apa ya pak?”
“Boleh masuk dan ngobrol sebentar mbak?”
“Emmmphh.. masuk aja pak dibuka pagarnya.”
“Iya mbak.”
Pak Karjo membuka pagar dan masuk ke teras rumahku, lalu berhenti di depan pintu.
“Mbak, mumpung saya punya waktu nih mbak. Mbak lagi sendiri kan? Tidak ada Tono dan Dani?”
“Ii iiya saya sendirian pak. Sekarang pak? Sore hari gini, gak nanti malam aja pak?”
“Kalau boleh sih sekarang mbak, malam saya ada ceramah setelah isya.”
“Bapak nggak ngajar ngaji?”
“Ngajar kok mbak, magrib nanti.”
“Sibuk banget ya pak jadwal bapak?”
“Ya lumayan sih mbak, makanya cuma sore ini saya ada waktu kosongnya. Gimana mbak, mau nggak?”
“Gimana ya?….”
“Saya bayar deh mbak, kaya tempo hari. Ya mbak, ayolah mbak!!!….”
“Heemmmmmm…..”
Bersambung…….







