Warung Remang-remang PART 4
- PART 4
Rahasia Tukang Sayur
Pagi hari yang cerah tak ada satupun awan di langit dan suara burung liar yang saling bersahutan, cahaya matahari masuk ke kamar tidur lewat jendela dengan gorden yang sedikit terbuka, dengan cahaya itu aku dapat melihat sekeliling ruangan tanpa menyalakan lampu dan kulihat ada mas Joko yang masih tidur di sampingku. Terlihat jelas dari wajahnya nampak kelelahan, memang dari kemarin belum sempat istirahat dengan tenang setelah keluar kota lalu malamnya ada acara di rumah ketua RT. Tak tega rasanya membangunkan mas Joko, akhirnya aku bangun untuk mandi dan membuatkannya sarapan.
Aku pakai baju daster tanpa lengan dengan rambut aku gulung Cepol keatas, tanpa memakai pakaian dalam sehingga sedikit nampak tercetak pentilku. Pakaian ini selalu kugunakan jika di dalam rumah dan mas Joko juga tak komentar, namun saat keluar rumah aku ganti dengan pakaian yang lebih tertutup.
Setelah mandi segera kusiapkan masakan untuk sarapan kita berdua, kumulai dengan mencuci sayuran dan menanak nasi. Aku cukup terampil dalam hal memasak karena sejak gadis sudah terbiasa dengan kegiatan dapur. Karena tak pakai bh jadi susuku 38D bergerak seirama dengan tanganku yang memegang pisau yang kugunakan memotong bawang, begitupula ketika mengambil wajan di bawah, semua laki-laki akan merasakan ereksi melihat bongkahan pantatku saat menunduk. Untung saja dapur ini berada di dalam rumah, meskipun terdapat jendela dan ventilasi yang lebar namun susah untuk orang lain melihat ke dalam belum lagi pekarangan belakang rumah yang cukup luas untuk menjemur dan dikelilingi pagar. Saat sedang memasak tiba-tiba aku dikagetkan dari belakang…
*Plak
“Aahh mas Jun- mas Joko ngagetin iihh” ucapku saat melihat mas Joko yang sudah bangun.
Hampir saja aku keceplosan saat teringat kejadian itu dengan sopir truk Junet.
“Bokongmu loh dek, besar banget, pulen. Laki-laki mah gaada yang nolak kalo dikasih kayak gini, yang ada mah mereka rela bayar buat entotin bokong ini” ucap mas Joko setengah sadar habis bangun tidur.
“Omongannya loh, emang mau istrinya dipake sopir-sopir gitu. Sudah cuci muka dulu sana” ucapku yang dibalas dengan senyuman licik dari mas Joko.
Setelah pergi untuk cuci muka aku baru sadar dengan apa yang telah aku ucapkan, bisa-bisanya aku ngomong begitu gimana nanti kalau mas Joko tau kejadian dengan Junet dan kernetnya Supri, apalagi senyuman itu bikin kepikiran. Tapi salah mas Joko juga sudah bilang begitu.
Kulanjutkan memasak tadi yang sempat tertunda, kugunakan wajan yang telah kuambil untuk menumis kangkung dan memasak air panas untuk kopi mas Joko, namun setelah kucari-cari tak ada di tempatnya dan saat aku mencari di bawah saat itulah mas Joko sudah kembali…
*Srett
“Eh eh apa ini mas Jo- Aaahhh” aku teriak saat ada benda keras yang masuk kedalam memekku.
“Aahhh ahhh sakit maassshh” erangku saat kutau mas Joko menggenjot memekku dengan cepat dan pinggangku digunakannya untuk pegangan.
Ternyata saat kembali dari toilet, mas Joko tak tahan melihatku sedang nungging dan langsung menyingkap dasterku keatas dan nampaklah semuanya karena aku juga tak memakai celana dalam.
“Ooohhh maaf dek kontol mas ga tahan” ucap mas Joko sambil mempercepat tempo genjotannya.
*Plok plok plok
“Aaahhh aah ahhh maasshh” aku yang diposisi doggy style berdiri hanya bisa berpegangan di meja depanku dan berusaha agar tak terkena panas dari kompor.
*Plak plak
“Aaahh jangan ditampar oohhh ohh” erangku saat mas Joko menampar bongkahan pantatku.
Rasanya sakit namun perlahan berubah menjadi nikmat.
“aaah enak dek aaarrghh aarrghh bokongnya minta dientot aarrgh” erang mas Joko yang nampaknya akan keluar karena genjotannya semaki cepat dan tak seperti biasanya yang banyak diam, kali ini seperti bersemangat untuk memperkosaku.
Susuku yang menggantung bergoyang ke depan belakang tak luput dari mas Joko. Tangannya secara kasar meremas dari dalam dasterku lewat potongan lengan yang cukup lebar, aku yang diserang atas bawah hanya bisa pasrah dan menikmati genjotan dari kontolnya mas Joko.
“Aaahhh enak massh aaaccchh” teriakku saat merasakan orgasme dan disaat yang sama mas Joko semakin cepat menggenjot dan mungkin juga mau keluar.
“Aarghh aku keluar dek aahh”
*Plop crot crot crott
Dan benar saja, saat keluar mas Joko mencabut kontolnya dan dikeluarkan diluar, sedang aku berusaha untuk tetap dalam posisi nungging namun tak kuat karena tadi juga keluar sehingga aku ambruk di lantai dengan posisi menyamping. Mas Joko masih mengeluarkan spermanya dan karena posisi ini aku jadi seperti dimandikan oleh spermanya.
“Aahh ahhh enak dek” ucap mas Joko menyemprotkan spermanya ke tubuhku.
“Aahhh aahh mas capek ahhh” rintihku, baru ini mas Joko bersemangat mengentot aku pagi-pagi, biasanya langsung buru-buru berangkat kerja, apakah mungkin karena beberapa hari di luar kota membuatnya menahan nafsunya.
“Tolong bersihin dek” ucap mas Joko sambil jongkok menyodorkan kontolnya ke arah muka ku yang masih terkapar di lantai.
“Iihhh mas Joko kok adek dimandiin sperma gini sih, mana keluarnya banyak banget lagi” ucapku protes saat mengetahui hampir semua badan dan bajuku berlumuran sperma, apalagi bagian pantatku rasanya lengket semua.
“Gapapa dek jadi tambah hot, salah sendiri mandi gak ngajak, ini gak dibersihin dulu dek?” ucap mas Joko sambil tangannya mengarahkan kontolnya masuk ke mulutku.
“Dasar” ucapku singkat sambil menggenggam kontolnya lagi dan memberinya blowjob untuk membersihkan sisa-sisa sperma yang masih menempel di kontolnya.
“Aduh aww pelan-pelan dek” ucap mas joko.
*Plop
*Crott crot crot
“Aahh mmhh hehe enak mas?” ucapku centil karena membuat mas Joko keluar lagi, sambil mengocok batang kontolnya aku buka mulutku untuk menerima sperma yang keluar dan beberapa mengenai pipi dan wajahku.
“Aahhh enak pagi-pagi keluar 2 kali, ga biasanya begini, jadi makin binal kamu yahh” ucap mas Joko yang di telingaku terdengar seperti pujian.
Kuberikan senyuman manisku, mas Joko tak tahu saja kalau istrinya sudah merasakan kontol-kontol sopir ya walaupun masih 2 kontol namun lebih besar dan panjang dari milik mas Joko. Apalagi semalam melihat Bu Yanti yang digilir 10 kontol jumbo membuatku semakin basah, akankah nanti aku juga merasakan apa yang Bu Yanti rasakan, digilir oleh 10 orang dengan kontol-kontolnya yang panjang berurat dan perkasa…
Setelah kejadian itu aku lanjutkan memasak dan makan bersama dengan mas Joko. Hari ini mas Joko ada panggilan pekerjaan namun hanya di kantor yang dimana masih 1 kota, setelah makan mas Joko langsung siap-siap untuk pergi kerja.
Ku lanjutkan aktivitas seperti biasanya, menyapu ngepel menyirami tanaman. Tak banyak yang dilakukan karena memang kita belum punya momongan, jadi sebagian pekerjaan rumah selesai sebelum pukul 12 siang. Saat aku menyirami tanaman di teras, ada tukang sayur keliling lewat. Sudah jadi kebiasaan di jam 9 pagi ini terdapat tukang sayur yang keliling sambil mengendarai motor dengan bak berisi sayuran di belakang, biasanya berkeliling di beberapa kampung untuk menawarkan dagangannya dan termasuk di kampung sini. Ini cukup membantu bagi ibu rumah tangga yang belum sempat pergi ke pasar.
“Pak beli” teriakku memanggil tukang sayur. Ia berhenti persis di depan rumah dan mulai memarkirkan motornya.
“Ga sempet ke pasar neng Siti?” tanyanya.
“Bukan pak Lis, tadi sudah masak ini beli buat masak nanti sore” ucapku sambil memilih beberapa sayuran untuk dimasak nanti. Aku cukup dekat dengan tukang sayur ini karena hampir setiap hari aku beli sayur disini.
Sambil berbelanja aku juga ngobrol dengan pak Lis, biasanya tentang harga sayur terkini, gosip-gosip dari kampung sebelah dan juga kadang curhat tentang hubungan dengan istrinya. Aku lebih banyak mendengarkan dan kadang juga menimpalinya.
“Neng, mbok Yanti ada di rumah?” tanya pak Lis sambil melihat kearah rumah Bu Yanti.
“Kurang tahu ya pak, dari tadi pagi sih Bu Yanti belum keliatan keluar rumah” ucapku sambil menunduk membayangkan adegan pemerkosaan semalam, namun apakah juga disebut pemerkosaan kalau Bu Yanti sendiri menikmati…
“Pagi mbok, ini sayur titipannya masih ada” teriak pak Lis. Kulihat dari belakang terlihat Bu Yanti berjalan dari rumahnya, dengan daster dan rambut terikat seperti kunciran ekor kuda Bu Yanti berjalan dengan pelan namun seperti ada yang aneh dari cara jalannya. Aku rasa ini efek kegilaan semalam.
“Pagi buk” ucapku sambil tersenyum menyembunyikan isi pikiranku.
“Pagi neng, mau belanja buat stok dapur?” tanyanya.
“Iya buk, ini beli sayur SOP sama pare” ucapku.
“Ini mbok titipannya, udah tak pilihin yang bagus-bagus dan besar” ucap pak Lis sambil menyerahkan sebungkus sayuran terong yang memang terlihat bagus dan besar-besar.
“Pak tambahin parenya, 1 aja tapi yang besar ya” ucap Bu Yanti setelah melihat aku memegang pare.
“Siapp mbok, saya gratisin ini hehe” ucap pak Lis sambil terkekeh.
“Makasih pak, ohya neng nanti libur dulu ya warungnya, ibuk ngerasa gaenak badan mau libur sehari dulu gapapa ya” ucap Bu Yanti. Dalam hati aku berpikir mungkin ini karena yang semalam tanpa tahu bahwa aku mengintip kegiatannya.
“Oh iya Bu gapapa” ucapku. Aku yang sudah selesai dengan belanjaanku, memberikan uang 20 rb ke pak Lis. Begitupula Bu Yanti yang sudah selesai dengan belanjanya. Setelah menerima uangnya, pak Lis langsung bergegas lanjut berkeliling sedangkan Bu Yanti terlebih dahulu berjalan balik ke dalam rumah. Aku yang beralasan membetulkan posisi tong sampah agar dapat melihat cara jalannya Bu Yanti dan benar saja cara jalannya seperti pengantin sehabis malam pertama atau sehabis melahirkan. Setelah memastikan itu aku pun berjalan masuk ke rumah.
Karena tak ke warung, aku bisa bersantai di rumah seharian, pekerjaan rumahku juga sudah selesai semua akhirnya aku gunakan untuk menonton tv di rumah. Letak ruang keluarga berada di samping rumah, lebih tepatnya samping rumah yang mepet dengan rumahnya Bu Yanti. Terdapat jendela juga yang menghadap ke tembok rumah Bu Yanti, di desa jendela samping rumah masih lumrah karena masih terdapat jarak antar rumah tetangga, jadi jendela ini masih bisa dipasang untuk pencahayaan rumah.
Beberapa kali terdengar suara dari rumah Bu Yanti, awalnya tak ku perhatikan dan fokus menonton tv namun lama-lama suara itu jadi lebih jelas dan ada beberapa yang menarik perhatian.
“Aahhh ssshhh pelan-pelan pakk ohhh”
Aku tersentak mendengar suara itu dan langsung ku matikan tv untuk lebih fokus mendengar suaranya.
“Enak nggak mbok, lebih enak pake ini apa kontolku?” terdengar suara lagi namun kali ini terdengar lebih berat.
“Enak ohhh enak, enak semuanya” kali ini seperti suara perempuan yang pastinya sedang mengalami kenikmatan.
“Rakus kali, semua diembat” ucap suara yang berat seperti suara laki-laki.
Kali ini aku membuka sedikit jendelaku untuk melihat keadaan sekitar, jendela ini mengarah ke rumah Bu Yanti dan terdapat jalan setapak dengan lebar kurang lebih 1 meter diantara tembok rumah kita. Jalan ini tak terlihat dari luar karena tertutup tanaman rimbun dan karena lebarnya kurang lebih 1 meter jadi jika ada orang berdiri disini tidak akan terlihat dari luar atau dari jalan.
Setelah memastikan di jalan itu tak ada siapapun, maka suara ini pasti berasal dari dalam rumah Bu Yanti. Segera aku pergi ke belakang dan menuju ke gang itu, karena merasa cukup aman aku memutuskan untuk mengamati suara itu dari gang ini.
Aku cari-cari asal suaranya dengan hanya mendengarkan desahan mereka dan pelan-pelan berjalan agar tidak diketahui oleh orang lain. Benar saja, suara ini berasal dari rumah Bu Yanti bagian belakang, kalau tidak salah dibalik ini adalah kamar tidur Bu Yanti. Dari sini suaranya menjadi jelas, ini adalah suara Bu Yanti sama seperti malam sebelumnya namun aku belum bisa memastikan suara siapa yang lebih berat mirip laki-laki itu.
Kucari lubang yang bisa kugunakan untuk mengintip ke dalam, untung saja rumah Bu Yanti terbuat dari papan kayu dan terdapat beberapa lubang yang cukup untuk bisa melihat ke dalam.
“Aacchhhh sakitt” teriak Bu Yanti yang membuatku kaget.
“Sakit apa enak?” suara berat ini lagi.
“Sakiiit pakk tapi enaakkhh ohhh sshhh” suara Bu Yanti lagi.
Kutemukan lubang sempurna untuk mengintip, sedikit jauh dari mereka namun terlihat jelas. Betapa kagetnya saat kulihat ternyata didalamnya Bu Yanti sedang berada dalam posisi nungging doggy style membelakangi posisiku dan dibelakang Bu Yanti ternyata adalah pak Lis tukang sayur yang kita temui tadi pagi…
Bu Yanti menungging dengan pantatnya yang kemerahan seperti warna buah apel, mungkin ini efek kemarin malam yang masih terasa. Di memeknya tertancap pare yang tadi pagi ia beli, dengan diameter ukuran yang besar sekitar 5 cm dan bertekstur menonjol bergerigi.
Di lubang pantatnya terdapat terong yang juga tak kalah besar ukurannya sekitar 4,5 cm. Di belakangnya, pak Lis bertelanjang tanpa ada satupun pakaian yang melekat di kulitnya sedang kedua tangannya memainkan pare dan terong yang tertancap di kedua lubang Bu Yanti, memainkannya keluar masuk yang membuat Bu Yanti mendesah kesakitan namun nikmat…
“Rasain nih lonte, bisa-bisanya kemarin digangbang sama sopir-sopir sialan ga ngajak, sekarang gantian aku sendiri yang menikmati tubuh montokmu” ucap pak Lis membuat Bu Yanti berteriak dengan pare dan terongnya.
“Aaahhh maaf pakkk maaafffsshhh enak enak oohhhh enakkkkk” desah Bu Yanti sambil wajahnya ditenggelamkan di bantal menahan semua kenikmatan yang pak Lis berikan di kedua lubangnya.
“Anjing masih rapet nih lubang habis dihajar kontol semalem, berapa kontol yang ngentotin lubang ini mbok, jawab!” ucap pak Lis.
“Ahhh ahhh ahhh se- sepuluh ohhhhh sepuluh kontol yang semalam ngentotin aku lahhhh” teriak Bu Yanti saat pak Lis tiba-tiba mencabut semua pare dan terong dari lubangnya.
Setelah dicabut paksa, Bu Yanti langsung ambruk di tempat tidurnya dengan posisi tengkurap. Pak Lis terlihat sedang mengocok dan menyiapkan kontolnya yang berukuran 16 cm dan tak kalah tebal juga dibanding dengan pare yang masuk ke memek tadi.
“Gak kaget mbok kalo habis dientot 10 kontol, makanya tadi jalannya aneh kayak habis malam pertama, ternyata habis diperkosa hehehe. Nih rasain kontol ke 11” ucap pak Lis sambil menggenjot paksa memek Bu Yanti.
“Aaahhhhh pelan-pelan pakkk sshhh oohhhh” ucap Bu Yanti sambil mencengkram sprei kasurnya dan membiarkan sekali lagi pantatnya dientot orang lain.
“Aahh ahhh ohhh masih rapet aja nih lubang” ucap pak Lis menggenjot Bu Yanti dengan cepat. Pantat Bu Yanti yang beradu dengan paha pak Lis menggema di ruangan ini, aku yang tak tahan lagi mulai memainkan memekku sendiri, dari awal memang aku tak memakai pakaian dalam bahkan saat belanja tadi pagi di pak Lis, mungkin benar kata mas Joko, aku sedikit-sedikit menjadi binal…
Aku teringat dengan pare yang telah kubeli tadi, segera kuambil ke dalam rumah dan kembali ke tempat dimana aku mengintip Bu Yanti.
Tak kuhiraukan sekitar, untung saja gang ini tersembunyi jadi aku tak perlu malu malu untuk menyingkap dasterku dan mulai memasukkan pare ke memekku, diameternya yang besar jadi kesulitan untuk masuk ujungnya tak seperti Bu Yanti yang hampir setengah pare masuk ke memeknya, aku hanya bisa memasukkan sedikit hanya seperempat dan mulai menggerakkan keluar masuk.
*plak plak
Pantat Bu Yanti semakin memerah seiring dengan tamparan pak Lis, Bu Yanti hanya bisa pasrah digagahi pak Lis yang menggenjotnya dengan sangat bersemangat.
“Ampun pakkk aahh ampun” Bu Yanti memohon agar pak Lis melambatkan genjotannya. Namun pak Lis malah semakin cepat keluar masuk kontolnya dari memek Bu Yanti.
“Nurut aja, lonte kayak kamu pantasnya dikasarin” ucap pak Lis yang sekarang menarik rambut Bu Yanti ke belakang sehingga terdengar suara Bu Yanti yang semaki keras.
“Aahhh iyaa aku lontemuuhh ohhh pake akuuh gagahi akuu uhhhh” racau Bu Yanti yang semakin tak karuan.
Aku yang menyaksikan kejadian ini hanya bisa bermain dengan pare, kugunakan seperti kontol keluar masuk ke lubang memek walau hanya bisa seperempat saja. Aku sudah benar-benar menjadi binal.
“Benar, lonte harus mau digenjot tiap waktu dan nyiapin pantatnya buat jadi pembuangan pejuh oohhh ajak sekalian neng Siti buat ngelonte di warungmu, semua pelanggan mu jadi sering ke warung nanti” ucap pak Lis.
Aku mendengar hal ini sedikit kaget karena ternyata orang-orang bernganggapan bahwa aku juga lonte yang bisa dipakai dan jadi tempat buang pejuh.
“Aahhh aahhh lebih dalammsshh jangan neng Siti ssshhh udah bersuami aahhh” ucap Bu Yanti sela-sela digenjot pak Lis.
“Bilang aja gamau kehilangan semua kontol yang mbok punya. Dasar lonte rakus” ucap pak Lis sambil semakin mempercepat genjotannya seperti akan keluar.
Aku yang melihat ini ikut mempercepat genjotin pare ke memekku, mencoba menyamakan tempo genjotannya pak Lis dan membayangkan jika aku digenjot oleh kontolnya pak Lis.
“Aacchh achh awww lebih dalammnnggghhh” ucap Bu Yanti kewalahan dan mendapatkan orgasmenya.
“Aaahhh terima pejuhku lonteee” teriak pak Lis menyemprotkan spermanya di dalam rahim Bu Yanti.
Aku juga mendapatkan orgasmeku bersamaan dengan pak Lis, tekstur pare yang bergerigi menggesek klitoris dan g spot di memekku. Dengan pare yang masih menancap di memekku, aku terkapar di jalan gang ini, tak pernah kurasakan kenikmatan orgasme seperti ini selain saat ngentot dengan Junet dan Supri di warung.
Dengan sisa-sisa tenaga aku lanjut melihat apa yang dilakukan di dalam, tentunya dengan pare yang masih menancap karena teksturnya membuatnya susah untuk dikeluarkan.
Kulihat memek Bu Yanti yang sekarang banjir sperma, entah itu milik pak Lis atau sperma hasil gangbang semalam. Pak Lis bangkit dan mengarahkan kontolnya ke wajah Bu Yanti untuk dibersihkan dengan blowjob, tak lupa juga pare dan terong yang tadi digunakan juga ikut dibersihkan. Melihat ini darahku ikut berdesir, tubuhku ikut panas membayangkan jika aku dientot oleh orang-orangnya Bu Yanti, membayangkan jika aku dan Bu Yanti digenjot oleh mereka.
“Cuma mbok Yanti yang mau nyepong kontol yang tadi buat nggenjot memek, istriku mana mau” ucap pak Lis memuji Bu Yanti.
“mmhh puahhh kalo gitu tiap sange dateng kesini, mbok kasih servis plus plus asal digratisin sayurnya” ucap Bu Yanti disela-sela blowjob.
“Kalo gitu kayak biasanya ya mbok, minggu depan kesini lagi. Kalo bikin acara kabarin dong mbok” ucap pak Lis.
“Udah dikasih waktu sendiri tiap minggu kok pengen terus, memekku enak yaa hmm” goda Bu Yanti sambil memainkan peler pak Lis.
“Siapa sih yang ga ketagihan sama mbok, diapain aja mau ahhh” ucap pak Lis.
Di sela-sela blowjob, tak kusangka mata kita bertemu. Aku menjadi takut saat Bu Yanti menatapku, takut jika nanti aku ketahuan selama ini mengintip rahasia Bu Yanti dan memarahiku atau lebih buruk diberitahu ke mas Joko. Namun yang tak kusangka ternyata Bu Yanti memberikan senyum kecil saat tau ada yang mengintipnya. Aku yang ketakutan langsung berdiri dan meninggalkan tempat itu, namun saat aku berdiri tiba-tiba pare yang tadi menancap langsung lepas dan jatuh di tempatku mengintip. Tak kuambil resiko untuk mengambil pare itu kembali, yang kupikirkan sekarang hanyalah bagaimana caranya agar tak ketahuan oleh Bu Yanti.
Saat aku kembali ke rumah, segera aku ganti baju dan membersihkan badanku agar tak nampak seperti habis bermain di tanah. Sesekali juga aku mengintip lewat jendelaku yang tadinya ku gunakan untuk melihat situasi, dari jendela sini aku bisa melihat tempat tadi aku mengintip dan benar saja, pare yang ku gunakan untuk masturbasi tadi sudah hilang….
Semoga Bu Yanti tak menemukan bukti aku mengintipnya dan semoga mas Joko cepat pulang karena aku benar-benar sedang sangek.
BERSAMBUNG







