Warung Remang-remang PART 5

Author Avatar

Dugem.ranjang69

Joined: Aug 2024
  • PART 5

2 VS 1

Setelah kejadian tukang sayur itu aku merasa tak enak saat melihat Bu Yanti. Terhitung sudah hampir seminggu sejak kejadian itu, aku berusaha untuk hidup seperti biasanya walau setiap kali melihat Bu Yanti aku selalu teringat dengan adegan dewasa dengan pak Lis tukang sayur dan senyuman itu yang entah apa maksudnya saat tersenyum melihatku. Sampai sekarang juga tak pernah kutemukan pare yang aku gunakan untuk colmek di lorong antar rumahku dengan Bu Yanti, tempat dimana aku melihat Bu Yanti yang digagahi oleh pak Lis. Untung saja pak Lis tak melihat aku yang sedang mengintip, jadi meskipun kita bertemu setiap pagi untuk membeli sayurnya, aku tak mempunyai perasaan takut akan pak Lis mengetahui perbuatanku atau berpikir yang aneh-aneh tentangku.

Bu Yanti memutuskan untuk menutup warungnya sampai waktu yang tak kutahu, aku juga hanya diberi tahu lewat WA kalau warungnya ditutup sampai menunggu kabar dari Bu Yanti. Bersyukurlah menurutku karena tak perlu bertemu Bu Yanti, apalagi setelah kejadian itu. Jadi aku kembali ke rutinitas lamaku, bangun, membuat sarapan, bersih-bersih rumah dan bersantai di depan tv saat siang hari. Saat malam hari mas Joko pulang, aku menyambutnya selayaknya pasangan muda walau usia pernikahan kami sudah dibilang cukup lama untuk disebut pasangan muda.

Aku merasa baik-baik saja, tak kurang dengan kehidupan seperti ini dan menurutku tak ada yang berbeda dengan sebelum aku bekerja dengan Bu Yanti. Akhirnya aku bisa tenang tanpa takut memikirkan jika mas Joko mengetahui perbuatanku dulu saat bekerja di warung Bu Yanti.

Namun yang aku kira kembali seperti semula, pada akhirnya tak seperti yang aku kira. Aku sadar ketika bersantai di depan tv bersama mas Joko.

“Dek, kamu ngerasa ada yang beda ga sama dirimu?” tanya mas Joko.

“Beda gimana mas?” tanyaku balik.

“Ya beda, dari saat kamu menyambut mas pulang, cara berpakaian sampai berapa kali kita berhubungan badan” balas mas Joko.

“Maksudnya mas? Kalo ada yang mas gasuka mas Joko bisa ngomong, nanti aku ga lakuin itu lagi” imbuhku sambil khawatir jika mas Joko mulai bosan denganku.

“Eh engga kok dek, mas ga merasa risih sama itu semua, cuma mas pengen tau aja apa yang bikin kamu beda. Dari pas mas barusan pulang langsung dicium kadang sampe French kiss, terus kamu sering ga pake Daleman jadi ngecap semua pentilmu terus tiap malem kamu selalu minta jatah di ranjang. Mas ga merasa terganggu, cuma pengen tau aja gara-gara apa kamu berubah jadi ‘berani’ gini. Mas suka kok kalo adek tetep ngelakuin itu semua hehehe” jelas mas Joko panjang lebar.

Akhirnya aku paham dengan pemikiran mas Joko. Aku tak merasa ada yang berubah pada diriku, tak kusangka mas Joko menyadari hal ini.

“Ya itu biar mas Joko tambah betah di rumah, biar gak keluyuran aja sama pak RT, punya istri sebohay ini kok suka ditinggalin” ucapku manja sambil meremas payudaraku sendiri berukuran 34C yang aku banggakan.
Seperti yang diduga, mas Joko termakan dengan pancinganku dan kita berakhir ngewe di ruang keluarga…

Keesokan harinya masih tak ada kabar dari Bu Yanti. Setelah selesai dengan pekerjaan rumah dan mas Joko juga sudah berangkat kerja, aku lanjut bersantai di rumah namun tak lama ternyata pak Lis tukang sayur datang dan menawarkan dagangannya seperti biasa.

“Hari ini sayurnya lagi bagus-bagus neng” kata pak Lis sambil mengeluarkan beberapa sayur lain dari keranjangnya.

Aku mengambil beberapa sayur yang nantinya aku masak dan tak sengaja aku lihat pare. Melihat pare yang besar dan segar, aku jadi teringat akan kejadian yang hampir seminggu lalu itu. Aku juga penasaran kemana perginya Bu Yanti karena rumahnya yang selalu tertutup sejak hari itu. Hanya ada balasan WA yang bilang warung tutup sementara.

“Bu Yanti kemana ya pak? Mungkin pak Lis tau” tanyaku penasaran ke pak Lis.

“Kemarin mbok Yanti bilang pergi ke rumah saudaranya yang di kota lain, kira-kira seminggu” jawab pak Lis tanpa merasa curiga.

“Ohh gitu ya pak, yaudah pak berapa totalnya” tanyaku segera menyudahi percakapan ini takut jika pak Lis mengetahui perbuatanku.

>>> BOKEP VIRAL FREESTREAM CLICK 👉 ( gudangvideo.plus ) <<<

Akhirnya aku tau kenapa rumah Bu Yanti seakan kosong tak ada orang. Namun aku juga penasaran keadaan di warung, jika Bu Yanti pergi selama seminggu bagaimana keadaan warung itu. Tak lama setelah itu, ternyata yang dipikirkan muncul. Terdapat WA dari Bu Yanti yang meminta tolong untuk melihat keadaan warung takutnya ada barang yang hilang, walau cuma warung kecil di pinggir jalur Pantura, terkadang ada beberapa barang seperti gas LPG, bahan makanan yang dijual seperti telur, mi instan dan kadang lampu juga dapat dicuri apabila terlihat seperti ditinggal lama. Aku mengiyakan permintaan Bu Yanti dan berkata bahwa nanti malam aku ke warung untuk mengeceknya sendiri.

Pukul 7 malam aku pamit ke mas Joko untuk pergi pengajian di kampung sebelah dan mengecek keadaan warung sebelum berangkat. Aku memakai baju seragam pengajian sama seperti yang lain, 1 stel baju terusan hingga menutupi kaki dan tak lupa kerudung. Dengan baju ini aku nampak seperti ustadzah namun siapa yang tahu malam ini jadi seperti apa.

Aku kendarai motor matic yang biasanya aku pakai untuk ke warung. Setelah sampai ku parkirkan di belakang warung aku langsung masuk lewat pintu belakang karena pintu depan warung hanya bisa dibuka dari dalam sama seperti warung-warung lain di sepanjang jalan Pantura. Lanjut aku cek beberapa barang dan gembok memastikan agar tak ada yang lupa belum dikunci. Setelah ku pastikan semuanya aman, aku bergegas untuk pergi ke acara pengajian. Namun hal yang tak disangka-sangka terjadi…

“Eh ehh-” terkejut aku ketika ada tangan yang tiba-tiba memelukku dari belakang.

“Sssttt ini Supri sayang” ucap seseorang yang ternyata adalah Supri kernetnya Junet.

“Iihh Supri jangan bikin kaget deh, ga sopan tiba-tiba meluk itu, lepasin ga” ucapku sambil jantungku semakin berdegup kencang.

“Abang kangen sama kamu neng” ucap Supri sambil membenamkan wajahnya ke leherku dan tangannya yang semakin kencang memeluk pinggangku.

“Udah bang lepasin, bentar lagi ada pengajian” ucapku sambil mencoba untuk melepaskan tangannya namun sia-sia karena tenaga Supri lebih kuat daripada aku.

“Temenin Abang disini neng, wangi banget kamu” ucap Supri yang masih memeluk dari belakang namun kini berusaha untuk menciumiku dan tangannya mulai menjelajahi tubuhku, susu dan memek ku tak luput dari tangannya.

“Aah sudah bang sshhh” aku yang tahu tak bisa melawan, hanya bisa menahan desahan yang keluar dari mulut dengan kedua tanganku.

Supri dari belakang berusaha untuk membangkitkan gairahku dengan tangannya yang meremas susuku dan yang satunya memainkan memekku. Aku hanya bisa pasrah, di sisi lain aku merasa dilecehkan namun juga ingin dipuaskan dengan kontolnya yang lebih besar dari suamiku. Semoga Supri menghentikan aksinya agar aku bisa ke pengajian tanpa telat. Namun sepertinya aku bisa datang kali ini…

Masih mencoba untuk melawan aksi Supri yang menggerayangi tubuhku, tiba-tiba ada suara yang familiar dari arah pintu belakang.

Kali ini tangan kasar yang langsung menyambar susuku dan diremasnya keras-keras sampai aku sedikit merasa kesakitan.

“Wah wah siapa ini? Bukannya lonte kemarin yang suka dikontolin. Kemana aja perek, kan kemarin sudah bilang kalo balik ngirim mau mampir buang pejuh. Gara-gara nih warung tutup jadi bengkak nih kontol” ucap laki-laki itu yang meremas susuku.

Supri yang daritadi tangannya menjamah tubuhku kali ini kembali memeluk tepat dibawah susu, membuat susuku nampak menyembul keatas dan pantatku merasakan ada benda panjang yang keras tepat di tengah-tengah belahan pantatku.

“Aachh” pekikku saat Junet orang yang berbicara tadi meremas susuku dengan kencang.

“Sekarang jadi lonte syar’i ya” ucap Junet yang mencubit kedua putingku dari balik gamis.

Sekarang posisiku berada ditengah-tengah diapit oleh Supri yang dari belakang memelukku sambil menekan kontolnya ke pantatku dan dari depan ada Junet yang berusaha menciumi leherku dan kedua tangannya memainkan puting. Aku hanya bisa pasrah menutup mulutku dengan tangan dan menoleh ke samping, berusaha agar tak mengeluarkan desahan dan ekspresi walaupun sekarang aku dibuat merem melek oleh mereka berdua.

Setelah puas memainkan tubuhku, mereka menghentikan aksinya dan aku bisa menarik nafas sebentar. Aku berpegangan pada meja setinggi pantatku, berusaha mengatur nafas dan memperbaiki kerudung yang mereka acak-acak.

“Perek ini punya tetek besar. Lebih cocok ngelonte aja daripada pengajian. Jadi lonteku nanti aku pake tiap hari” ucap Junet yang bermulut kasar, namun entah kenapa kata-katanya semakin membuatku bergairah, semakin dihina perek, lonte, pecun semakin terangsang aku dibuatnya.

“Abang sudah ga tahan neng, liat kamu pake gamis gini jadi makin sexy. Kontol Abang udah ga tahan” ucap Supri yang mulutnya lebih halus daripada sopirnya, dengannya aku merasa dijadikan wanita walaupun hanya dipakai sebagai tempat pembuangan pejuh.

Aku yang bersandar di meja melihat mereka mengeluarkan kontol jumbonya, semakin membuatku tenggelam kedalam nafsu. Sebelumnya masih ada perlawanan antara baik dan buruk, menjadi istri yang setia atau lonte yang haus kontol. Sekarang setelah melihat kontolnya yang belum bangun cukup untuk mengalahkan ukuran kontol dari suamiku, membuat pikiranku benar-benar tenggelam. Sekarang yang aku pikirkan hanya kepuasan akan kontol-kontol dari sopir ini.

Secara tak sadar aku tersenyum sedikit setelah mengetahui bahwa aku tak lebih dari lonte yang haus kontol…

“Kocokin kontol Abang neng” ucap Supri sambil mengarahkan tangan kiriku ke kontolnya dan mulai mengocok.

Tak perlu menunggu perintah dari Junet, tangan kananku mulai mengocok kontolnya yang juga tak kalah besarnya.

Bergantian mereka mencium bibirku dan kubalas dengan permainan lidahku. Tak pernah kubayangkan sebelumnya aku mencium orang lain selain suamiku, bahkan French kiss. Kedua susu dan memekku juga tak lepas dari tangan mereka, Junet dan Supri sangat ahli membuatku terangsang walaupun aku masih menggunakan gamis.

“Akhirnya doyan kontol bos” ucap Supri.

“Istri perek kayak dia mana mungkin nolak kalo dikasih kontol” ucap Junet.

Aku hanya menunduk malu memperlihatkan wajahku yang sudah kepalang sange. Tiba-tiba dari arah luar ada suara orang memanggil.

“Mbok, mbok Yanti, sudah buka mbok warungnya?” Ucap seseorang dari arah pintu utama yang masih tertutup.

Aku langsung merasa deg-degan dan seakan kesadaranku kembali.

“Abang berhenti dulu itu ada orang di luar nanti kita ketahuan” ucapku kepada Junet dan Supri yang masih menggerayangi tubuhku.

“Enak aja nyuruh berhenti, biar dia denger desahanmu” ucap Junet.

“Biarin neng, ntar juga pergi” ucap Supri.

“Mbok Yanti, buka nggak mbok?” Ucap orang itu lebih keras.

Aku yang semakin khawatir ketahuan, akhirnya aku dorong tubuh mereka dan langsung menghampiri pintu utama. Namun mereka mengikuti juga kearahku. Aku buka sedikit pintunya hanya memperlihatkan wajahku karena sekarang susuku diremas oleh Supri dan Junet menggesekkan kontolnya ke pantatku.

“Maaf mas warungnya masih tutup, ini cuma bersih-bersih aja” ucapku ke orang itu yang usianya masih muda sekitar 20 tahunan.

“Oh gitu ya mbak, kapan buka nya ya kira-kira” ucap orang itu.

“Kurang tau mas mbok Yanti nya masih keluar ahh- ” ucapku.

“Loh ada apa mbak? Lagi sakit ta?” ucap orang itu melihatku teriak keci tadi.

“Oh engga apa-apa masshh- maaf ya mas saya lanjut dulu uuhh-” ucapku.

Langsung kututup pintunya dan aku kunci kembali. Semoga orang tadi segera pergi juga agar tak mengetahui kejadian yang di warung sekarang.

“Iihhh mas tadi ada orang lohh oohh-” ucapku saat mereka berdua mulai menelanjangiku.

“Diam lonte, siapa suruh perek kayak kamu ngebantah” ucap Junet yang mulai menyingkap gamisku dari bawah.

“Bang Junet jangan ah nanti ketahuan” ucapku namun tiba-tiba..

*Plak
Aku terdiam membeku karena mendapatkan tamparan di pipiku.

“Nurut atau aku tampar lagi kamu” ucap Junet.

Aku yang masih mematung akan kejadian ini hanya bisa mengangguk kecil dan menuruti apa yang diperintahkan. Baru kali ini aku mendapatkan tamparan semacam itu, tak pernah dalam hidupku aku ditampar baik oleh keluargaku atau mas Joko. Namun selain takut, aku merasakan kenikmatan pada waktu yang sama, aku tak tahu kenapa aku menikmati ditampar tadi bukankah seharusnya aku merasa takut.
Apakah aku menjadi sange saat diperlakukan dengan kasar?
Apakah aku wanita perek yang suka dikasari?….

Kulihat Junet melihat sekeliling warung dan merasa cemas juga, akhirnya dia bilang ke Supri.

“Kita bawa ke tempat biasa aja pri, berabe kalo ketahuan” ucap Junet ke Supri.

“Kita kesana jalan bos?” ucap Supri.

Sesaat Junet juga berpikir akan hal itu, lalu dia melihatku dan bertanya.

“Tadi kamu kesini bawa motor kan?” ucap Junet kepadaku.

Aku yang masih memikirkan apakah aku wanita masokis, sampai tak tahu jika Junet sedang bertanya.

“Jawab lonte!” bentaknya.

Aku yang tersadar segera mengangguk.

“Ambil kuncinya, kita tutup warung ini terus ke tempat biasanya pake motor perek ini” ucap Junet ke Supri.

Aku yang tak tahu akan dibawa kemana hanya bisa pasrah, sepertinya aku tak bisa menghadiri pengajian kali ini.

Memikirkan kemana mereka akan membawaku dan aku akan diapakan, cukup membuat memekku basah. Aku menggigit bibir bawahku saat digandeng Junet ke arah motorku. Aku sepertinya memang benar-benar jatuh menjadi lontenya sopir-sopir ini…

Surpi mengemudikan motor ini menjauh dari kampungku, jarak antar kampung di Pantura ini cukup jauh, belum lagi beberapa kampung letaknya jauh dari jalan utama Pantura, sehingga sepanjang jalan ini hanya ada mobil-mobil truk antar kota yang melintas ditambah waktu yang sudah malam ini jalanan jadi lebih sepi dari biasanya. Aku duduk diapit oleh Supri di depan dan junet di belakang. Motor matic ini terlalu sempit jika dipakai bonceng tiga dan benar saja saat ini susuku menekan punggung Supri dan pantatku merasakan kontol Junet yang sudah keras.

15 menit perjalan, sudah cukup jauh kita dari warung dan sangat jauh dari pemukiman. Sepanjang jalan Pantura yang kita lalui juga tak bertemu dengan satu warung atau orang. Memang di jalur pantura ini ada beberapa titik yang tak ada siapapun baik itu bangunan atau orang, apabila ada kendaraan yang mengalami trouble di daerah ini, maka mau tak mau harus menuntun ke kampung terdekat yang jaraknya bisa 2 km lebih atau menelpon orang untuk diperbaiki di tempat. Di daerah sini Supri menghentikan motorku, dia mulai belok ke arah pepohonan di samping jalur Pantura namun tak jauh sudah berhenti. Sekarang kita ada di titik yang aku sebutkan tadi, tak ada siapapun selain kendaraan yang melintas.

Ternyata disini ada bangunan yang mirip seperti pos atau halte dengan 3 dinding dan atap mengarah ke jalan Pantura. Jarak pos ini dari jalanan sekitar 10 meter, namun selama aku lewat sini aku tak pernah melihat bangunan ini, mungkin karena sekitarnya ditumbuhi semak-semak yang setinggi orang dewasa menjadikan pos ini tak terlihat dari jalanan kecuali benar-benar memperhatikan atau sudah pernah kesini.

Kita berhenti tepat di belakang pos, lalu aku digiring masuk ke dalam pos itu dan benar saja dari sini nampak jelas jalanan pantura. Tak ada lampu namun cukup jelas untuk sekedar melihat, lampu disini hanyalah lampu dari kendaraan yang melintas. Kita bertiga duduk di dalam pos aku ditengah mereka. Aku takut jika mereka ingin menggarapku disini, banyak kendaraan yang melintas aku khawatir jika salah satu dari mobil itu mengetahui. Namun hal ini juga malah membangkitkan gairahku, hanya dengan memikirkan aku diperkosa di jalur Pantura membuatku semakin becek. Baru saja aku menyadari jika aku masokis, apakah aku juga memiliki sisi eksibisionis….

“Aahh bang masak mau main disini, bukannya lebih rawan ketahuan daripada di warung sshh” ucapku saat Supri meremas susuku dari kiri.

“Tenang neng, disini aman gaada yang lewat, apalagi jam segini sudah gaada yang berhenti disini kecuali kalo lagi hujan” ucap Supri sambil menyingkap kerudung yang kupakai dan menciumi leherku.

Tangan Junet yang menamparku tadi sekarang memberikan kenikmatan dengan mencolmek memekku dari luar gamis.

“Aaahh mas Junet tangannya” desahku.

“Nurut atau kutampar lagi” ucapnya.

Aku mendengar ini tersenyum kearahnya dan menggigit bibir bawahku. Memberikan tatapan binal ke Junet.

Tanpa disuruh aku mulai mengeluarkan kontol mereka dari balik celananya. Kontol-kontol sopir ini berwarna hitam, besar dan bulu jembutnya lebat. Kehidupan jalanan membuatnya tak sempat mengurus kebersihan kontol. Tanganku mengocok kontol mereka bersamaan dan tangan mereka juga menjamahi tubuhku.

Cukup lama dalam posisi ini, akhirnya mereka memintaku untuk menyepong kontolnya. Pos ini seperti gazebo, tak ada bangku hanya ada papan yang bisa digunakan untuk tiduran namun ada dinding di ketiga sisinya dan ada atap yang sedikit panjang yang berguna untuk tempat berteduh. Jadi meskipun aku jongkok di depan mereka, aku tak terlihat dari jalanan kecuali jika melihat dari depan.

Aku jongkok di hadapan mereka dengan baju masih lengkap namun bagian susuku dan memekku basah akibat cairan yang keluar dan juga kuluman mereka di susu. Akhirnya aku kembali menservis kontol setelah sekian lama.

“Oouhh mulut lonte ini paling enak” ucap Junet.

“Iya bos, padahal cuma nyepong suaminya tapi rasanya kayak sudah pengalaman nyepongin banyak kontol” ucap Supri saat aju gantian menyepong miliknya.

Aku kulum bijinya dan dari bawah aku jilat keatas lalu aku sepong sampai semuanya masuk ke dalam mulutku dan mulai keluar masuk sampai aku menyentuh bulu jembutnya dan ujung kontolnya menyentuh bagian belakang dari mulutku. Kulakukan berkali-kali dan bergantian, jika Supri kusepong tanganku mengocok kontol Junet dan begitupun sebaliknya. Kadang juga tersedak saat Junet menekan kepalaku untuk menyepongnya lebih dalam dan lama.

“Aahhh lonte kayak kamu harusnya nyepongin kontolku daripada kontol kecil punya suamimu, aku entotin tiap hari lubang ini kalo kamu mau jadi lonteku” ucap junet.

“Mmhhh puaaahh- sshh ahh entotin mulutku pake punya Abang lebih besar dan keras daripada punya suamiku yang kecil sshhh” ucapku memancing nafsu mereka.

*Plak
Lagi-lagi pipiku ditampar oleh junet namun kali ini lebih pelan daripada yang tadi.
“Aaww sshh” ucapku merasa keenakan setelah ditampar.

Kedua tanganku meraih tangan kanan Junet yang digunakan untuk menamparku tadi, kuarahkan ke pipiku dan sambil memasang wajah sange seakan bilang ingin diperlakukan lebih kasar.

“Wah wah lonte ini suka dikasarin rupanya” ucap Junet yang mengerti apa mauku.

“Iya bang ssshhh pake aku sesuka Abang aahh” ucapku yang disambut tamparan lagi oleh Junet.

“Buka bajumu lonte” perintah Junet.

Tanpa basa basi lagi aku buka gamisku seluruhnya dan dibaliknya aku hanya memakai bh dan celana dalam. Susuku yang berukuran 38D menyembul seakan menantang untuk dipermainkan. Aku mengocok kontol Junet dengan susu dan masih memakai bh, kontolnya yang terlalu panjang masih keluar meskipun sudah aku jepit dengan susu. Aku mulai memberikan boob job ke Junet sambil menjilati kepala kontolnya sedangkan Supri pindah jongkok ke balakangku untuk menjilati memekku yang sudah basah. Sekarang posisiku seperti doggy style.

Tak lama aku merasakan seperti akan keluar. Jilatan Supri sangat ahli membuatku merasakan kenikmatan dan benar saja aku squirt akibat jilatan Supri. Cairanku muncrat ke wajahnya.

“Aahhh aahh ahhh enak baanghh” desahku masih dengan kontol Junet yang berada di tengah-tengah susuku.

“Gurih bos, gampang banget memek ini dibikin becek. Aku pake dulu pepeknya ya bos” ucap Supri ke Junet.

“Pake aja, jangan sampe longgar, habis ini gantian memeknya aku hajar sampe mampus” ucap Junet.

“Sshh pelan-pelan bang aahh sshhh aaaaahhh oohhhh berenti dulu bangg shh”

Dan benar saja, kontol Supri yang jumbo dapat masuk dengan mudahnya ke memekku setelah aku dibuatnya keluar. Kontol pertama malam ini yang memperkosaku. Baru saja masuk setengah sudah membuat kakiku bergetar hebat.

“Sshh aahh ah ah aaaaaahhhh” teriakku saat kontol Supri langsung digenjot, sekarang kontolnya sudah masuk semua ke lubang kawinku.

“Ooouhh masih seret bos” ucap Supri.

“Udah hajar aja pri, kita pake perek ini sepuasnya” ucap Junet.

Mulailah aku digenjot oleh Supri dalam doggy style. Setiap kali ia mendorong kontolnya membuatku merasakan orgasme-orgasme kecil. Sampai ketika kedua tanganku yang aku gunakan untuk mengocok kontol Junet dengan susuku, ditarik kebelakang oleh Supri dan digunakan pegangan seperti menaiki kuda. Dengan posisi ini Supri menggenjotku dengan penuh tenaga.

*Plok plok plok plok
Bunyi pantatku dan pinggang Supri beradu memenuhi pos ini.

“Oh oh ohh gimana neng oohh enak?” Ucap Supri tanpa mengurangi kecepatan genjotannya.

“Ah ah ah ahh ahh enak ah enaaak banggghhhh” desahku.

Junet mencengkram susuku dan digunakan untuk mengocok kontolnya sendiri. Sedangkan aku menerima genjotan dari Supri, aku merasakan kenikmatan dari depan dan belakang.

“Ohhh tetek perek ini enak banget anj*ng” ucap Junet memainkan susuku.

“Kalo kita bawa, gaperlu mikirin air bos, kalo haus tinggal kenyot itu tetek” ucap Supri sambil tetap menggenjotku.

Aku hanya bisa menerima rangsangan mereka dan menyepong kepala kontol Junet. Cukup lama Supri menggenjotku sampai berkata ingin keluar.

“Ahh ahh terima pejuhku lonte aaarrgghh” erang Supri sambil mempercepat genjotannta.

“Anj*ng telan semua ini lontee aahhh” ucap Junet mendorong kepalaku ke bawah sehingga aku tenggelam ke susu ku sendiri.

*Crot crott crrotttt
Pejuh pertama mengisi penuh rahim dan mulutku. Aku yang merasakan kehangatan ini hanya bisa memejamkan mataku dan aku mendapatkan orgasme juga.

*Plop
Kedua kontol itu lepas dari lobangku dan mereka memposisikanku terlentang di papan.

“Puahh uhuk uhuk aah aaahh ahh” desahku.

“Aahh puas Abang neng, berhari-hari puasa akhirnya bisa nyemprotin pejuh ke rahimmu” ucap Supri.

“Aah ahh capek banget bang sshh lecet memekku oohhh” ucapku.

“Istirahat dulu, nanti gantian kontolku yang nggenjot kamu” ucap Junet.

“Aahh iya Abang shh, aku ga kemana-mana sini aku bersihin dulu kontolnya” ucapku kepada mereka.

Aku bersihkan kontol mereka satu persatu dengan posisi terlentang. Kadang ada bekas pejuh yang masih menempel aku jilat dan telan semuanya sampai keduanya mengkilap.

“Istirahat selesai, siapin memekmu lonte” ucap Junet.

Aku menuruti perkataannya dan segera membuka lebar-lebar kedua kakiku. Junet mengambil posisi misionaris untuk menggenjotku.

“Aaw awww pelan pelan bangghh oohh” ucapku ke Junet.

*plak
“Jangan lebay, ini masih kepalanya yang masuk” ucap Junet menampar pipiku.

Aku tak protes dengan tamparannya dan malah meminta untuk dikasari.

“Aaahhhh ssshhhh besar bangettt oohhh” desahku merasakan ukuran kontol Junet yang lebih besar dibanding mas Joko.

“Gak kayak suamimu yang kecil, ooooohhhhhh” dalam satu hentakan kontol junet sepenuhnya termakan oleh memekku.

“Aaaaaaggggghhhhh” teriakku saat Junet mendorong masuk semuanya dalam 1 hentakan.

Memekku terasa penuh dengan kontolnya, kulihat Supri beristirahat dulu dan menyalakan rokok. Kita bertiga sudah bugil semua tanpa ada kain yang menutupi tubuh. Kugenggam kontol Supri yang sedang istirahat dan mulai ku kocok.

“Gak sabar ya neng, pengen digenjot sama dua kontol?” ucap Supri setelah melihatku mengocok kontolnya.

“Aah aahh ahh aahhh” hanya desahan yang keluar dari mulutku.

Susuku berayun seiring dengan genjotan Junet di memekku. Melihat ini junet mencengkram susuku dan memainkannya berusaha membuat aku mengeluarkan air susu. Akhirnya Supri selesai merokok dan bergabung dengan kita. Dia mengambil posisi di depan kepalaku untuk aku menyepong kontolnya.

“Sepongin ya neng” ucap Supri.

“Aah ahhh mmhhh gok gok gok” desahku menyepong kontol Supri.

Junet memaksa untuk berganti posisi, kali ini dia rebahan dan aku menaikinya diatas seperti woman on top. Namun ada benda yang berusaha masuk ke lubang pantatku.

“Eh eh bang jangan aku belum pernah dimasukin disana” ucapku kepada Supri.

Supri tak menghiraukan ucapanku dan tetap memaksakan memasukkan kontolnya yang 17cm ke dalam pantatku.

“Aahh jangan aduh oohh aaaaaaccchhhh sakiiiiiiittt” teriakku saat kepala kontolnya baru masuk.

*Plak
Kali ini susuku yang kena tampar oleh Junet.

*Plak plak plak plak
“Berisik banget lonte” ucapnya sambil berkali-kali menampar susuku kiri dan kanan sehingga seperti bergoyang kekiri dan kanan.

“aahh awwhh sakitt oohh” teriakku saat aku merasakan tamparan di pantatku juga.

*Plak plak
“Awwhh seret banget nih lobang, bikin lecet semua kontolku” ucap Supri sambil tangannya menampar pantat kiri dan kananku.

“Aawhh aahhh ah ahh oohhhhhhhh” erangku saat kontol Supri mulai masuk sepenuhnya.

“Anj*ng, beneran gak pernah dipake. Kasihan suaminya ga nyoba lobang belakang” ucap Supri.

“Jangan dipejuhin tuh lobang, biar gw yang pertama kali buang pejuh” ucap Jung.

Aku hanya bisa gigit bibir bawah diperlakukan seperti ini. Saat ini kedua lubangku terisi oleh kontol-kontol jumbonya mereka. Tak pernah kurasakan lubangku terbuka sebesar ini, perih dan sakit awalnya namun sebentar rasa sakit itu tergantikan oleh kenikmatan. Merasa sudah cukup licin untuk digenjot, Supri mulai maju mundurkan kontolnya. Susuku juga bergoyang kesana kemari seiring dengan genjotan Supri dan kadang ditampar oleh Junet yang ada di bawah. Selama 15 menit aku berada dalam posisi ini hingga Supri mulai menunjukkan tanda akan keluar.

“Lepas tuh kontol, jangan buang pejuh disana” ucap Junet kepada Supri.

Supri menurutinya dan mulai menarik kontolnya tercabut dari lubang pantatku.

*Plop
“Aahhh ahhh ahhhhhhh” kurasakan kini kedua lubangku panas luar biasa. Kedua kontol ini membuatku merasakan kenikmatan yang tak pernah kudapatkan dari suamiku mas Joko. Tanpa waktu istirahat, Junet mulai mengambil posisi di belakang dan memasukkan kontolnya ke lubangku.

“Aaaaachhhh aahhh aahh ahh” desahku saat kontol Junet masuk ke pantatku.

“Pegangan perek, jangan sampe lepas dari kontolku” ucap Junet yang memegang kakiku keatas dan mulai berdiri.

“Aaaahhghh mentokkk oohhhhhhh” posisi ini membuat kontol Junet semakin ke dalam karena aku digendongnya dari belakang.

*jleb
“Aaaaaacchhhhhh” teriakku saat Supri memasukkan kembali kontolnya di memekku.

Mereka mulai menggenjotku saat berdiri, tak kusangka kejadian yang dialami Bu Yanti saat digilir 10 sopir sekarang aku rasakan walaupun cuma dengan Junet dan Supri. Supri menahan kakiku agar tetap terbuka dan keatas sedangkan Junet menahan dari belakang agar aku tak jatuh dan tangannya meremas susuku.

Tak berlangsung lama, aku mulai merasakan orgasme untuk kesekian kalinya. Kulihat mereka juga sudah sampai di ujung. Akhirnya mereka menyemprotkan pejuhnya kedalam memek dan pantatku, semburan lahar panas memenuhi kedua lubangku sampai-sampai membuat kedua kakiku gemetar.

“Aaarrghhhh terima pejuh ini lonteee” teriak junet.

“Ooohhh ssshh keluaarrrr” Supri juga menyusul.

“Aaaahhh aahhh aaacchhhh” teriakku mencapai orgasme.

Kita bertiga berbaring di papan setelah mencapai kenikmatan. Mengatur nafas masing-masing dan tak memikirkan bahwa kita masih telanjang di pinggir jalan. Untung saja selama pergulatan ini tak ada hal yang penting, hanya ada lampu dari mobil yang melintas. Kulihat kiri dan kanan Junet dan Supri juga merasa kelelahan, kugenggam tangan mereka berdua dan mereka menoleh kearahku.

“Gimana bang, enak pake aku?” tanyaku.
“Enak neng, kontol Abang sampe lemes” ucap Supri.
“Enakan mana sama Bu Yanti?” ucapku.
“Sama-sama lontenya sama-sama pereknya” Junet menimpali.
“Ihh bang Junet gak kata-katanya gak genjotannya kasar terus” ucapku ke Junet.
“Lonte kayak kamu lebih suka dikabarin kan” ucapnya.
“Hihihi tau banget bang Junet aahhh” ucapku saat kedua tangan mereka mulai menggerayangi tubuhku lagi.
“Mulai saat ini kalo ke warung kamu kita pake buat nguras nih pejuh” ucap Junet.
“Aku juga mau mejuhin lobang pantatnya neng, tapi belum sempet” ucap Supri.
“Hihihihi pake aku sepuas kalian aahhh, buang pejuh kalian dimemek sama pantatku” ucapku sambil mengurut kontol mereka yang mulai menegang kembali.

Aku baru ingat kalau tadi ingin pergi pengajian. Kulihat jam di hp sudah menunjukkan pukul 9 malam, hampir 3 jam kita ngewe outdoor, pengalaman eksib dan threesome dalam satu malam. Aku meminta untuk diantar kembali agar mas Joko tak curiga kepadaku dan berjanji untuk melayani mereka di lain waktu.

“Bang sudah dulu ya, aku takut suamiku khawatir” ucapku.

“Biarin aja suamimu yang kontolnya kecil itu, dia gak tau istrinya suka diewe sama orang lain” ucap Junet.

“Ih jangan gitu, nanti aku ga dibolehin lagi ke warung, aku kan juga pengen ngerasain kontolnya Abang lagi” ucapku.

“Boleh, tapi kita sita bh sama sempaknya ya neng. Buat oleh-oleh kalo dijalan bisa coli pake bh” ucap Supri.

“Lah putingku ngecap nanti, nanti juga suamiku curiga” ucapku menawar.

“Pilih pulang bugil apa digarap lagi disini” ancam Junet kali ini yang membuatku menuruti permintaan mereka.

“Ish yaudah ambil aja, masih punya banyak di rumah” ucapku sambil segera berpakaian tanpa mengenakan pakaian dalam.

Setelah semua bersiap, aku diantar kembali ke warung dengan dibonceng tiga seperti berangkat tadi. Sepanjang jalan tangan Junet tak hentinya menggerayangi susuku dari balik gamis. Keluar 2 kali mungkin tak cukup bagi orang-orang seperti mereka.

Segera ku menuju ke rumah setelah mereka turun di warung. Semoga lelehan pejuh ini tak keluar dari lubangnya dan mas Joko tak curiga. Sesampainya di rumah aku langsung menuju ke toilet beralasan sudah kebelet kencing, namun yang mas Joko tak tahu adalah aku berusaha mengeluarkan pejuh mereka dari kedua lubangku.

Ahh bagaimana ekspresi mas Joko jika mengetahui istrinya menjadi tempat pembuangan pejuh para sopir itu….

BERSAMBUNG

Leave your comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *