AKU ADEL DAN INILAH KISAHKU Ⅰ
- PART 1
Kenalin namaku Adel, aku seorang cewek umur ku tahun ini 22 tahun.
Sekilas tentang diriku banyak yang bilang tubuhku bagus mulai dari keluarga ku teman ku sampai sampai kebanyakan pedagang yang aku jumpai berkata seperti itu.
Tinggi ku 165 cm, untuk seorang wanita mungkin itu cukup tinggi dengan wajah yang menarik kulit putih hidung mancung pipi tirus mata yang sedikit sipit dengan bulunya yang lentik membuat wajah ku,,,, orang bilang sih cantik, ya banyak yang memujiku cantik.
Badanku cukup proporsional, ya aku merasa seperti itu dengan ukuran payudara 36c. Lumayan besar bentuk nya pas ditubuhku padat berisi tapi kenyal seperti bulatan mangkok dihiasi puting berwarna pink, tidak seperti payudara wanita lainnya yang katanya sih berwarna kecoklatan.
Indah,,, ya aku selalu mengagumi kedua payudara ku ketika aku bercermin. Keduanya tetap tegak tanpa pernah tertarik oleh gaya gravitasi, bahkan disaat bra tak menyangganya pun mereka tampak sempurna.. aku bangga pada “mereka”.
Perutku langsing tak banyak lemak ada disana, seperti kebanyakan atlit lari yang pernah ku lihat di tv saat acara perlombaan olimpiade dunia. Aku tertegun akan bentuknya, ramping seperti tanpa beban. Berpadu dengan pinggul yang besar dengan bongkahan pantat yang menonjol kebelakang, kenyal juga padat ditopang oleh sepasang kaki jenjang putihku.
Aku memang sering memuji tubuhku, ya aku merasa bangga akan hal itu. Seperti yang telah aku jelaskan aku sangat bangga akan kesempurnaan tubuhku. Apalagi jika semua itu dipadukan dengan pakaian ku, pakaian syar’i dengan balutan gamis dan hijab yang menghiasinya.
Ya,,, tubuhku ku sembunyikan dengan itu semua, aku nyaman memakainya. Selain karna memang sudah jadi tuntutan dalam kepercayaan ku, aku berpikir bahwa wanita dengan pakaian yang tertutup itu memiliki aura yang berbeda, lebih dari apapun itu.
Mungkin itu sekilas tentang diriku.
Kini aku tinggal disebuah perkampungan cukup jauh dari titik pusat kota, disini aku menyewa rumah. Rumah sederhana dengan hanya satu kamar tidur, bentuk nya seperti kebanyakan rumah di desa tak jauh beda dengan rumah rumah disekitarnya.
Aku tinggal sendirian dikampung ini, ya hanya sendiri. Kedua orang tua ku tinggal dikota besar, ayah ku sibuk bekerja ibu ku ya hanya sebagai ibu rumah tangga biasa yang mengurus suami nya serta satu anaknya.
Benar, dia adikku tepatnya adik lelaki ku. Saat ini masih sekolah dibangku menengah atas.
Kalian pasti bingung kan kenapa aku memilih hidup sendiri dikampung sementara keluarga ku masih ada dikota. Itu memang keinginan ku sendiri, aku bosan dengan kehidupan kota, hiruk-pikuk nya membuatku tak betah berada disana.
Kami memang sudah berbincang akan hal ini, orang tuaku setuju dengan keputusanku. Meskipun sekarang mereka sepertil kehilanganku, tapi dari hasil pembicaraan itu mereka juga akan pindah ke kampung ini mungkin beberapa tahun lagi disaat adik lelakiku lulus dari sekolahnya dan berbarengan dengan pensiunnya ayah ku dari pekerjaannya.
Banyak hal yang kami diskusikan, mulai dari apakah aku bakal betah hidup didesa, apakah aku bisa hidup sendiri disana atau tidak. Pertanyaan pertanyaan itulah yang membuat kedua orang tuaku seakan ragu atas keputusanku ini. Mereka bersih keras membujukku agar aku mau menurutinya. Kedua orang tuaku menyarankan aku untuk pergi nanti saja berbarengan dengan kami semua. Karna mungkin mereka khawatir karna aku ini seorang wanita.
Namun dengan yakin aku mengutarakan keputusanku kepada mereka, yang pada akhirnya mereka setuju dengan keputusanku.
Hingga hari ini, aku sudah dua hari berada dikampung ini suasananya membuatku nyaman tak banyak terdengar deruan suara kendaraan yang membuat telinga ku kebisingan seperti dikota.
Mungkin ada kendaraan juga disini tapi tak banyak sepengelihatanku. Disini sepi hanya terdengar suara burung yang masih banyak hinggap di dahan pohon. Suara anak anak kecil yang berlarian saat mereka bermain setelah mereka pulang sekolah.
Rumah ku nampak sederhana dengan halaman depan yang lumayan luas, satu ruangan tamu, satu kamar tidur, dapur dan kamar mandi dibelakang nya. Belakang rumah ku terdapat banyak pepohonan nampak seperti kebun yang dikelola warga disini.
Dihari ketiga aku tinggal disini, aku diberitahu oleh ibuku untuk secepatnya melapor ke pak RT bahwa aku tinggal disini dan menjadi salah satu warganya. Aku tak tahu rumah Pak RT dimana, jadi aku berkunjung saja ke rumah tetangga sebelahku untuk menanyakannya. Aku sampai dirumah Pak RT berkat arahan tetangga ku tadi.
“Assalamualaikum, permisi…. permisi,,,”
Tak ada yang menyaut dari dalam, aku masuk ke halaman rumah sampai di depan pintu aku ketuk.
Tok… tok… tokkkk
“Assalamualaikum permisi…”
‘Apa gak ada orang yah didalam, apa Pak RT kerja?’ Gumamku dalam hati. Ku cobak ketuk lagi.
Tok.. tok.. tokk,, permi….. si.
“Iya sebentar, tunggu.”
‘Akhirnya ada seseorang didalam.’
“I i yaa, Pak.”
Pintu pun terbuka, seseorang keluar dibaliknya. Terlihat kaget saat melihatku.
“Waalaikumsalam, ehhh.”
Dengan raut muka yang melongo.
“Maaf ini benar rumah Pak RT pak?”
Kataku menanyakannya.
“Iya betul mbak, saya sendiri pak RT disini. Mohon maaf mbak siapa dan ada keperluan apa ya mencari saya? Sepertinya saya baru liat mbak disini.”
Jawab Pak RT menjelaskan.
“Saya Adel pak, saya mau melapor tentang kepindahan saya kekampung ini.”
Ucapku.
“Ohh iya silahkan mbak masuk dulu.”
Akupun ikut masuk berjalan dibelakang Pak RT.
“Duduk mbak, saya ambilkan dulu dokumennya.” Akupun mengangguk.
Pak RT berjalan ke dalam kamarnya.
‘Mbak adel cantik banget itu wangi lagi, gila badannya kaya model gitu, susunya sekel, bokong nya montok bener.’
Pikiran Pak RT melayang seketika.
‘Mimpi apa aku semalem bisa liat wanita sempurna kaya gitu, dikampung ini kan jarang banget cewek muslimah badannya bagus gitu, ehhh ada sih tapi masih dibawah mbak Adel cantiknya, yang ini bener bener beda.’
Gumam pak RT dalam hatinya.
Setelah mencari, Pak RT lalu kedepan dan duduk di kursi samping Adel.
‘Uhhh wanginya kamu mbak Adel.’ Seketika hidung pak RT mencium aroma yang begitu menyenangkan.
“Mbak Adel boleh saya lihat KTP nya sebentar?”
Kata Pak RT bertanya.
“Ini pak.”
Ucap Adel, seraya menyerahkan KTP nya ke pak RT.
Tak sengaja kulit tangan mereka bersentuhan, sekejap tapi……
‘Hmmm mulusnya tangan mu mbak Adel.’
Adel pun sedikit terkejut saat jari tangan halusnya sedikit menyentuh kulit tangan nya pak RT.
‘Duh,,, Pak RT kok kaya seneng gitu, senyum senyum sendiri lagi jadi takut.’
Gumam Adel dalam hatinya.
Tak lama Pak RT selesai menulis identitas Adel di buku dokumen daftar warga kampung nya.
“Ini Mbak Adel KTP nya sudah saya tulis disini, mulai sekarang Mbak Adel sudah menjadi warga kampung sini. Kalau Mbak Adel butuh bantuan atau mau bertanya tanya tentang kampung ini, mbak bisa hubungi saya ya, dengan senang hati saya akan membantu.”
Ucap pak RT menjelaskan kepada Adel.
“Iya Pak RT, terimakasih banyak sudah dibantu. Saya pamit dulu ya pak.”
Jawab Adel sembari berdiri lalu keluar dari rumah pak RT yang diikuti pak RT dibelakangnya.
Setelah memakai sandal, Adel berbalik dan mengucap salam lalu pergi meninggalkan rumah Pak RT.
Pak RT membalas salam Adel sambil tersenyum.
‘Gila gila gila lihat itu pantat nya montok bener kamu mbak Adel, meski tertutup rapat baju syar’i badan mu ituloh mbak kaya gitar spanyol, lekuk lekuknya ajib banget dah mbak. Duh duh duh bikin nafsu birahi ku muncul lagi nih mbak setelah sekian lama jadi duda. Hmmmm bisa nyicip ga ya nanti huhhh. Tadi lihat di KTP sih masih belum kawin, masih 22tahun. Euhhhh masih perawan kah mbak Adel dirimu? Semoga deh semoga aja nanti bisa nyicip punyanya mbak Adel pasti mantep banget itu. Penasaran sama toketnya kalo di remes pasti kenyal dah itu, diliat aja kaya mangkok mie ayam jumbo cap ayam jago jualannya Mas Dodo. Ooooooooo jadi melayang banget ini pikiran ku.’
Gumam pak RT didalam hatinya saat melihat Adel berjalan pulang meninggalkan rumah nya.
“Astaghfirullah……..”
‘Nyebut kamu te, pikiranmu itu loh kotor banget.
Dasar otak mesum!!!. Cewek bersih gitu mau kamu rusak?. Gimana kamu ini te, te… Duda badjingan!!’
Bisik dalam kepala Pak RT yang bergelut dengan segala pikiran mesumnya.
“Duh kok aku jadi mikir kotor gitu ya!!
Mana mungkin juga cewek alim gitu mau ngelakuin hal hal yang aku pikirkan tadi.
Dasar pe’a…
Te te… Kelamaan jadi duda nih pikiran kemana mana.
Wes wes lupain lah!!….”
Aku berjalan meninggalkan rumah Pak RT, menyusuri jalan setapak kampung ini. Jalan kecil yang sunyi sepi tak terdengar deru kendaraan bermotor disini. Kebanyakan orang orang disini kalau tidak jalan kaki ya pakai sepeda, mungkin hanya beberapa saja yang mengendarai motor.
Tidak seperti di kota, gang gang sempit saja motor parkir dimana mana. Pakai knalpot berisik juga.
‘tol*l’ emang!! Ehhh kok kasar hihi.
Disini nyaman, udaranya sejuk masih banyak pohon pohon besar disisi jalannya. Suara burung bersahutan terbang bebas dari satu pohon ke pohon lain. Di kota suara burungnya sih bersahutan juga, tapi ya di dalam sangkar. Kasihan ya burungnya terkurung gitu. Di kota yang terbang bebas ya ‘burung’ yang lain. Ehhh kok gitu?? Ahahaha…
Ku perhatikan sekeliling jalan yang ku lewati.
Ada warung, pos ronda, tanah kosong seperti lapangan. Mungkin tempat untuk menggelar acara acara penting. Ada rumah kosong juga, sepertinya sudah lama tidak ditempati. Atap depan rumah nya sudah mau roboh, pekarangan depan nya sudah banyak tanaman liar. Serem sih ini, hhhiiiii.
Cukup jauh jarak rumah ku dengan rumah Pak RT tadi. Mungkin untuk orang orang disini, jarak segini sih terhitung dekat tapi untuk aku yang tinggal dikota dan jarang sekali berjalan jauh. Ini cukup melelahkan.
Sebentar lagi aku sampai dirumah, kira kira dua puluh meter lagi dari sini. Rumah ku sudah terlihat, lima meter saat aku akan meraih pegangan pagar rumah ku, aku berpapasan dengan dua orang anak SMA. Aku tersenyum pada mereka. Mereka membalas senyumanku.
“Misi mbak…”
“Iya permisi mas…”
Aku membalas salam mereka sambil sedikit membungkukkan badanku.
Aku sampai didepan gerbang rumahku. Kubuka gerbangnya, aku masuk dan menutupnya kembali. Tanganku mencoba memasukan kunci gerbang, tapi pandanganku tertuju pada kedua anak tadi. Mereka melaju perlahan sambil sesekali melihat ke arah belakang, ya ke arahku tentunya.
Kulihat mereka berbisik bisik, entah apa yang mereka bicarakan. Mungkin mereka membicarakan ku.
Aku beranjak dari gerbang itu, berjalan perlahan menuju pintu rumah. Aku ingin beristirahat sejenak dari sedikit rasa lelah ini.
Dani = D
Tono = T
T
Dan, Dan lihat Dan!!!.
D
Iya, aku lihat juga Ton! Kamu pikir aku buta apa?.
T
Gila toh Dan, cakep yo…
D
Hooh Ton, kaya bidadari.
Siapa ya? Orang barukah?.
T
Mungkin Dan, baru lihat aku.
Wih kita punya tetangga baru yo, cantik lagi.
Bisa nih…. Hehe..
D
Bisa apa Ton? Kenal aja belum..
Kamu ini…
T
Bisa dijadiin pacar lah Dan!.
D
Apaan maen pacarin aja.
Mana mau dia sama kamu Ton.
Hampir tiga taun di sekolah aja ga ada perempuan yang jadi pacar kamu.
Ini belum kenal udah mau dijadiin pacar.
Ton, Ton.
T
Bukan ga ada Dan, aku aja yang gak mau jadi pacar mereka. Ga ada yang cantik sesuai seleraku Dan.
D
Huuuuu, pilih pilih segala. Kamu aja gak ganteng menurutku. Ahahaha…. Gantengan aku kemana mana.
T
Yeeee, kamu juga jomblo selama ini!
D
Ya aku kan, gak fokus cari pacar. Aku fokusnya belajar Ton biar jadi orang sukses nanti!.
T
Iya deh iya, siap calon orang sukses.
D
Yoweslah, ayo lanjut pulang.
T
Ayo……
Dani dan Tono, melanjutkan kembali langkahnya.
Ya mereka berdua adalah warga asli kampung ini.
Karna disekolah sedang ada rapat guru dadakan, mereka bisa pulang lebih cepat dari hari biasanya.
Beruntung bagi mereka berdua, di tengah perjalanan pulang mereka sempat berpapasan dengan seorang wanita cantik yang masih terlihat muda. Wanita yang jarang mereka temui di kampung ini. Parasnya, bentuk tubuhnya, dan mungkin sifat ramahnya.
Akankah pertemuan singkat ini membawa mereka pada sesuatu yang menyenangkan?
Ataaaaauuuuu…..
Kita nantikan di episode episode berikutnya!.
Bersambung…….







