Warung Remang-remang​ PART 2

Author Avatar

Dugem.ranjang69

Joined: Aug 2024
  • PART 2

SOPIR DAN KERNET

Setelah kejadian kemarin aku jadi tak berani pergi ke warung itu, bahkan untuk menemui Bu Yanti sang pemilik warung, apalagi teringat kejadian itu dengan si Junet walau melihat sekilas cukup membuatku trauma. Ada rasa khawatir jika nanti Bu Yanti merasa aku hanya main-main ikut kerja di warung setelah sebelumnya memohon untuk ikut bantu-bantu agar mendapatkan izin dari mas Joko. Namun ingatan itu kutepis jauh-jauh mengingat kemarin hampir diperkosa oleh sopir langganannya Bu Yanti.

Hari mulai siang, pukul 12 aku sudah mengerjakan sebagian besar pekerjaan rumah, tinggal menyapu halaman depan saja baru habis itu aku bisa istirahat. Baru saja mau mengambil sapu, aku dikejutkan oleh suara Bu Yanti yang memanggilku dari sebelah, memang rumah kita bersebelahan dipisahkan tembok setinggi dada yang mengelilingi halaman.

“Bu Siti” panggilnya.
“Eh i- iya Bu Yanti, ada apa ya?” jawabku terbata-bata sambil sedikit menunduk tak berani melihat wajahnya.
“Makasih ya Bu, kemarin bantu-bantu jadi lebih ringan, biasanya saya kewalahan kalo sendiri di warung” ucapnya santai.
“I- iya buk sama-sama. Saya cuma bantu-bantu sedikit” ucapku.
“Jangan merendah gitu, saya senang kalo ada yang nemenin di warung, biar ada temen ngobrol juga” ucapnya.
“Oh ya, nanti bisa bantu lagi di warung? Hari ini saya mau bikin nasi pecel, sekalian mau jual di warung, kalo ada yg bantuin saya jadi bisa sekalian jualan nasi” pinta Bu Yanti.
“Iya buk nanti saya ke warung lagi” aku kaget dengan perkataanku sendiri. Tanpa pikir panjang aku mengiyakan permintaan Bu Yanti untuk bantu di warung tempat hampir aku diperkosa kemarin.
“Makasih ya Bu, kalo gitu saya permisi dulu mau beli bahan-bahan masak”
“Iya Bu..” ucapku lirih tahu bahwa aku tak bisa menolaknya lagi karena terlanjur mengiyakan permintaannya.
Lalu Bu Yanti balik kanan ke motornya yang terparkir di teras rumahnya. Selama dia jalan, tak sengaja ku perhatikan bongkahan pantatnya yang semok seperti naik turun bergantian saat berjalan, tadi juga ku perhatikan ukuran dadanya yang cukup besar kira-kira 34C dibalik kaos dasternya. Sebelum ini tak pernah ku perhatikan Bu Yanti dengan detail namun dipikir-pikir lagi badannya cukup berisi untuk seumurannya.

Selama percakapan berlangsung tadi tak menunjukkan bahwa Bu Yanti tahu kejadian aku dan Junet kemarin, tak mengapa pikirku untuk pergi ke warung. Setidaknya kejadian kemarin tak ada orang lain yang tahu. Aku lanjut menyapu halaman dan setelahnya ku berjalan ke dalam rumah untuk mandi karena keringatku yang mulai bau.

Kuambil hp ku dan kuliat ada notifikasi dari mas Joko, dia bilang kalau tidak bisa pulang hari ini karena pekerjaannya lebih rumit dari biasanya, dia bilang akan pulang besok paling cepat. Kali ini aku memakan celana panjang bahan kulot dan baju rajut, tak mengapa pikirku karena pakaian ini masih sopan bila dipakai. Sebelum masuk ke kamar mandi, ku lihat celana dalam yang ku pakai kemarin. Ditengahnya seperti ada cairan yang sedikit kental daripada air. Melihat ini membuat memekku berkedut memikirkan kejadian kemarin yang hanya menyepong kontol dapat membuatku keluar banyak. Ku lempar ke bak pakaian kotor dan mulai mandi tanpa pikir panjang.

Pukul 3 sore, sudah dari jam 1 siang aku berada di warung. Bu Yanti memang memintaku untuk datang mulai jam 1 saja saat warung sedang ramai-ramainya dan selesai sebisaku. Hari ini warung tak terlalu ramai mungkin karena masih siang jadi banyak waktu bagiku untuk bersantai. Aku juga membantu Bu Yanti menyiapkan dagangannya nasi pecel, lebih banyak aku yang mengantarkan makanan dan minuman ke meja pelanggan, selebihnya Bu Yanti sendiri yang mengurus keperluan barang belanjaan dan lebih sering juga keluar untuk belanja sedang aku di warung melayani pembeli. Tak terasa hari sudah sore, awalnya aku berniat untuk pulang jam 5 sore takut kejadian kemarin terulang lagi jadi sebelum si sopir Junet itu datang aku harus sudah keluar dari tempat ini.

“Buk nanti saya mau pulang jam 5 sore, cucian di rumah masih numpuk takutnya pakaian buat suami besok belum kering” ucapku sambil beralasan agar diizinkan walau sebenarnya mas Joko belum pulang sampai besok.
“Gapapa neng, ibuk juga habis ini mau pergi arisan dulu, mau ibuk tutup sebentar warungnya ntar habis arisan jam 10 ibuk ke warung lagi” ucap Bu Yanti.
“Gak sekalian ditutup sampe besok buk?” tanyaku bingung karena Bu Yanti masih ingin buka warungnya malam-malam.
“Justru kalo malem tambah rame, malahan banyak warung sekitar sini yang bukan malem aja, cuma ibuk buka dari siang buat ngisi waktu luang aja” ujarnya.
“Oh gitu yaa..” jawabku pelan sambil membayangkan kejadian yang sebenarnya. Pada saat malam hari warung ini atau hampir semua warung di jalur Pantura berubah menjadi rumah bordil, hanya saja tak kelihatan karena dari luar tampak seperti warung biasanya.
Warung ini dan sekitarnya lebih tampak seperti rumah dengan dinding kayu dan pintu, dengan kamar mandi dan terdapat 1 ruangan untuk istirahat pemilik warung. Jadi dilihat sekilas dari luar tak nampak seperti warung kebanyakan pada umumnya.

Aku lanjut mengerjakan yang lain seperti melayani pelanggan, memasak air, membersihkan meja dan lain-lain. Sampai waktu terasa sudah pukul setengah 5 sore, sebentar lagi aku pulang. Kubersihkan piring dan gelas yang kotor sebelum pulang dan saat itu Bu Yanti menghampiriku.
“Neng siti” panggilnya.
“Iya buk?” tanyaku bingung.
“Ini saya mau pulang duluan ya, mau belanja sembako di toko desa sebelah, takut keburu tutup soalnya biasanya tutup jam 5. Ini saya titip kunci warung, nanti kalo sudah selesai minta tolong dikunci ya. Nanti taruh di pot bunga deket pintu rumah aja soalnya saya mau lanjut arisan habis belanja. Makasih ya neng”
Penjelasan Bu Yanti terlalu panjang untuk kucerna, jadi aku hanya mengangguk saja tanda setuju. Toh pikirku nanti tak ada apa apa.

Setelah cucian semua beres aku jalan untuk menutup semua jendela yang ada. Jendela ini hanya sebuah papan yang dapat dibuka dan ditutup seperti jendela rumah zaman dulu dan ada gorden kecil yang cukup untuk menutupi. Setelahnya aku kunci pintu utama dari dalam karena pintu ini hanya bisa dikunci dari dalam menggunakan papan yang dipasang melintang horizontal jadi pintu belakang adalah akses utama untuk keluar masuk warung saat awal buka dan mau tutup.

Semua berjalan lancar sampai setelah aku pasang papan kayu pengunci pintu utama tiba-tiba ada tangan yang menjamah susuku…

“Aahhh siapa ini?! Lepasin!!” teriakku sambil berontak mencoba melepaskan tangannya dari susuku. Kucoba sekeras aku bisa namun cengkramannya pada susuku semakin tambah kuat.
“Sssttt tenang aja neng, ini Abang yang datang” bisiknya.
*Deg
Aku yang kaget karena mendengar suara yang familiar ini membuat tubuhku mematung seperti tersambar petir di siang bolong.
“Diam aja nurut ya, ntar pasti dienakin sama Abang” katanya sambil memimilin putingku yang telah dia temukan di balik bh yang kupakai.
“Mmhhhh sshhh oohh aanghhh plis pak jangan, saya takut” ucapku menahan kenikmatan yang dia berikan.
Tangan kasar khas sopirnya semakin semangat memainkan di area susuku. Tangannya kini sudah masuk ke dalam bajuku.
“Pak tolong jangan pak, saya gak mau. Nanti saya teriak” ucapku sedikit mengancam walaupun disini aku yang lebih terancam. Namun tiba-tiba..
*Sreekkk
Suara kain robek dari bh ku yang ditarik paksa olehnya membuatku reflek berteriak dan belum sempat selesai aku berteriak, tangannya dengan cepat membungkam mulutku.
“Jangan coba-coba buat teriak dasar lonte! Awalnya mau kuewe kayak istriku sendiri jangan coba-coba ngetes atau aku perkosa kamu! Paham!!” bentaknya sedikit marah namun tetap menjaga nada suaranya agar tak terdengar dari luar.
Aku yang tak punya pilihan lain hanya bisa menganggukk pasrah, mengikuti kemauannya.

Bekapan tangannya di mulutku dilepas dan ia membalikkan badanku bersandar ke pintu utama dan menghadapnya, sedangkan kedua tanganku diangkat kerasa dan ditahan dengan satu tangannya. Aku yang tak berani menatap hanya bisa membuang muka dan menutup mata.
“Dengar ini lonte, kamu teriak sekencang-kencangmu gak bakalan ada yang nolongin kamu. Jalanan sepi dan orang-orang dah pada balik ke rumah, cuma ada sopir-sopir yang lagi istirahat. Alasanku nutup mulutmu tadi biar orang lain gak ikut make memekmu. Aku gak mau joinan lonte sama kontol lain” ucapnya sambil tangannya memegang pipiku mengarahkan wajahku agar menatapnya. Penampilannya beda dari yang kemarin, sekarang lebih bersih dan tak ada bau-bau keringat atau badan khas sopir-sopir lain.
“Kalo sudah paham kita mulai dari perkenalan lewat mulut”
Tanpa basa-basi Junet langsung menyambar mulutku dan ingin melumatnya. Aku yang tak ingin dicipok olehnya berusaha berontak menggelengkan kepalaku kekiri dan kanan, namun tenaganya yang kuat membuatku tak bisa berusaha banyak.

Karena kesal akhirnya susuku dicengkeramnya kuat-kuat dengan tangannya yang tadi memegang pipiku. Aku yang kaget dengan hal ini otomatis membuka mulut dan akan berteriak, namun mulut Junet yang dengan cepat menyambar mulutku dan memaksa lidahnya masuk kedalam. Akhirnya pertahananku kalah dan dia mulai French kiss dengan liarnya. Tangannya juga tak mau kalah, bh ku yang sudah terlepas menyisakan hanya 1 kain diantara kulitku dan tangannya. Diremas-remas susuku, diputar, dipilin dan kadang ditarik putingku sampai aku berteriak kecil dan melepaskan ciumannya.
“Keras sekali pentilmu, kapan terakhir ngewe sama suamimu” tanyanya sambil menarik-narik putingku.
“Aahhh oooghhhh sshhh” desahku tak karuan.
“Cepat jawab!” bentaknya sambil mencubit kasar putingku sampai rasanya mau lepas.
“Iyaa iyaaa aku ngewe sebulan lalu aaaahhhhh jangan ditariikkkk” jawabku.
“Nah gitu dong. Pantes aja keras gini jarang dipake. Ukuran berapa tetekmu” tanyanya sambil melepaskan kedua tangannya dan mulai menghisap dan memainkan susuku bergantian kiri dan kanan.
“Ooohhhh ssshhhh aachh sakiit” racauku kesakitan karena dicupang area sensitifku dan tangannya yang terus memainkan putingku.
“Jawab lonte! Atau ku gigit pentilmu sampai copot” Bentaknya dan semakin keras menggigit putingku.
“Aaaahhh 36 ooohhh 36C mass, jangannnn digigit putingku sshhhh” jawabku pasrah.
“Tetek segede ini sia-sia dianggurin. Kalo jadi lonteku udah aku pake badanmu tiap hari” jawabnya mulai tenang dan melepaskan mulutnya dari susuku.
Kulihat susuku penuh warna merah bekas cupangan Junet. Tak kukira 1 orang dapat membuat bekas cupangan yang banyak dalam waktu yang singkat.

Junet menarik tanganku dan mengarahkannya ke tonjolan celana jeans nya. Seperti terhipnotis aku mulai membuka resleting dan melonggarkan celananya. Tampak boxer warna hitam dengan tonjolan keras di tengah. Junet yang tak sabar, mulai menyuruhku untuk membuka celananya semua. Aku yang awalnya ketakutan akhirnya pasrah setelah melihat tampang garangnya yang seakan-akan memperkosaku jika aku menolaknya. Kulepas celana jeans sampai ke bawah dan kuliat paha yang keras dan kekar penuh dengan otot-otot yang mengkilap. Betisnya juga ditumbuhi banyak bulu. Untungnya dia lagi tak pakai sepatu, jadi lebih mudah melepaskan celana.

Saat celananya telah lepas sepenuhnya, aku mulai berdiri untuk menaruh celananya di bangku panjang, namun sesaat aku melihat keatas untuk berdiri, kuliat Junet dan kontol jumbonya berada tepat diatas kepalaku. Aku yang takut melihat ini sama persis kejadian yang kemarin. Bedanya sekarang aku dengan nurutnya melepas celana yang dia pakai, aku juga tak tau apa yang merasukiku.
“Kenapa? Ini kontol yang kemarin kamu sepong. Masa sudah lupa” ucapnya ketika tau ekspresi mematungku melihat kontolnya yang mengacung tegak.
Kepalaku dipegangnya dengan satu tangan dan menariknya ke belakang, memaksaku untuk mendongak keatas. Dia mulai membenturkan kontolnya ke wajahku dan meludahi kontolnya yang beberapa malah terkena wajahku. Aku dalam posisi yang hina ini tak mampu berbuat apa apa, dipaksa jongkok membiarkan wajahnya digesek-gesek dengan kontol dan diludahi. Sampai dirasa kontolnya cukup licin dan basah akibat ludahnya, Junet mulai memaksaku untuk menyepong kontolnya.

“Buka mulutnya dasar lonte!”
Aku yang sekarang pasrah hanya bisa membuka mulutku, menerima kontolnya yang akan masuk menggenjot tenggorokanku lagi.
“Nah gitu dong, kalo dari awal nurut ga perlu tadi aku kasar-kasar” ucapnya sambil memaju mundurkan pinggulnya ke arah mulutku.

Tak seperti kemarin yang perlakuannya kasar seakan aku diperkosa, kali ini Junet melakukannya dengan lembut, walau kadang beberapa kali dia hentakkan kontolnya sampai menabrak dindin tenggorokanku sampai dalam-dalam. Posisiku sekarang hanya bisa menerima setiap hentakan kontolnya yang besar dengan susuku terbiarkan terekspos dan ada bekas cupang dimana-mana. Kontolnya yang kurang lebih 18cm dan tebal 5cm cukup membuatku kewalahan dengan beberapa kali seperti mual karena ujungnya yang masuk terlalu dalam. Sampai akhirnya dia merasa capek dan memintaku untuk nyepong sambil dia tiduran di bangku panjang.

“Gantian kamu yang gerak” perintahnya.
Aku mengikuti apa kemauannya dengan menyepong kontolnya dengan kedua tanganku sendiri. Aku yang mulai terbiasa mencoba memainkan bijinya yang ukurannya sedikit besar dan berat saat kupegang. Sambil tak berhenti aku nyepong, Junet meracau tak karuan.
“Aahh anjing lonte, kalo tau ada lonte sebagus ini udah aku pake berkali-kali dari dulu. Sepong terus sampe ke pangkalnya, lonte kayak kamu harus dikontolin setiap hari pake kontol jumbo” racaunya keenakan.
Aku memang pintar dalam hal blowjob, mas Joko tak pernah tahan lebih dari 1 menit saat aku sepong. Aku cukup bangga dengan skill yang aku dapatkan dari mas Joko saat dulu mengajariku caranya menyepong kontol.

Kontolnya Junet termasuk besar bagiku, sedikit kesulitan saat nyepong namun tak kulihat penolakan dari wajahnya. Kalau saja aku dari awal tau ukuran kontolnya dan dia meminta dengan baik-baik, mungkin aku berikan servisku. Karena kadang-kadang aku merasa kesepian saat ditinggal mas Joko pergi dinas dan aku menyadari mulai muncul bibit kebinalan dari dalam diriku, namun aku masih tau batasan dan menjaga nama baik mas Joko dan keluarga.
Saat junet menikmati seponganku dan aku menikmati kontol jumbonya tiba-tiba ada suara dari luar memanggil..

“Bos?” panggilnya.
“Bos junet ada di dalam tah?” tanyanya memastikan lagi.
Aku yang khawatir kalau ketahuan orang lain, segera mencari bajuku yang terlepas dan melepas kontol Junet dari mulutku, namun tangannya tiba-tiba menahan kepalaku agar tetap menyepong kontolnya.
“Di depan Pri” jawab Junet ke orang yang bernama Supri.
Aku yang semakin khawatir mulai memukul paha Junet dan mencubitnya agar kontolnya terlepas dari mulutku sebelum orang yang bernama Supri datang ke meja ini.
“Diam kamu tetep sepongin kontolku” perintahnya.
Supri semakin mendekat kudengar dari langkahnya yang semakin jelas.
Akhirnya kita bertiga berada di ruangan yang sama…

“Wah bos udah gak tahan aja, biasanya pas jalan pulang baru mampir ngontolin mbok Yanti. Kirain tadi cuma mau bungkusin kopi, makanya aku susul” ucap Supri seperti tak kaget dengan kejadian ini.
“Hehe yah begitulah. Kamu tutup dulu pintu belakang biar gaada yang masuk” perintah Junet yang merupakan bos dari Supri.
“Siap bos” ucap Supri.
Setelah menutup pintu belakang, Supri kembali ke depan tempat aku dan Junet melakukan adegan cabul.
“Ikutan ya bos, biar fokus nanti di jalan gak ngaceng mulu.. LOHH INI SIAPA??!” tanyanya dengan sedikit kaget.
“Pelanin suaramu , barang baru ini masih mulus. Gak dipake suaminya jadi lonte yang gila kontol” ucap Junet yang masih menahan kepalaku agar tak lepas dari kontolnya.
“Wah barang bagus ini, gak sadar tak kirain mbok Yanti soalnya pantat lonte ini 11 12 besarnya sama mbok Yanti, cuma ini lebih padet kencang” ucap Supri yang malah semakin menambah nafsuku. Memekku yang basah daritadi semakin jadi basah saat tau Supri akan datang, saat dengar pujian dari Supri aku tak tau mungkin celanaku sudah basah oleh cairan memekku.
“Asiik kalo gitu join ya bos kayak biasanya kita garap mbok Yanti” ucap Supri sambil tangannya menyentuh pantatku. Aku seperti tersetrum kedua kalinya, tak pernah ku sangka kalau akhirnya aku diperkosa. Tidak cuma 1 orang melainkan 2 orang.
“Enak aja, itu memeknya belum kupakek, kau pake aja mulutnya dulu” ucap Junet yang menekan kepalaku agar masuk ke dalam sampai kontolnya hilang sepenuhnya dan akhirnya ditarik kepalaku lepas dari kontolnya.
*Plop
“Puaaahhhh ajahhhh aghhh sshhhh ooohhh” aku yang daritadi nyepong kontol jumbonya akhirnya bisa mengambil nafas sebentar dan kurasakan mulutku ngilu akibat ukuran kontol yang terlalu besar.
“Neng cantik gantian kontolnya Abang ya” ucap Supri yang telah melepas celananya dan menunjukkan kontolnya kepadaku.
Aku yang kaget karena ukuran mereka 11 12 hanya bisa pasrah menerima, tau bahwa akan diperkosa jadi lebih baik menerima daripada kekerasan.

Supri mengambil alih posisi Junet yang duduk di bangku namun Supri memilih berbaring dan mengacungkan kontolnya yang tegak keatas untuk disepong. Sedang Junet ke belakang ku mulai melepas celana yang aku pakai, disana dia melihat celanaku yang basah akhir cairan memek yang keluar. Satu persatu dia lepas sampai akhirnya aku bugil seutuhnya tanpa sehelai kainpun yang melekat di tubuh.
“Lonte perek jual mahal, daritadi becek sok sok an nolak dikontolin” ucap Junet yang melihat memek mulusku tanpa sehelai bulu yang becek akibat rangsangan daritadi. Dia mulai memasukkan jarinya ke dalam dan mulai mengobok-obok isi didalam memekku.
“Aaacchh ooghhh sshhh” racauku.
“Gimana? Enak buat lonte kayak kamu?” Tanya Junet masih dengan jarinya merangsang area g spot ku dan klitorisku.
“Aahhh enaakkhh ohhh” ucapku tanpa pikir lagi.
Tiba-tiba kepalaku didorong oleh Supri dengan kontol 17cm yang yang tak kalah tebal membuat mulutku penuh.
“Lonte ini mulai nunjukin warna aslinya hehe” ucap Junet merasa bangga.
“Sempit gak bos? Mulutnya enak ini, kayaknya udah nyepongin banyak kontol” ucap Supri.
“Sempit banget pri, kasih kasar aja mulutnya, lonte kayak gini sukanya dikasarin orang lain” ucap Junet.
Aku yang mendengar obrolan mereka seharusnya merasa sedih dan marah, namun entah kenapa hal ini malah membuatku semakin nafsu. Kontol Supri tak henti-hentinya aku nikmati seperti anak kecil diberi lolipop. Dari pangkal sampai ujung tak terlewati olehku, bahkan bijinya yang juga besar tak luput dari kumanku.
“Aahhh enak banget anjing, hisap terus bijiku lonte, keluarin peju di dalamnya” ucap Supri keenakan.
*Jleb
“Aaaachhhhhh saakiiiiitttt, keluarin keluariiiin” aku berteriak karena ada benda asing yang menerobos masuk ke memekku. Tak tanggung-tanggung kontolnya Junet langsung ambles seluruhnya. Belum sempat sakit reda, mulutku kembali lagi dimasukkan kontolnya Supri.
“Aacchh- gok gok gok”
“Siapa suruh lepasin kontolku. Dasar lonte murahan gak tau caranya nyepong” Supri semakin kencang menghentakkan kontolnya ke mulutku. Dia seperti ngentot dengan memek namun bukan memek yang dia entotin tapi tenggorokanku yang menerima kontolnya.
“Aaahhh anjing sempit banget bangsaatt. Lonte lo gak pernah dipake sama suamimu? Kayak ngeperawanin ABG” ucap bang Junet yang juga semakin cepat menggenjot kontolnya di dalam memekku. Aku dalam posisi nungging menerima serangan dari depan belakang. Tubuhku juga menyesuaikan ritme genjotan dari kedua kontol jumbonya.
*Plok plok plok
Suara hentakan pantatku dengan pinggu Junet memenuhi warung ini.
*Gok gok gok gok
Genjotan Supri yang membuatku tak bisa mengambil nafas walau sebentar.

30 menit dalam posisi doggy-style membuatku tak berdaya. Genjotan mereka yang semakin liar juga membuat pantat dan mulutku ngilu semua. Tak berlangsung lama Junet mulai mempercepat tempo genjotannya dan kedua tanganku ditariknya ke belakang. Posisiku saat ini membuat kontol Junet masuk lebih dalam, rahimku berkali-kali ditabrak oleh kepala kontolnya itu dan pantatku semua merah bekas tamparan dari Junet.
“Aahhh aahhh anjing terima pejuhku ini peeeekkkk aaahhhhh” otomatis kulepas mulutmu dari kontolnya Supri dan tak tahan dengan genjotnya akhirnya aku mendapatkan orgasme ke sekian kali.
“Aachhh ahhh aaahhh terus mas aahhhhh genjot terus aku keluaaarrrr” ucapku sambil orgasme.
“Hamil anakku lontee”

>>> BOKEP VIRAL FREESTREAM CLICK 👉 ( gudangvideo.plus ) <<<

*Crott crot crott serrrrr
Aku langsung ambruk diatas kontol Supri yang tadi terlepas dari mulutku dan kini kembali aku sepong kontol Supri sedangkan rahimku penuh dengan peju panasnya Junet. Memekku seperti tak mau melepaskan kontol yang membanjirinya dengan 12 kali semprotan peju itu, setelah terlepas seperti tak mau menyia-nyiakan, tak ada lelehan peju yang mengalir keluar dari memekku. Gawat, bisa hamil nanti pikirku.
“Lonte perek. Memeknya dipejuhin masih nyepong kontol lain” ucap Junet mengolokku namun aku anggap sebagai pujian.
“Wah barang langka ini bos, binalnya udah gak ketolong. Tiap hari dikontolin gak bakal nolak pasti lonte satu ini” ucap Supri memberi komentar.
“Sekarang gantian aku ngerasain memekmu” Supri bangkit dan merebahkan tubuhku di bangku panjang, sekarang posisiku berganti menjadi terlentang dan Supri menyodok kontolnya dari depan.
*Bless
“Legit bos masih nggigit padahal habis dipake” ucap Supri.
“Bersihin perek, kontol ini habis ngenakin kamu” ucap Junet sambil menyodorkan kontolnya yang penuh peju dan cairan memek ke depan mukaku.
Tanpa pikir panjang langsung kulahap kontol itu, kontol yang telah menyodok memekku.
“Gak pernah puas sama kontol ya kamu” ucap Junet.
Susuku yang berguncang seirama genjotin Supri tak luput dari tangan mereka berdua, ada ayang meremas, memilih bahkan menampar satu-satu susuku. Aku pasrah dan mengeluarkan desahan yang membuat mereka semakin menjadi-jadi.
“Nemu aja lonte ajib gini bos, dikabarin malah seneng, kalo diangkut gua mah ga bakal nolak” ucap Supri.
“Bener juga lu pri, mau gak neng ikut kita anter barang, jadi lonte pribadi tiap hari bisa ngerasain kontol” ucap Junet yang semakin membuatku terangsang, namun aku masih mempunyai kesadaran dan aku menolaknya dengan menggelengkan kepalaku.
“Hahaha lucu juga lonte ini bos”

Tak butuh waktu lama Supri mulai menunjukkan tanda-tanda mau keluar. Genjotannya semakin kasar membuatku semakin mendesah tak karuan. Diremasnya susuku sambil mempercepat genjotannya.
“Anjing mau keluar, siap-siap memekmu dicrotinn pejuh” ucap Supri.
“Aachhh acchh aahh ahhhhh terus mas crotinn dalam enakkkk aaaaaahhh”

*Crot crott crott
8 kali kontol Supri mengeluarkan peju nya. Memekku terasa sangat penuh dan terbakar, meskipun Supri sudah mencabut kontolnya tetap saja terasa penuh.
“Bersihin sayang” ucap Supri minta kontolnya dibersihkan sambil mengelus rambutku. Aku sedikit tersentuh dengan sikapnya seperti suami istri setelah selesai semuanya. Walaupun disini lebih seperti adegan pemerkosaan.

Setelah kontol mereka bersih, mereka pamit untuk lanjut mengantarkan barang dan katanya akan mampir lagi pas perjalanan pulang.
“Neng nanti pas pulang kita mampir ya, ketagihan sama memeknya legit” ucap Supri sambil tersenyum. Aku yang tersenyum mendengar kata-kata itu seperti wanita yang diimpikan oleh mereka.
“Mampir aja bang, ntar neng bikinin kopi sama neng servis in abang berdua lagi. Memek neng juga ketagihan sama kontol-kontol jumbo ini hihihi” ucapku sambil mengelus-elus kepala kontol mereka.
“Enak jadi lonte kita neng?” Ucap Junet kali ini.
“Enak kalo kontolnya segede ini dan tahan lama. Cewek mana aja juga bakal jadi lonte kalo habis dikontolin pake ini” ucapku.
“Yauda kalo gitu kita berangkat dulu ya neng, oh ya sebelum itu kita selfie dulu ya, buat kenang-kenangan dan bacol kalo di jalan” ucap Supri sambil mengeluarkan hp nya.
“Iyaa bang, kalo sange jangan coli. Kesini aja ntar neng coliin lebih enak” ucapku memancing mereka.

Aku diposisikan di tengah duduk di bangku sambil kedua kakiku diangkat oleh masing-masing, jadi di foto akan terlihat memekku yang penuh pejuh mereka yang mengalir.
“1.. 2.. 3.. cheese”
“Ih abang itu pejuhnya keluar pas difoto”
“Gapapa neng, hot biar keliatan kalo beneran lonte” ucap Supri.
“Yaudah deh yaudahh hati-hati ya bang, jangan bayangin terus ntar oleng, kalo ga tahan bawa sini aja hihihi” candaku.
“Yaudah neng kalo gitu kita berangkat dulu ya” pamit mereka.
“Eh tunggu bang” ucapku sambil posisi jongkok.
Kubuka resleting mereka berdua setelah berbalik dan ku sepong sekali sampai semuanya amblas lalu ditutup dengan kecupan di kepala kontolnya.
“Hihihi pamitan dulu sama kontol yang nggenjotin aku tadi, hati-hati ya bang” ucapku langsung berlari ke kamar mandi di belakang sambil membawa bajuku.
“Dasar lonte suka kontol”
“Kita dapet lonte bagus bos, jangan disia-siain”

Setelah berpakaian, ku tutup warung laknat itu. Untung saja di toilet ada pembalut cadangan, jadi kupakai sementara agar pejuh yang di memekku tak menetes keluar. Setelah sampai di depan rumah, kutaruh kunci warung di pot dekat pintu seperti ucapan Bu Yanti. Tak kusangka waktu sudah pukul 8, berarti tadi sudah 3 jam aku digarap oleh mereka, kuambil baju ganti dan aku mandi. Di dalam kamar mandi, ku renungkan perbuatanku tadi, seperti mendapatkan kesadaranku kembali, aku merasa tak suci karena sudah dinodai oleh sopir dan kernet itu. Namun kepuasan sex juga jarang kudapatkan dari mas Joko. Entah besok akan terjadi apa, akh harap mas Joko bisa mengerti…

BERSAMBUNG

Leave your comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *