Aku ingin seorang bayi

Author Avatar

Dugem.ranjang69

Joined: Aug 2024

Persyaratan Khusus PART 7

“Kau sudah melakukannya?” Ansel memicingkan mata, menatap tajam ke arah Jeff yang sedang minum kopi dengan santainya di ruang kerja milik Ansel.

“Hemm… beres Presdir, saya sudah membuat pengumuman besar besaran!”

Menyeruput Americano coffe, Jeff menyilangkan kaki, seakan dia adalah Boss besar. Sebenarnya Ansel tak pernah mempermasalahkan sikap Jeff yang kurang ajar itu, asal kinerjanya bagus. Tapi sering kali, Jeff suka tak tahu diri.

“Pengumuman besar besaran?” tanya Ansel lagi, meletakkan bolpoin limited edition di atas meja. “Kau tidak melakukan hal gila, semacam memasang pengumuman LED di pusat kota, kan?”

Ansel sangat faham, sekertarisnya itu selalu punya fikiran out of the box alias pemikiran tidak masuk akal. Karna jika kali ini Jeff benar benar mempermalukannya, maka pria berlesung pipi indah itu tak akan segan segan menggantung Jeff di monas.

“Tidak, Presdir! Kali ini saya melakukannya dengan benar…! Emm… biasanya juga benar kan?”

Lihat lah, bahkan Jeff tidak yakin dengan dirinya sendiri.

“Dimana kau cari permintaanku itu?”

“Di suatu tempat, dimana orang-orang akan melakukan apa saja agar mendapat uang, Presdir!” jawabnya mantap.

“Dimana?”

“Rumah sakit, Presdir!” ungkap Jeff dengan sangat yakin.

Reflek, Ansel mengangkat buku setebal 30cm untuk di lempar ke Jeff.

“Ettt… tunggu dulu…tunggu dulu , dengarkan penjelasanku Presdir!”

Sudah pasang kuda kuda. Jeff melindungi kepala dengan tangan.

“Apa kau sedang berusaha membuatku di gunjing semua orang? Astaga Jeff… aku tahu kalau kepalamu tidak ada otaknya tapi tak perlu kau pamerkan!” teriak Ansel dengan geram.

Hari masih pagi, tapi tekanan darahnya sudah naik di atas batas normal. Dan semua itu lagi-lagi karna Jeff.

Memasang pengumuman penyewaan rahim, dan Jeff memasangnya di rumah sakit. Itu sama saja membunuh karir Ansel.

Apa kata orang orang nantinya, jika Direktur Utama perusahaan UNIq sedang mencoba melanggar norma sosial. Dengan menyewa rahim. Saham perusahaan bisa saja turun drastis, atau bahkan gulung tikar.

“Presdir! Kau tidak tahu bagaimana frustasinya aku mencari wanita kriteriamu!” bantah Jeff. “Cantik, cerdas, bersih, dan bukan seorang wanita malam! Presdir fikir wanita sebaik itu mau menyewakan rahim?”

Ansel memberi syarat berat untuk wanita yang akan jadi ibu pengganti bagi anaknya nanti. Point utama tentu saja harus cantik, karena Ansel tak mau jika anaknya kelak buruk rupa. Kedua adalah cerdas, karena Ansel tak mau keturunannya bodoh, apalagi sebodoh Jeff, tidak, Ansel tidak mau.

Lalu yang terakhir, bersih dan bukan wanita malam. Memang tak harus perawan, tapi setidaknya, wanita tersebut tidak main dengan sembarang lelaki.

Kriteria sebegitu tingginya, bagaimana Jeff tak kesulitan? Sudah satu minggu ini dan tak kunjung Jeff temukan yang seperti itu.

Jeff sudah mendapat banyak sekali kandidat sebenarnya, tapi tak ada satupun yang memenuhi kriteria Ansel. Mencari wanita baik baik yang mau menyewakan rahim, bagaikan mencari jarum dalam jerami.

“Karna itu ku bagikan brosur di rumah sakit, Presdir! Karena tahu apa? Disana ada banyak sekali orang putus asa untuk mendapat uang, agar bisa membiayai keluarga!”

Jawaban logis yang di berikan oleh Jeff berhasil untuk meredakan amarah Ansel. Yang dikatakan oleh sekertarisnya adalah benar. Perempuan seperti itu, harus dicari sendiri, tak bisa lewat calo apalagi mucikari.

“Tapi kau tidak menulis namaku, kan, di brosur itu?”

“Ck… tentu saja tidak, Presd-“

Brak.

“Setan… setan ehh setan!” tergagap, Jeff hampir saja jatuh, karena seseorang masuk dengan membanting pintu.

“Apa kau benar anakku?” Anyelir tiba tiba saja datang dan menunjuk Ansel dengan mata menyalang.

“Be-benar Nyonya, apa Nyonya amnesia?” tanya Jeff bodoh, sedang Ansel memasang muka datar, seakan sudah tahu maksud ke dagangan sang ibu.

“Diam kau Jeff!” bentak Anyelir. Jeff langsung menutup mulut. “Sembilan bulan Mama mengandung kamu, puluhan tahun Mama merawat dan membesarkan dengan tangan Mama sendiri, dan kau tumbuh jadi monster?”

“Benar, Nyonya, dia bahkan sering ingin memakanku hidup hidup!” sahut Jeff pelan.

“Bukankah Mama sendiri yang bilang? Aku harus memenangkan pertempuran ini? Merebut seluruh harta warisan dari Papa, dengan cara punya anak lebih dulu?”

Syarat yang di berikan Bagaskara untuk mendapatkan warisan adalah harus punya anak, memang membuat Anyelir terus mendesak Ansel untuk ambil langkah. Tapi Anyelir tak percaya anaknya memilih cara ektrem untuk mendapat anak. Yaitu dengan cara menyewa rahim.

“Ya, Mama akui, saat mendengar kau bersedia untuk ikut sayembara perebutan warisan, Mama sangat senang! Mama ingin, kau buktikan, pada Sharena, pada Biru dan pada semua orang, bahwa kau pantas untuk mendapat posisi itu!” ucap Anyelir menunjuk papan nama milik Ansel, dimana disitu tertulis dengan jelas jabatan Presiden Direkrur.

Awalnya, Anyelir sempat kesal, karena Ansel memilih mundur dari persaingan, dengan alasan, Sharena belum ingin menikah sekarang. Ansel lebih rela kehilangan seluruh harta dari pada kehilangan kekasihnya itu. Namun Anyelir patut bersyukur, karena nyatanya, Sharena menghianati Ansel dan malah memilih Biru.

Seperti mendapat pelecut, Ansel menjadi berapi api. Ambisius mendapat seluruh harta peninggalan sang ayah.

“Lalu?” kata Ansel singkat.

“Tapi bukan dengan cara, memberi Mama cucu haram!”

“Yang penting aku punya anak, kan? Bukankah di dalam surat wasiat itu sudah di tulis jelas. Ayah hanya ingin cucu! Tidak peduli haram atau halal!”

“Hah? Hahaha… tidak peduli haram atau halal? Haha… lihat Jeff, aku makin meragukan dia sebagai anak! Ku rasa saat dulu pulang dari rumah sakit aku salah mengambil bayi!” Anyelir tertawa sumbang.

“Apa kita perlu mengadakan tes DNA, Nyonya?” sahut Jeff. Yang malah mendapat pelototan dari Anyelir. “Oke… aku salah lagi!”

“Mama ingin kau menikah Ansel! Menikah dengan gadis baik baik! Bukan malah menyewa rahim!”

“Mama tahu itu tidak mungkin!”

“Kenapa tidak mungkin? Kau tampan, kaya dan punya kedudukan! Semua gadis menginginkanmu!”

“Tapi aku tidak menginginkan mereka! Aku hanya akan menikah dengan Sharena!”

“Sharena? Gadis itu lagi? Jelas-jelas dia sudah meninggalkanmu! Apalagi yang kau tunggu!”

“Karena itu, Ansel akan merebut Sharena lagi! Dengan mendapat seluruh harta warisan! Sharena pasti kembali padaku!”

Adu mulut antara anak dan ibu itu tak terelakkan. Masing masing kukuh pada pendapatnya masing masing.

“Jadi kau melakukan semua ini untuk gadis sialan itu? Hahaha, ya ya, kau memang tak lebih dari boneka untuknya!”

Ansel ingin menyewa rahim dan punya anak, agar bisa mendapatkan seluruh warisan. Baru setelah itu merebut Sharena. Karena Ansel yakin, alasan Sharena dan keluarganya memilih Biru adalah karena menganggap harta warisan akan jatuh ke kakak tirinya. Dan jika harta warisan sudah di tangannya kembali, Ansel yakin, Sharena akan kembali padanya.

“Baiklah… lakukan sesukamu! Sewa rahim yang kau inginkan itu! Tapi Mama punya syarat!”

Anyelir akhirnya mengalah.

“Syarat? Apa?”

“Mama sendiri yang akan memilih wanita yang menyewakan rahim untukmu!”

Leave your comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *