
AKU ADEL DAN INILAH KISAHKU PART 16
KEBERUNTUNGAN LAINNYA
Aku mengikutinya dari belakang, ia berjalan menyusuri lorong pasar. Memang sangat sepi kelihatannya tak ada pengunjung lain selain aku sendiri. Ruangan ruangannya pun banyak yang tutup, hanya didepan tadi saja ramai toko yang masih berjualan. Hanya saja memang sepi pengunjungnya.
“Nah disini mbak, mbak masuk aja ke dalam ada kaca cermin juga disana walau udah pada retak mbak hhe. Saya balik lagi ke toko ya mbak!”
“Ehh ehh mas kok aku ditinggal sih, takut tau sendirian disini. Mas disini aja tungguin aku, yah?”
Ruangan ganti ini sih tidak seperti ruang ganti pakaian pada umumnya, hanya ruangan toko biasa seperti yang lain. Ada kaca cermin yang lumayan besar dan tinggi, mungkin bekas pintu lemari tapi ya gitu sudah ada retakan dan pecah menjadi dua. Gak masalah sih aku tetap bisa bercermin dan tubuhku masih terlihat jelas disana. Letaknya yang diujung pojokan pasar membuat ruangan ini terasingkan, mungkin tak akan ada orang yang lewat kesini secara tidak sengaja. Apalagi sekarang sepi pengunjung, dan ini saatnya aku bereksib ria. Yeeeyyy.
“Emmm nanti kalau ada yang beli ke toko gimana mbak?”
“Kan sepi mas pasarnya juga, sebentar aja kok mas aku takut sendirian nanti kalau ada yang perkosa aku gimana? Pas lagi ganti celana dalam sama bh terus ada yang meluk aku dari belakang langsung grepe grepe badan aku gimana?”
“Ehhhh?????”
“Aku takut mas, mas mau tanggung jawab kalau aku kenapa napa? Ya mas ya tungguin disini!”
“Iiii iiyaaa mbak, sasasaya tunggu disini jagain mbak. Heeh jagain mbak, siap.”
“Nah gitu dong mas, bentar ya aku cobain celana dalem sama bh nya dulu. Jangan ngintip ya mas awas loh……. ehhh boleh deng hihi.”
“Hahhhhh???”
Aku beranjak masuk ke dalam sementara si mas penjual menungguku diluar, ia duduk di bangku panjang yang memang sudah tersedia disitu. Duduk di samping pintu ruangan itu, jadi jika ia ingin mengintipku ia tinggal tengokan saja kepalanya ke kanan dan ia bisa melihatku dengan jelas. Apakah ia seberani itu? Kita lihat saja nanti, hihi.
Aku mencoba celana dalam yang pertama, model thong warna merah muda. Ku buka dahulu rok plisketku lalu ku gantungkan di gantungan baju di sebelah kananku, disusul dengan membuka celana dalamku. Aku merasakan ada kepala yang menongol di pintu, aku yakin si mas mengintipku. Ekor mata kiriku merasakan gerakan itu, yes aku berhasil baru buka rok dan celana dalam saja ia sudah berani mengintipku. Aku biarkan saja dulu ia menikmati pemandangan indah ini karena saat membuka celana dalam itu aku lakukan dengan gerakan perlahan, erotis tentunya hihi.
Aku lalu memajukan tubuhku mendekat cermin setelah aku gantungkan juga celana dalamku. Ku dekatkan selangkanganku, aku usap perlahan dengan tangan kananku lalu mundur kembali. Itu ku lakukan sebagai pemanasan untuk hadiah si mas, semoga ia makin sange ya lihat aku lakuin itu hihi.
Aku lalu mengambil celana dalam model thong. Aku simpan seluruhnya di rak kayu yang beralaskan plastik kresek hitam. Aku lalu mencobanya, melihatnya dicermin lalu ku gerakan kanan dan kiri terus berputar melihat bokongku. Emm bagus juga pikirku.
Aku kemudian membukanya, kali ini posisiku menghadap ke samping cermin atau membelakangi pintu yang ada kepala si mas nongol disitu. Aku pura pura tidak tahu kalau ia mengintip, biarkan saja sampai ia puas hihi. Dengan gerakan perlahan aku buka celana dalamku, pantatku aku tunggingkan. Mungkin celah vaginaku bisa terlihat oleh matanya, baguskan mas memekku hihi liat deh sepuasnya.
Ku simpan celana dalam model thong itu, lalu ku ambil yang model berenda kali ini warna hitam.
Aku pakai kemudian, posisiku masih membelakanginya. Saat sudah ku pakai sempurna, kedua tanganku meremas bongkahan pantatku. Ini mas nikmatin ya hihi. Aku lakukan gerakan tadi berlenggok ke kanan juga ke kiri. Cukup deh sekarang hidangan utamanya.
Aku melepasnya, sekarang model g-string yang ku pakai. Sambil memakainya perlahan aku tengokkan kepalaku melihat ke arah pintu, langsung saja kepala si mas ditariknya. Hayoloh ketauan ngintip hihi. Ku lihat cermin, sempurna! Celana model g-string melekat di selangkanganku warnanya merah cerah kali ini.
Aku lalu berjalan keluar melihat si mas, ini saatnya Del perlihatkan padanya hihi. Aku keluar dan berdiri menghadapnya, kulihat kepalanya sudah akan mengintipku lagi tapi ia kaget akan keberadaanku dihadapannya lalu buru-buru ia tarik kembali. Wajahnya tegang seperti maling yang sedang tertangkap basah saja, lucu pikirku.
“Hayo loh, ketauan ngintipin aku ya mas! Kenapa sih mas ngintip aku lagi ganti celana dalem?”
“Ehhh ngg ng nggak kok mbak, ii ituuu ta tadi cu cu cuma……..”
Ucapannya gagap, ia tidak bisa bicara dengan selayaknya.
“Cuma apa mas, cuma liat hihi.”
“Ngg nggak kok mbakkk, cu cuma….”
“Lucu deh mas nya kalau ke gep gitu, nih aku liatin langsung aja mas gak usah ngintip ngintip lagi pegel loh nanti lehernya.”
“Ehhh mbak kok, mbak gak maa ma maluuu mbaakkk?”
“Malu sih mas cuma yaudah lah ya mas kan udah liat juga tadi. Ya kan?”
“Iii iiyaaa mbak, maaf ya! Gak tahan soalnya pengen liat hhe.”
“Hhuuuu dasar mas ini, disuruh jaga malah ngintip. Gimana mas cocok nggak aku pakai ini?”
“Cococococookkkk mbak, cocok banget di pake mbak yang kulitnya putih bersih itu. Jadi keliatan seksi mbak hhe apalagi sekarang mbak masih pake baju dan hijab mbak, tapi bawahnya cuma pakai g-string. Seksi banget mbak.”
“Hihi makasih ya mas buat pujiannya. Yaudah mas duduk didalem aja liatin aku nyobain satu satu celana dalemnya, sama kasih penilaian buat aku ya mas cocok atau ngga nya hihi.”
“Bebebebeneran mbak, saya boleh masuk mbak?”
“Iya mas, mau nggak?”
Dengan nada manja aku katakan itu padanya, kalian pasti tau lah gimana ekspresi si mas. Mupeng parah ahaha.
“Ma ma mau mbak, mau banget saya.”
“Yaudah ayo!”
Aku dan dia masuk ke dalam, ia duduk di kursi plastik yang tengahnya bolong. Tau lah ya bentukannya gimana.
“Bagus kan mas yang model g-string ini?”
“Iya mbak, bagus kok. Cocok banget di pake mbak.”
“Oke mas, sekarang aku ganti yang model bikini ya mas sepasang sama bh nya juga. Aku suka deh model sama warnanya, aku suka biru muda mas. Mas tau aja selera aku kaya gimana hihi.”
“Iii iya mbak, mbak sih cocok deh pake warna apa aja. Kulit mbak putih soalnya hhe.”
“Apa iya mas?”
“Iya mbak beneran sumpah, ga bohong saya.”
“Iya deh iya mas, aku percaya mas jujur. Makasih ya mas.”
“Hehe iya mbak.”
Aku lalu melepas celana dalamku, kini vagina dan pantatku bisa dengan leluasa ia lihat. Kemudian ku lepas cardiganku, aku sempat melihat wajahnya sekilas. Ia bengong melihat apa yang aku lakukan, mungkin ia masih tidak percaya apa yang kini ia lihat dipandangannya. Seorang wanita muslimah yang dengan sengaja memperlihatkan kemolekan tubuhnya, tanpa rasa malu tanpa rasa canggung. Aku senyum padanya, ia membalas senyumanku.
Aku lepas baju kaos putihku, kemudian yang terakhir tentu bh ku. Semuanya sudah terlepas hanya menyisakan hijabku saja yang masih ku pakai, aku kini telanjang di hadapannya. Gila sih jiwa eksibku memang sudah di level tinggi sekarang ini. Ibu, ayah anak wanitamu kini sudah berubah.
Aku pura pura malu dihadapannya, ku tutup puting kedua payudaraku dengan tangan kananku sementara tangan kiriku menutup vaginaku.
“Mas liatinnya kok gitu banget sih, aku malu tau mas.”
( Udah keliatan semuanya, masih malu juga. Gimana aku ini ahaha )
“Ehh maaf mbak, saya terpesona liat badan mbak. Bagus banget mbak, seksi kaya model majalah dewasa. Hot banget mbak ini.”
“Iiihhhh kok disamain kaya model porno sih mas, jahat ihhh!”
“Ehhh ngga nggak mbak bukan gitu maksud saya, euhh euhhh aduhhhh gimana ya mbak tadiiiii……. Maaf mbak saya salah ngomong tadi…..”
“Hihihi gapapa kok mas, aku cuma bercanda kok barusan. Santai aja kali mas, emang aku seksi ya mas?”
Kedua tanganku kini meremas payudaraku, beberapa kali gerakan sampai kulihat wajahnya semakin kaget dan mulutnya menganga.
“Masssss…..?”
“Se se seksi sekaliiii mbak, saya sampai gak tahan liat nya.”
“Hihi gak tahan liat aku nya atau gak tahan sama punyanya mas. Tuh liat ada yang bangun loh mas!”
“Ehh iya mbak maaf, suka gak sopan emang bangunnya sembarangan hehe.”
“Sakit loh mas terkekang gitu punya mas, keluarin aja gapapa kok!”
“Hhaaahhh????? Mbak gak salah bilang kan?”
“Nggak kok mas, aku nyuruh mas keluarin punya mas biar gak sakit.”
“Serius mbak gapapa?”
“Emmm jangan deh mas, nanti aku diperkosa lagi sama burungnya mas. Gak mau ahhh jangan deh mas jangan dikeluarin. Aku takut!”
“Yahhh kok gitu sih mbak, tadi bilangnya boleh mbak!”
“Emmm gimana ya, asal burung mas janji baik sama aku sih yaudah deh boleh. Tapi janji dulu!”
“Iii iiya mbak saya dan burung saya ini berjanji bakal baik sama mbak nya, sumpah.”
“Hihi semangat gitu mas bilangnya. Emm tapi gak gratis loh mas!”
“Ehhh bayar mbak?”
“Heem.”
“Berapa mbak?”
“Hmmm berapa ya? Seikhlasnya mas aja deh, aku gak enak nentuin tarifnya hihi takut kemahalan nanti masnya gak jadi kalau kemurahan malah aku yang rugi. Seridhonya mas aja, nanti mas boleh sambil coli deh liatin aku ganti celana dalem sama bh. Tapi janji burungnya harus baik sama aku.”
“Waaahhhhh mimpi apa semalem saya mbak, gak nyangka saya sekarang bisa coli sambil liatin badan telanjang mbak. Iya mbak iya saya siap bayar mbak, tenang aja!”
“Oke deh mas, deal ya?”
“Deal mbak! Aku keluarin ya mbak.”
“Apanya mas yang dikeluarin?”
“Burung aku mbak, udah siap terbang ini.”
“Yakin burung mas, bukannya itu kontol ya mas?”
“Ehhh kok mbak bilang…….”
“Memang itu kontol kan mas, aku ngga salah kan?”
“Ii iya mbak, ini kontol! Mbak bener banget gak salah kok.”
Aku lihat dia merasa kaget saat aku bilang kontol barusan. Biasa aja kali mas aku kan udah biasa bilang kaya gitu hihi.
Dia mulai mengeluarkan burungnya ehh bukan maksud aku kontolnya. Sudah tegak sempurna ternyata, ukurannya sih biasa aja ya standar sih. Lumayan lah, ya udah lah ya gak akan aku apa apain ini. Dia masih berdiri, kemudian menurunkan celana hitam panjang nya beserta celana dalamnya sekalian sampai lutut lalu ia duduk kembali dikursi sambil tangan kanannya mengelus elus batang kontolnya.
“Udah tegang aja mas kontolnya, udah gak kuat ya? Hihi, ayo mas kocok terus. Semangat!”
“Iya mbak ini saya kocok kontol saya, aaahhhhh… Enak banget mbak bisa coli sambil liatin badan telanjang mbak yang seksi… Aahhhhh.”
“Iya mas, nikmatin ya selagi ada jarang jarang loh aku gini ke orang lain. Mas jadi satu satunya cowok yang beruntung loh mas!”
“Iya kah mbak, waahhhh emang beruntung saya mbak hari ini. Makasih ya mbak, makasih banyak.”
“Iya mas sama sama. Aku pakai yang bikini ini ya mas, yang pilihan mas tadi.”
“Iya mbak silahkan…. Aahhhh.”
Aku mengambil celana dalam model bikini yang bertali di kedua sampingnya. Hemmm…. Aku ada ide!
“Mas tolong bantu iketin ya!”
“Bo boleh mbak. Sini saya bantu iket.”
Aku memakainya, mendekat ke arah dia. Tangannya bergetar meraih tali lalu mencoba mengikatnya, sebelah kiri dan sebelah kanan ketika aku berbalik.
“Sudah mbak!”
“Ehh, arggghhh…. Nakal deh mas, kontolnya udah baik malah tangan mas nya yang nakal. Dasarrr!”
Pantatku diremas tiba tiba oleh tangan kirinya, membuatku sedikit kaget tapi ya gak masalah lah ya dikit ini kok hihi.
“Hhe maaf mbak gak tahan pengen megang mbak. Sumpah pantat mbak montok banget, bahenol mbak seksi!”
“Ihhh dari tadi muji aku terus, makasih loh mas. Sekarang iketin bh nya ya mas, tolong!”
“Oke mbak.”
Aku memakai bh model bikini yang juga bertali, tali atasnya aku sampirkan di leher sementara tali belakangnya di ikat oleh si mas. Lagi lagi aku merasakan tangannya bergetar kali ini kulitnya lebih banyak menyentuh kulit punggungku.
“Sudah mbak.”
“Aaahhhh nakal deh tangan mas nya, dasar ihh!”
Lagi lagi tangannya meremas pantatku, kali ini dengan kedua tangannya cukup lama mungkin ada sepuluh detik ia menikmati pantatku. Ku biarkan saja, tidak apa dia menang banyak dari tubuhku yang penting sesuai dengan bayarannya nanti hihi.
“Gak gratis loh mas megang megang pantat aku, ada bayarannya!”
Aku maju mendekat ke cermin, memperhatikan diriku dari pantulannya. Seksi sekali aku saat ini.
“Tenang mbak uang mah gak seberapa, yang penting saya bisa ngerasain pantat bahenolnya mbak.”
“Aseeekkkk, mahal loh tapi mas. Mas sanggup nggak?”
“Aman mbak, berapapun mbak minta nanti saya kasih tenang aja.”
“Yeeeyyyy bener ya mas? Suka deh aku sama masnya hihi. Mas mau pegang pantat aku lagi?”
“Mau banget mbak.”
“Sini mas deket ke aku!”
“Iya mbak.”
Dia bangun dari duduknya, lalu melepaskan celana dalam dan celana panjangnya yang tadi masih sempat tertahan dilututnya. Kemudian berjalan mendekatiku dan langsung saja tangannya meremas kedua bongkahan pantatku. Meremasnya dengan keras tanpa ampun.
“Pelan pelan ihhh mas, sakit tau! Mau kemana sih buru buru amat?”
“Hehe maaf mbak gak tahan saya, suka banget sama pantatnya mbak. Putih mulus kenyal mbak enak banget buat di remes.”
“Iya tapi jangan keras gitu dong mas kan sakit pantat aku nya!”
“Iya iya mbak maaf. Mbak boleh pegang susu mbak juga nggak?”
“Boleh mas, tapi nambah lagi bayarannya hihi.”
“Oke mbak siap.”
“Oke sip mas hihi. Ayo sini pegang! Mas mau aku hadap mas atau gini aja?”
“Gini aja deh mbak, gapapa.”
“Oke.”
Tangannya kini sudah hinggap di kedua payudaraku tidak menyentuh langsung karna bikininya masih ku pakai, emm mungkin belum kita tunggu saja aksinya kedepan.
“Aaahhhhh masss enak.”
Kedua tangannya mulai meremas kali ini lebih lembut kurasakan. Baguslah ia sudah paham.
“Iya mbak, aahhhh ternyata susu mbak lebih kenyal besar lagi mbak. Pentilnya udah keras loh ini mbak!”
“Ya gimana gak keras orang mas remes gitu, disentil sentil lagi.”
“Hehehe iya mbak, enak banget mbak susu mbak ketagihan saya ini.”
Kedua tangannya semakin intens meremas payudaraku, kadang ditekan kadang saling ditempelkan hingga kedua payudaraku terjepit. Kini tinggal satu tangannya saja yang bermain di payudaraku, satunya lagi turun ke pinggangku berusaha melepas ikatan celana dalam bikiniku.
Yang bagian kanan sudah terlepas ikatannya, selanjutnya bagian yang kiri kini sudah terlepas juga. Namun kain itu masih tersangkut diselangkanganku.
“Kok dilepas mas ikatannya?”
“Hehe nanggung mbak, boleh ya?”
Tanpa menunggu persetujuan dariku, ia langsung menarik celana dalam bikiniku ke belakang dan ia lempar ke tumpukan celana dalam lainnya di sebelah kanan kami. Lalu kontolnya ia selip kan di selangkanganku diantara kedua paha dalamku, kulitnya menggesek bibir vaginaku.
“Eemmpppphh, kok di selipin disitu sih mas kontolnya? Gak ahh mas jangan, aku takut! Tadi kan udah janji kalau kontol mas mau baik sama aku.”
“Hhe cuma dikit kok mbak nakalnya, janji deh cuma selipin doang gak akan sampe masuk.”
“Awas ya aku pegang janji mas, awas aja kalau macem macem ke memek aku bakal aku laporin ke ayah aku.”
“Loh kok malah ke ayah mbak, kan harusnya ke pihak yang berwajib mbak.”
“Emang mas mau aku laporin ke pihak yang berwajib?”
“Ya engga dong mbak, jangan!”
“Yaudah aku laporin aja ke ayah aku biar dijewer kupingnya sampe merah hihi.”
“Tenang aja mbak, saya kan gak ngapa-ngapain mbak cuma nyelip dikit doang kok.”
“Udah ahhh mas cabut, takut khilaf mas nya ntar aku jadi gak perawan lagi deh.”
“Waaahhh mbak masih perawan toh?”
“Iya mas makanya aku takut kalau mas khilaf nanti, jangan ya mas please. Aku percaya kok sama mas, mas orang baik. Ya mas cabut!”
“Iya deh mbak, saya cabut.”
Dia mencabut kontolnya dari selangkanganku, lalu mundur satu langkah menjauh dariku. Aku berbalik, kini aku menghadapnya.
“Makasih ya mas.”
“Maaf ya mbak, saya gak tau mbak masih perawan. Maaf juga kalau bikin mbak takut tadi. Mau tak pakein lagi celana dalamnya mbak?”
“Iya mas gapapa, gak usah deh mas udah nanggung juga. Aku lepas bh nya sekalian ya!”
“Ehhhh?”
Aku lalu melepaskan bh ku, kini aku kembali telanjang dihadapannya.
“Diselipin disini aja mau gak mas?”
Aku menunjuk kedua payudaraku, kulihat wajahnya melongo seakan kaget dengan penawaranku yang tiba tiba.
“Di susu mbak?”
“Iya di susu aku.”
“Kontol saya di selipin di susu mbak?”
“Iya mas, kalau yang ini boleh deh buat kontol mas aku gak akan khawatir.”
“Ma ma mau dong mbak kalau gitu mah.”
“Yaudah ayo, aku jongkok ya mas.”
Aku kemudian jongkok didepan dia, kontolnya langsung aku selipkan di sela sela payudaraku. Aku tekan keduanya sampai kontolnya terjepit.
“Ayo mas gerakin, anggap aja mas lagi ngewe aku ya. Nikmatin mas selagi ada hihi.”
“Iii iiya mbak, gak nyangka saya bisa ngewe susu mbak yang alim ini.”
Si mas mulai menggerakan pinggulnya perlahan menikmati setiap sentuhan batang kontolnya di kulit payudaraku.
“Kok alim sih mas, kalau aku alim mah gak akan kaya gini kali mas.”
“Ohhhh iya, jadi mbak ini ukhti binal dong?”
“Yups, betul mas sebut saja aku ukhti binal yang sekarang susu nya lagi di entotin kontol mas. Ayo mas genjot lebih cepet, keluarin mas keluarin aja di susuku ini.”
“Iya mbak, aaahhhhhh enak banget susu mbak kenyal anget mbak. Kontol saya keenakan mbak.. aaaahhhhhhh….”
Sssrrrttt… Sssrrrttt… Sssrrttttt…
“Aaaaaahhhhh gak kuat saya mbak, pengen keluarrrrrrr……”
“Iya mas ayo keluarin, genjot lebih cepet mas… Aahhh mas kontol mas enak mas, susu aku sekarang buat mas. Ayo mas keluarin sperma kamu mas, susu aku udah siap nampung semua sperma kamu mas.
Aaahhh… Ahhhh.. aaaaahhhhh…masss……”
“Mbak kontol saya gak kuat mbak, saya kkkeelluuuaaaarrr mbakkkk…..aaakhhhhhh….”
Ccrrooottt… Crrot…ccrrroootttt…..
Spermanya muncrat diatas payudaraku, banyak banget aku rasa kentel lagi warna putih bersih. Enak nih kayanya, aku cobain ah nanti hihi.
“Hhaahhh.. hhahhh.. haahhh…. Lemes banget saya mbak gak kuat berdiri ini.”
Si mas langsung terduduk dilantai, kedua kakinya selonjor ke depan. Namun ada satu yang menarik perhatianku, ya kontolnya masih tegak berdiri meski tak sekeras tadi.
“Mas kok kontol mas masih tegak aja sih, jadi suka deh aku perkasa gitu hihi. Boleh aku emut gak mas sambil bersihin sisa sperma mas?”
“Haahhh??? Mbak mau ngemut kontol saya? Beneran mbak?”
“Iya mas, kalau di bolehin sih.”
“Ya tentu boleh dong mbak, ayo mbak di emut aja! Tapi pelan pelan ya mbak kepalanya masih linu hehe.”
“Oke mas siap.”
Tangan kananku menggenggam batang kontolnya, mulutku mendekat lalu….
“Cuuppp….”
Aku mengecup kepala kontolnya, lalu menjilat lubang kencingnya.
“Aaarrggghhhhh mbak, enak mbak tapi linu dijilatin gitu… Aahhhhh…”
“Tahan ya mas, bentar lagi bersih kok.”
Aku kembali menjilati kepala kontolnya yang berwarna merah gelap, ku pastikan sisa sisa spermanya sudah bersih disana. Aku kemudian menjilati bagian bawah batang kontolnya keseluruhan dari ujung ke ujung.
“Aaaarrggkkkhhhh mbak geli mbak.”
Ku emut kepalanya kemudian, lalu ku sedot dengan kencang sampai pipiku kempot ku rasakan.
“Aarrrggkkhhh mbak cukup mbakkkk liinuuuu bangetttt mbak, udah mbak udah….. Cukup mbak, gak kuuuattt sayaaa mbakkkk.”
“Eemmmmm…. Mmuuuaacchhhhhh…. Hihi maaf ya mas keenakan aku nya.”
Aku mencabut mulutku dari kepala kontolnya. Posisiku masih disitu, bersujud di depan kontol si mas tapi kini badanku sudah aku tegakkan.
“Masih linu ya mas? Padahal aku mau ngasih bonus loh buat mas yang terakhir sebelum aku pulang!”
“Hahhhhh? Apa itu mbak?”
“Eeemmmm mas tahan ya, kalau masih linu bilang aja nanti aku berhenti atau gausah aja sekalian hihi. Bentar aku lap dulu sperma mas di susu aku, banyak banget ihhh mas.”
Aku lalu berdiri mengambil tisu di dalam tas kecilku. Ku ambil beberapa lembar lalu aku lap spermanya sampai bersih.
“Siap ya mas?”
“Emang mbak mau apa?”
“Sssstttt … Nikmatin aja!”
Aku kemudian naik ke atas selangkangan si mas, tanganku mendorong pelan dadanya agar ia berbaring di lantai. Ku duduki kontolnya, kini bibir vaginaku kembali bersentuhan dengan batang kontolnya. Aku mulai menggerakan pinggulku maju mundur secara perlahan, nikmat rasanya kepala kontolnya menekan nekan klitorisku.
“Aaaahhhhh…. Masssss…”
Aku mendesah menikmati kenikmatan ini.
“Mbak enak mbak, terus gesekin memek mbak di kontol saya mbak…. Aahhhhhh.”
“Iya mas, mas mau nyusu juga ngga?”
“Boleh mbak?”
“Boleh, tapi ada tambahannya lagi hihi.”
“Beres mbak aman.”
“Yaudah, nih mas nyusu sepuasnya deh!”
Aku mendekatkan payudaraku ke wajahnya, dan tanpa lama mulut si mas langsung saja menyosor putingnya. Kedua tangannya pun tak tinggal diam, mereka meremas payudaraku dengan semangat.
“Aahhh mas pelan aja mas, ga usah kenceng kenceng gitu. Aku kan ada disini gak kemana mana kok.”
“Eeuummphh.. eeuummphh.. eummphh…..”
“Sssluuurrppp.. sslluurrpppp.. sslluurruppp…”
“Aaakkkkhhhh…. Cuuupppp…ccuupppsss…”
“Mmuuuaaachhhhh……mmuuaachhh…”
“Sslluuurrppp…..”
“Aaaarrggghhh massss geliii massss… Tapii enakk.”
“Hhe sayang mbak kalau gak dinikmatin semuanya, kapan lagi kan. Mbak terus gesekin yang kenceng mbak. Kontol saya udah mau keluar lagi ini, gak tahan sama gesekan memek mbak.”
“Iya mas aku kencengin ya!”
Aku menambah kecepatan gerakanku, pinggulku maju mundur dengan ritme yang kencang.
“Aaahhh mas enak masss…”
“Iya mbak terus mbak, saya keluaarrrrr….”
Ccrroott.. ccrroott.. ccrroottt…..
“Haaahhhh.. hahhhhh…. Makasih ya mbak, enak banget kontol saya… Huuuuuhhhhhhh… Lemes mbak….”
Aku ambil lagi tisu beberapa lembar lalu ku lap ceceran sperma yang ada diperutnya yang sebagian mengenai perutku juga. Aku lap semuanya sampai bersih.
“Udah yu mas, udah kelamaan kita disini. Kok gak ada yang mergokin kita sih mas, pasar ini memang sepi pengunjung ya?”
“Bentar mbak lima menit ya! Memang sepi mbak, ramenya ya waktu libur aja, hari minggu. Kalau hari hari biasa ya kaya gini sepi. Jadi aman kok mbak, gak ada yang tau hehe.”
“Ohh gitu ya mas, oke deh kalau gitu.”
Aku lalu memakai kembali pakaianku, di mulai dari bh lalu celana dalamku. Tapi aku berhenti sejenak saat akan memakainya.
“Mas! Mas mau celana dalam aku nggak? Kita barter!”
“Beneran mbak? Mau dong.”
“Yaudah nih, maaf ya aku lempar.”
Aku melempar celana dalamku ke arah perutnya dan dengan sigap ia menangkapnya.
“Barter sama yang mana nih mas?”
“Itu ambil semua aja mbak, saya kasih gratis buat mbak!”
“Hahhh yang bener mas? Mas gak bohong kan?”
“Iya mbak serius saya, ambil aja semua buat mbak!”
“Yeeeeyyyy makasih banyak ya mas. Nih sekalian sama bh aku juga mas.”
Aku melepas bh ku lalu melemparkannya pada si mas.
“Makasih ya mbak, buat penglaris di toko siapa tau jadi nambah rame yang beli.”
“Hihi bisa aja mas ini, dasssaarrr!”
Aku kemudian memakai pakaianku kembali, kali ini aku tidak memakai dalaman. Biarlah meski aku ada banyak pilihan tapi tidak ku pakai saja, harus ku cuci dulu biar bersih dan terbebas dari kuman serta bakteri. Aku gak mau vagina dan payudaraku alergi, terus gatel gatel. Nggak deh, gak mau.
Sudah rapih, aku bercermin sejenak merapikan pakaianku. Aku lantas mengajak si mas untuk segera bangun dan memakai celananya lagi.
“Mas ayo, istirahatnya di toko aja nanti kan bisa!”
“Iya mbak iya.”
Dia berdiri dan langsung memakai celananya. Akhirnya selesai juga eksibku kali ini, tinggal sama Pak Imron berikutnya hihi. Kami berdua berjalan ke arah toko lalu sampai disana. Kulihat ya memang sepi keadaannya belum banyak pengunjung yang berlalu lalang. Hanya para pedagang yang sedang mengobrol satu sama lain. Semoga saja mereka tidak curiga dengan kedatangan kita berdua yang bersamaan.
“Sini mbak, saya kantongin dulu.”
Aku memberikan semua celana dalam dan bh pilihanku padanya, lalu ia memasukan ke dalam kantong kresek warna hitam.
“Ini mbak.”
“Makasih banyak ya mas, ini aku terima ya!”
“Iya mbak sama sama. Oh iya saya boleh minta nomor mbak?”
“Buat apa mas?”
“Buat nawarin dagangan saya hehe.”
“Heemmm alibi mas mah, buat nawarin dagangan atau buat nawarin kontolnya?”
“Ehhh mbak jangan keras keras, nanti ada yang denger bahaya!”
“Ehehe iya maaf mas, yaudah nih catet 0869 xxxx xnxx.”
“Oke mbak makasih ya! Oh iya ini, bentar mbak….”
Dia mengambil dompet dari laci meja dagangnya lalu mengeluarkan uang lembaran merah sebanyak lima lembar. Ia berikan kepadaku.
“Ini mbak, diterima ya!”
“Lima ratus ribu mas?”
“Iya mbak cukup kan? Atau kurang?”
“Emm cukup mas cukup kok, tapi mas ikhlaskan ngasih uang ini ke aku?”
“Ikhlas dong mbak, saya kan udah dikasih enak nya sama mbak. Sampe ngecrot dua kali lagi, bisa remes remes susu mbak juga udah bersyukur saya. Cuma belum bisa buat mbak keluar aja hehe keburu abis waktunya. Ehh dari tadi saya belum tau nama mbak!”
“Ohh iya kita belum kenalan ya mas. Aku Adel mas! Gapapa ko mas mungkin lain kali hihi.”
“Saya Tio mbak. Oke deh kalau butuh lagi saya hubungi mbak ya.”
“Yaudah saya terima ya uangnya mas, makasih banyak mas Tio udah di kasih daleman gratis juga.”
“Iya sama sama mbak Adel.”
“Pamit ya mas, assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam, hati hati dijalan mbak.”
“Iya mas.”
Aku pergi meninggalkan toko si mas, berjalan menyusuri lorong pasar sambil membawa belanjaanku. Oh iya tadi belanjaanku aku titip ke si mas ya lupa diceritain tadi hehe. Aku keluar pasar melangkah menuju ke parkiran motor tempat Pak Imron menungguku, tapi tak kutemukan dirinya hanya motornya saja yang kulihat. Namun dari sebelah kiri aku mendengar teriakan seseorang memanggilku.
“Mbak! Saya disini….”
“Aku menoleh ke arahnya, lalu melihatnya.”
Oh Pak Imron, ternyata dia nunggu aku disana. Disebuah saung tempat beristirahat mungkin ya, sepertinya begitu sih.
“Ayo pak kita pulang!”
Pak Imron segera berjalan ke arahku.
“Belanja apa aja sih mbak, mbak darimana? Lama bener mbak.”
“Hhe maaf ya pak lama nunggunya, ada urusan sebentar tadi sama pemilik toko hihi.”
“Yaudah ayo mbak udah mendung banget ini, kita bakal kehujanan deh mbak kayanya.”
“Ayo pak, belanjaannya digantung didepan ya pak!”
“Iya mbak sini!”
Pak Imron menggantung belanjaanku di cantolan motornya. Kami berdua segera pergi meninggalkan pasar karena langit sudah semakin mendung, awan hitam sudah berkumpul diatas kepala. Tinggal menunggu waktu pasti air dari langit akan jatuh menimpa bumi, menimpa kami.
Motor melaju dengan kecepatan sedang, Pak Imron mungkin gak berani ngebut juga takut kali bawa aku hihi. Jalan mulus sudah terlewati kini kami masuk lagi melewati jalan becek yang berlubang.
“Mbak roknya mau dilepas lagi?”
“Gak usah deh pak, mau pulang ini kalau kotor juga tinggal cuci. Lanjut jalan aja pak udah mulai gerimis ini!”
“Iya mbak, gimana dong?”
“Bapak gak ada jas hujan?”
“Gak ada mbak, gak punya saya.”
“Hemm ya udah deh pak kita hujan hujanan aja kalau gitu. Udah lama juga aku gak hujan hujan pak hihi.”
“Yaudah deh mbak, tapi didepan ada saung gitu deh mbak kita bisa neduh disana. Kalau keburu itu juga mbak hehe.”
“Itu sih masih jauh pak, hujannya udah mulai turun ini.”
“Ya mau gimana lagi mbak, terima nasib aja kita kehujanan.”
“Iya pak.”
Hujanpun mulai turun dengan derasnya, membasahi baju yang kami pakai. Kuyup, basah semua sampai ke dalam dalam terasa hingga pori pori kulit. Perjalan ke rumah masih jauh, jalanan semakin becek dan licin. Lubangpun semakin tak terlihat tertutup genangan air. Sesekali motor Pak Imron menggilasnya menyebabkan motornya oleng ke kanan dan ke kiri. Tapi ia tetap teguh berusaha untuk menstabilkan stang motornya dengan kekuatan otot lengannya yang kekar.
Meter demi meter telah kami lalui, udara dingin semakin terasa ditubuhku. Sampai tiba tiba petir menyambar dengan keras membuat kami berdua kaget seketika dan berteriak.
“Jelegeerrrrrr…..”
Suara petir itu begitu keras terdengar di telinga.
“Aaaaaakkkkkhhhhh… Astaghfirullah, astaghfirullah hal adzim…..”
“Astaghfirullah mbak… Keras banget petirnya.”
“Astaga, iya pak kenceng banget ihhh. Aku takut pak, saung nya dimana sih pak? Masih jauh nggak?”
“Harusnya sih didepan mbak, bentar lagi sampe kalau nggak salah didepannya ada pohon deh mbak.”
“Iya pak kita neduh dulu disana aja ya, aku takut kesamber petir kalau dilanjut.”
“Iya mbak, ya saya juga takut mbak sama. Nah itu mbak didepan udah keliatan!”
“Iya pak, ayo kesana dulu.”
Kami sampai didepan saung yang di jelaskan Pak Imron, saung sederhana dari kayu dan bambu tempat beristirahat petani yang mempunyai kebun didepannya.
Motor Pak Imron berhenti dan parkir di samping saung itu. Posisi saung agak masuk ke dalam kebun, tidak pas disamping jalan jadi agak tertutup oleh pagar kebun yang tersusun dari pohon singkong. Ada pohon nangka di dekat jalan masuk ke saung ini, jadi saung ini mungkin akan terlihat samar dari jalan.
Aman berarti hihi.
Aku kemudian masuk ke saung itu lalu duduk disana, sementara Pak Imron tangannya dengan cekatan mengambil kresek belanjaanku lalu membawanya dan menyimpannya di pojokan saung. Ia lalu duduk di pinggir saung kakinya menjuntai ke tanah.
“Bakal lama deh mbak hujannya, ini sih badai mbak bukan hujan biasa.”
“Iya pak, bakal lama ini. Gimana dong mau lanjut aja? Tapi aku takut petir pak.”
“Iya mbak sama saya juga, kalau kesamber sih nyawa saya melayang mbak.”
“Betul itu pak, terus gim……..”
Jeleeeegeerrrr……….
Suara petir kembali menyambar dengan kerasnya, membuat kami kaget terutama Pak Imron. Ia sampai melompat dari pinggir saung dan sekarang duduk ditengahnya.
“Astaghfirullah mbak, kaget saya lagi diomongin langsung muncul aja itu petir. Bikin jantungan aja, huuuuuhhhh…”
“Ahahaha iya ya pak tiba tiba aja muncul, bapak sampe loncat gitu.”
“Laahhh malah ketawa si mbak mah, orang lagi ketakutan juga.”
“Hihi iya pak maaf, habisnya bapak lucu kagetnya.”
“Gimana nih mbak bisa sampe sore ini kalau nunggu hujannya reda?”
“Ya gimana pak, ga ada pilihan deh. Kita harus nunggu sampe hujannya reda emang bapak mau kalau kesamber petir?”
“Ya enggak dong mbak, gak ada deh orang yang mau kesamber sama petir.”
“Yaudah kalau gitu pak, berarti kita harus nunggu disini sampe hujannya berhenti atau nggak sampe kecil deh, biar gak ada petir yang menyambar.”
“Yaudah deh mbak.”
“Dingin ya pak?”
“Kan lagi ujan mbak, ya dingin dong.”
“Iiihhhh maksudnya ini pak baju aku kan basah jadi makin dingin gitu.”
“Ohhh ya gimana mbak kan gak bawa baju ganti.”
“Iya sih pak, apa aku buka aja ya pak?”
“Ehhh kok dibuka mbak, kan ada saya disini mbak gak malu?”
“Ya malu sih pak tapi ya dingin kalau tetep dipake.”
Aku kemudian membuka kancing cardigan ku yang paling atas.
“Ehh mbak beneran di buka?”
“Iya pak, gapapa deh pak ga ada orang lain ini.”
“Lah kan justru ada saya mbak, saya bisa liat nanti.”
“Ya biarin, bapak liat aja!”
“Laaahhhhh…..”
“Mau liat gak pak?”
“Hhe ya kalau ditawarin mah mau mbak hehehe.”
“Hemm tuhkan ujung ujungnya mah mau.”
Aku lalu meneruskan membuka kancing cardiganku dan melepasnya. Ku buka juga hijabku kemudian kaos putihku. Kedua payudaraku langsung terpampang di hadapan kedua mata Pak Imron. Ku lihat dia, lucu memang ekspresi wajahnya membuat ku tertawa kecil.
“Hihi gitu banget pak liat susu akunya!”
“Besar mbak, putih lagi. Pasti kenyel ya mbak?”
“Iya dong pak, bagus kan? Bapak mau pegang?”
“Bagus banget mbak, bo bo boleh emang mbakkk?”
“Ya nggak dong pak hihi.”
“Yahhh kirain boleh mbak.”
“Pak Imron gak kedinginan? Buka aja bajunya pak!”
“Gak usah deh mbak malu saya, buka buka baju di depan perempuan.”
“Alah Pak Imron ini, buka baju malu tapi ngeliatin kontolnya gak malu. Dasarrrr…. Udah pak buka aja biar kita sama sama bugil di saung ini, mau aku yang bukain pak?”
“Ehhh mbak…..”
Aku langsung mendekati tubuh Pak Imron, tanganku langsung saja melepas jaketnya lalu disusul dengan kaos oblongnya. Waaaawwww aku terkesima dengan bentuk badannya, meski tidak besar tapi otot ototnya terbentuk. Dadanya bidang perutnya sixpack bahunya juga terlihat kekar di mataku. Wahhh kuli bangunan memang beda ya badannya, bikin sange hihi.
“Waawww bagus banget badan bapak, aku suka deh sama perut cowok yang sixpack kaya Pak Imron gini pak.”
“Biasa aja kok mbak, saya udah tua apa menariknya.”
“Iihhh badan bapak tuh menarik tau dimata wanita, punya kelebihan loh pak kalau badannya bagus gitu.”
“Iya kah mbak?”
“Iya dong pak, aku aja sampai terkesima gitu liatnya. Sampai pengen megang deh pak, boleh aku pegang nggak pak?”
“Ya nggak dong mbak hehe.”
“Iiiiihhhh bapak mah gitu ihh, balas dendam ya ceritanya…. Gitu ihhh bikin aku bete aja…..”
“Ahahaha ya abisnya tadi saya gak dibolehin pegang, ya udah deh saya bales mbak. Maaf cuma bercanda mbak.”
“Gak tau ahh bete….”
“Yah kok gitu mbak, yaudah nih mbak saya bolehin pegang deh sepuasnya!”
“Gak gamau, udah gak mood aku pak.”
“Yaudah saya pake lagi aja bajunya mbak!”
“Ehh ehh jangan dong pak hehe, tadi bercanda kok pak. Aku mau pegang sebenernya penasaran kaya apa rasanya megang perut sixpack tuh kaya apa.”
Aku mengalah, ku korbankan rasa maluku untuk Pak Imron. Aku pikir dia yang akan meminta minta padaku ternyata aku salah, malah aku kini yang meminta padanya.
“Gak gamau, saya juga udah gak mood buat kasih pegang perut saya ke mbak. Mending kasih buat istri saya nanti dirumah, terus lanjut ngewe uuhhh mantap mbak.
“Aaahhhh gitu ihh bapak mah sama aku, malah mau ngewe lagi sama istrinya. Bilangnya depan aku lagi, kan aku jadi sange pak. Kalau bapak sama istri bapak, aku sama siapa pak nanti ngewenya?”
“Ya sama pacar mbak lah, siapa lagi!”
“Aku jomblo ihh pak gak punya pasangan, tega loh Pak Imron sama aku.”
“Ehehehe mau pegang perut saya?”
“Heem.”
“Oke, tapi mohon dulu sama saya hhe.”
Sialan emang Pak Imron ini kenapa jadi dia yang pegang kendali kan harusnya aku yang ngedikte dia, emang ya pengalaman berbicara buat hal hal kaya gini. Tapi gapapa lah aku ikutin aja mau nya dia, aku penasaran sama tubuh kekarnya sama biar seru aja sih. Toh kalau dia gak mau juga gak mungkin hehe kalaupun mungkin ya bakal aku paksa hihi.
“Pak Imron aku penasaran pengen banget megang perut sixpack nya bapak, bolehkan?”
Dengan nada manja aku ucapkan itu, tubuhku merangkak mendekatinya lututku aku jadikan tumpuan. Kedua tanganku meraih tangan Pak Imron, mengangkatnya lalu mendaratkannya diatas payudaraku. Aku memandangnya, lalu seketika menganggukan kepala dengan bibirku yang tersenyum berharap dia mengerti apa yang aku pikirkan.
Dan benar saja kedua tangannya meremas payudaraku perlahan. Putingnya ia mainkan, ia tekan lalu dicubitnya dengan pelan. Aku mendesah menikmati permainan tangannya di payudaraku.
“Aaaahhhhh, enak pak terus….. Aaahhhh…”
Kulihat wajah Pak Imron, matanya hanya tertuju pada payudaraku. Kulit wajahnya mulai sedikit memerah, mulutnya merapat tak ada sepatah katapun yang keluar. Ia terdiam dengan sajian di hadapannya.
“Pak kok bapak diem?”
“Hhe gak nyangka saya mbak, bisa ngerasain susu bagus kaya gini. Besar, kenyal, halus, mulus mbak!”
“Iya pak, susu aku punya bapak sekarang.”
Dengan nada manja aku berbisik di telinga kirinya, ia sedikit terkejut mendengar itu aku tahu karna bahunya tiba tiba tersentak.
“Yang bener mbak, susu ini pupupunya saa sayaa mbak?”
“Iya pak, nikmatin aja! Aku kasih ini buat bapak.”
“Iiiyaaa mbak.”
Pak Imron semakin gugup, tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini.
“Isep aja putingnya kalau bapak mau!”
“Boboleh mbaakkk?”
“Boleh dong, nih!”
Aku merapatkan dadaku ke kepalanya, dengan posisi kami saat ini memudahkan mulut Pak Imron untuk menghisap puting payudaraku karna posisinya yang sejajar. Pak Imron memang berpengalaman, tubuhnya memang kekar dan berotot tapi cara dia menikmati payudaraku sangat lembut. Dengan perlahan ia menghisap puting payudaraku, sesekali dijilatnya sampai basah oleh air liurnya. Lalu ia hisap tapi tidak kasar, aku suka diperlakukan seperti ini. Lemah lembut tidak grasak grusuk.
Cukup lama Pak Imron bermain di payudaraku, aku rasa ia amat menikmatinya karna saat ia bermain disana ia tak berbicara sepatah katapun. Hanya meremas, menjilat dan mengecupnya, ia terfokus di payudaraku.
“Pak?”
“Iya mbak.”
“Berhenti dulu sebentar! Suka banget ya pak sama susu aku?”
“Hhe iya mbak, seumur hidup saya baru ngerasain kalau susu itu ada yang bentuknya bagus kaya gini.”
“Emang punya istri bapak gak bagus?”
“Nggak mbak, kurang! Yang pasti gak sebagus punya mbak Adel ini. Punya istri saya mah kecil mbak, agak kendor lagi. Jauh banget sama punya mbak, sempurna kaya gini.”
“Bentar deh pak, aku buka rok aku dulu dingin lama lama.”
Aku kemudian berdiri memperosotkan rok plisketku dan melepasnya dari kedua kakiku. Pak Imron nampak kaget melihat aku yang sedang membuka rokku.
“Lohhhh mbak kok gak pake celana dalem? Lah iya mbak juga gak pake bh ya? Kemana daleman mbak, kok gak dipake?”
“Hehe iya pak, tadi pas dipasar aku kan beli daleman baru pak terus daleman yang lagi aku pake diminta sama pedagangnya.”
“Lololohhhh kok bisa gitu mbak? Gak masuk akal itu! Mbak barter? Tukeran gitu mbak?”
“Iiihhhh kepo deh bapak ini, pengen tau ya pak? Nanti sambil aku ceritain deh pak, sekarang bapak buka celananya juga ya biar sama kaya aku!”
“Kita bugil berdua mbak? Disini? Mbak gak takut apa?”
“Iya pak, nganggung kan atasnya juga udah kebuka biar sekalian sama bawahnya. Lagian sepi kan pak mana masih hujan deras ini. Gak akan ada yang lewat kali pak, kalaupun ada ya udah biarin aja.”
Tanpa menunggu persetujuan dari Pak Imron, kedua tanganku segera membuka kait celananya menurunkan resletingnya dan menarik lepas celana hitam panjang beserta celana dalam nya sekaligus.
“Angkat dikit pantatnya pak!”
Pak Imron menurutinya, ia angkat sedikit pantatnya agar memudahkanku dalam melepas celananya. Kini kami berdua sudah bertelanjang di saung ini diantara kebun dan derasnya hujan yang mengguyur.
Aku bergerak kembali mendekati tubuhnya, posisinya kini duduk dengan kedua kakinya yang lurus kedepan. Aku lalu duduk di pahanya berhadapan dengan wajahnya.
“Belum puaskan tadi pak? Ayo isep lagi susu aku pak!”
Tanpa berkata apapun langsung saja mulutnya menghisap puting payudaraku. Masih dengan lembut ia menghisapnya, sesekali ia menyedot kulit payudaraku sehingga menimbulkan sedikit bekas kemerahan disana. Diremasnya payudaraku bergantian kanan dan kiri, bila ia memainkan putingku dengan mulutnya di sebelah kiri maka payudara kananku yang diremasnya begitu juga sebaliknya.
“Aaaahhhhh enak pak, terus hisap yang kenceng pak!”
Dinginnya angin kini tak terasa di tubuhku, rasa hangat yang timbul akibat menempelnya tubuh kami menghilangkan udara dingin disekitar. Aku lalu merapatkan pinggulku ke arah perutnya, kini kontol Pak Imron sudah tergesek di vaginaku. Aku biarkan sejenak menikmati rasa hangat disana.
Lama sekali Pak Imron menikmati payudaraku, memang suka sekali ia dengan payudaraku ini. Lama lama lecet nih putingku hihi.
“Udah kali pak, lama banget main di susu akunya.”
“Hehe abis enak mbak, beneran deh pengen ngenyot terus gak berhenti.”
“Udah ahh pak nanti lecet puting aku.”
“Iya deh mbak.”
Raut wajahnya sedikit kecewa kulihat, sabar ya pak kan bisa nanti lagi hihi.
“Jangan sedih gitu dong pak, kalau sampe lecetkan gak bisa bapak kenyot lagi susu aku pak. Gimana hayo? Nanti lagi kan bisa pak, susu aku punya bapak kok sekarang hihi.”
“Hehe, ceritain yang tadi dong mbak yang mbak tukeran celana dalem!”
“Pengen tau ya pak, bapak penasaran kenapa daleman aku bisa diminta sama pedagangnya?”
“Iya mbak, saya penasaran kok bisa sih.”
“Oke deh aku ceritain ya pak.”
Pak Imron antusias untuk mendengar ceritaku, kedua tanganku melingkar di kepalanya. Sesekali aku mengusap-usap rambutnya. Gila udah kaya sepasang kekasih aja kita ini hihi ya namanya juga sange mau gimana lagi nikmati aja selagi ada.
“Tadi kan aku beli daleman ya pak, tadinya aku cuma mau beli celana dalem aja tapi dikasih bonus bh sama si pedagangnya. Ya aku kan seneng ya pak di kasih gratis gitu, terus kan banyak pilihannya banyak banget modelnya pak aku sampe bingung mau pilih yang mana. Ehh si pedagangnya nyaranin aku buat nyobain satu satu aja pak, sama dia milihin buat aku juga yang modelnya bikini. Bapak tau kan bikini?”
“Iiiiyaa mbak ttatau, yang buat berenangkan?”
“Nah iya pak yang kaya gitu, masa aku disuruh pake bikini coba buat apa kan pak. Aku kan berhijab kapan coba aku pake bikini, kan gak mungkin ya pak! Kalau aku berenang juga masa pake begituan ya aku pake baju biasa aja atau pake baju olahraga. Bener kan pak? Masa aku pake pakaian seksi ditempat umum, gak mungkin kan pak aurat aku diumbar gitu aja. Dasar emang si pedagang.”
“Ehemmm…..”
“Ehhh kenapa pak?”
“Ini mbak telanjang didepan saya, aurat mbak kemana mana ini.”
“Hehe ini kan bukan tempat umum pak, lagian ini darurat pak kita kan abis kehujanan jadi gapapa kan!”
“Heeemmmm iya deh iya mbak, lanjutin mbak hhe!”
“Oke pak, nah abis itu aku kan mau nyobain dalemannya tapi gak ada kamar gantinya pak kata si pedagang cuma ada ruangan kosong gitu dipojokan pasarnya. Ya aku iyain aja deh aku kan emang mau nyobain dulu cocok atau nggak nya pas aku pake nanti. Nah aku minta anter sama si pedagangnya pak dan dia anterin aku. Pas udah nyampe emang cuma ruangan kosong aja sih pak gak kaya kamar ganti cuma ya ada kaca cermin aja itupun udah retak retak. Si pedagang nya malah mau ninggalin aku sendirian coba pak, kan aku takut ya gimana coba pas aku lagi ganti celana dalem terus ada yang datang dan perkosa aku. Gimana pak?”
“Ya jangan dong mbak, kasian mbak nya.”
“Nah makadari itu pak, aku nyuruh si pedagangnya buat nemenin aku ganti daleman pak.”
“Hahhhhh beneran mbak, dia liat mbak ganti daleman?”
“Hihi belum pak, aku suruh dia nunggu diluar jagain aku.”
“Ohh tapi kok belum mbak, berarti setelah itu dia liat dong?”
“Iya pak, pas aku lagi nyobain celana dalem barunya ternyata dia ngintipin aku pak. Keliatan deh memek aku sama dia, beruntung ya pak dia?”
“Emmm hhe iya mbak.”
“Yaudah karna nanggung ya aku suruh dia masuk aja kedalem liatin aku ganti celana dalem pak, dia juga aku suruh buat bantu pakein cd sama bh yang modelnya bikini pak. Bapak tau nggak tangannya si pedagang itu nakal pak!”
“Na na nakalll mbak, nakal gimana maksudnya?”
“Iya pak, masa pantat aku tiba tiba diremes coba. Nakal kan?”
“Huuuuhhhh iya mbak itu mah nakal banget.”
“Terus gak lama dari itu, si pedagangnya pengen megang sama ngeremes susu aku juga coba pak. Ngelunjak kan pak dia sama aku.”
“Iii iiiyaaa mbak iyaa, kurang ajar emang. Terus mbak tolak dia?”
“Hihi tadinya mau aku tolak pak cuma dia mau bayar aku. Aku kan jadi bingung ya pak, akhirnya aku tolak aja bilang ke dia jangan deh mas aku kan cewek muslimah.”
“Nah bagus itu mbak, tolak aja orang kaya begitu mah udah kurang ajar sama mbak. Masa cewek muslimah berhijab gini seenaknya dipegang pegang.”
“Iya pak aku tolak dia, ehhhh tau nggak pak? Dia malah ngasih bayaran yang lebih tinggi coba, aku kan jadi tergoda pak. Yaudah aku terima aja pak tawaran dari dia hihi.”
“Hhhaaaaaahhhhhh??????? Jadi dia tetep megang susu mbak?”
“Iya pak, dia langsung remes remes susu aku sama kaya yang bapak lakuin barusan hihi.”
“Hehe, yah gimana sih mbak tadi katanya mau nolak malah dikasih juga ujung ujungnya.”
“Ya gimana ya pak rezeki kan gak boleh ditolak. Kan lumayan pak aku dapet lima ratus ribu dari dia sama itu pak celana dalem sama bh gratis.”
Aku menunjuk ke kresek bungkusan yang disimpan dipojokan saung. Kami terus mengobrol dalam posisi ini, sangat intim kurasakan seperti deeptalk sepasang kekasih saja hihi.
“Ahhh iya sih mbak lumayan juga dapet lima ratus ribu cuma buat remes remes susu doang.”
“Eiitttsss nggak cuma itu doang kok pak, masih ada yang lain juga. Aku ceritain lagi ya pak!”
“Ehhh ada yang lain lagi mbak?”
“Iya pak kan belum selesai, nah abis itu dia ngelepasin iketan tali celana dalem aku pak terus dia tarik sampe lepas. Kontolnya loh pak nyelip di memek aku, gila aku kan gak siap sama takut juga ya pak. Lagian aku kan masih perawan kalau tiba tiba dia dorong kontolnya masuk kan gawat ya pak, perawan yang aku jaga selama ini hilang gitu aja sih aku bakalan gak terima.”
“Ohhh iya iya mbak, jangan sampe lepas gitu aja sih mbak. Sayang kalau buat orang baru yang nggak mbak kenal.”
“Nah itu dia pak, perawan aku ya buat suami aku nanti kan pak. Kok dia malah nyelipin kontolnya di memek aku. Sama kaya gini sih pak, kontol bapak juga nyelip di memek aku hihi. Awas ya pak jangan sampe masuk loh.”
“Hehehe iya mbak aman, saya tau batasannya kok tenang aja.”
“Hihi makasih ya Pak Imron.”
Muuuaaacchhhhh…… Aku mengecup pipi kirinya, lalu memberikan senyuman terbaikku untuknya. Wajahnya nampak kebingungan, mungkin ia malu. Hihi sudahlah.
“Abis itu dia narik kontolnya lagi pak, soalnya aku bilang ke dia kalau jangan ngelakuin itu aku takut nantinya dia khilaf. Terus aku tawarin aja ke dia buat nyelipin kontolnya di susu aku aja. Soalnya ya aman kan pak kalau diselipin di susu.”
“Wiihhh, terus dia mau mbak?”
“Ya jelas dong pak, siapa yang bakal nolak di kasih susu aku ini hihi ya nggak pak?”
“Hehehe iya juga ya mbak, saya aja sampe ketagihan gak mau lepas dari gunung kembar yang menawan ini.”
Cuuuuppppp….. Bibir Pak Imron mengecup puting susuku sebelah kanan.
“Aahhhhhhh…… Tuhkan bapak juga sampe ketagihan gini.”
“Iya mbak, pokoknya susu mbak yang terbaik deh hehe.”
“Huuu… Dasarrr. Aku langsung aja jongkok didepannya pak kontol dia langsung diselipin di susu aku, dia genjot dengan keras pak kaya lagi ngewe aja. Gak lama dari itu dia keluar pak, mungkin karna keenakan kali ya hihi dia muncrat di atas susu aku pak banyak banget.”
“Waaahhhh susu mbak emang juara berarti mbak bias bikin kontol ngecrot. Yah berarti ini bekas kontol sama pejunya dia dong mbak? Mana saya udah emut sama jilatin lagi.”
“Hihi iya pak, udah aku lap pake tisu kok pak tapi ya belum di cuci sama sabun aja. Emmm sama udah basah kena air hujan kok harusnya sih udah bersih pak.”
“Iya mbak gapapa, susu mbak tetep enak kok hehe. Abis dia ngecrot udahan kan mbak?”
“Aku pengennya udahan pak, kan udah kelamaan juga aku inget bapak yang lagi nungguin aku di parkiran.”
“Aahhh iya mbak, saya nungguin mbak sampe abis kopi dua gelas loh mbak. Ngutang dulu sama si Bejo tukang asongan saya mbak hehe.”
“Hihi nanti aku ganti deh pak uang kopinya, maaf ya pak soalnya abis ngecrot kontol dia masih tegang aja. Aku kan jadi tergoda lagi deh pak hihi.”
“Lah masih lanjut mbak?”
“Masih pak, sayangkan kontol yang masih tegang di anggurin.”
“Aahhhh dasar mbak Adel ini, ukhti binal! Eehhhh maaf mbak maaf, salah ngomong saya. Maaf mbak maafin!”
“Iiihhh kok bapak berpikiran gitu sih sama aku, kok nuduh yang nggak nggak ke aku. Kok aku di bilang ukhti binal sih pak, maksud bapak apa?”
Aku mencoba memancingnya, seolah olah emosiku keluar. Aku berpura pura marah padanya, padahal hanya bercanda hihi.
“Ngg ngg nggaakkk kok mbakkk, gak bermaksud saya. Maafin mbak, maaf!”
“Emang kenapa kalau aku ini ukhti binal pak, bapak mau apain aku haahhh???”
“Ampun mbak ampun, jangan marah dong mbak saya bercanda tadi.”
Ekspresinya memelas, wajahnya sedikit bersedih. Pak Imron terus meminta maaf padaku hihi iya pak aku maafin, lagiankan cuma bercanda pak kok diseriusin gitu.
“Apa, apa bapak bilang? Coba ulangi lagi!”
“Saya cuma bercanda tadi mbak, sumpah.”
“Kalau bapak bercanda ya aku juga sama pak cuma bercanda ahahahaha.”
Aku tertawa lepas setelah melihat ekspresi tidak percayanya. Wajahnya melongo mendengar jawabanku.
“Aaadduuhhhh…. Sakit ihh pak, kok puting aku di gigit sih? Jahat Pak Imron…..”
Tiba tiba saja puting kiriku di gigit olehnya, tidak kencang hanya bikin kaget saja padahal lagi enak enaknya ngetawain dia ahaha.
“Mbak Adel yang jahat, kirain saya marah beneran.”
“Hihi gak kok pak, ngapain aku marah sama bapak. Bapakkan orang baik, bapak boleh panggil aku apa aja kok terserah bapak.”
“Iya mbak, ehh lanjutin yang tadi mbak.”
“Ehh iya lupa pak, sampai dimana ya tadi?”
“Kontol dia yang masih tegang mbak!”
“Ohh iya, nah setelah itu aku deketin dia lagi pak. Posisi dia kan lagi duduk ngangkang, aku langsung tindihin dia aja pak. Aku duduk di pahanya persis kaya posisi kita sekarang, terus aku dorong dia supaya tiduran dilantai. Aku gerakin deh pinggulku pak biar memek aku ngegesek kontolnya, uuuhhh enak banget pak apalagi waktu kepala kontolnya nyundul nyundul klitoris aku nikmat banget rasanya. Kaya gini nih pak.”
Aku menggerakan pinggulku juga sama dengan apa yang aku ceritakan pada Pak Imron. Ku gesekan memekku ke batang kontolnya.
“Ehhh mbak, kok?”
“Nah kaya gini pak yang aku lakuin tadi sama dia. Bapak tiduran juga ya!”
“Iya mbak.”
Aku mendorong tubuh Pak Imron untuk berbaring di lantai saung. Posisi kita sekarang persis sama dengan yang aku lakukan dengan mas Tio tadi di pasar.
Aku semakin menggeseknya, pinggulku bertambah kencang. Maju kemudian mundur, perlahan cairan memekku merembes keluar membuat gerakan yang aku lakukan menjadi semakin lancar.
“Aaahhhh… Enak pak, memek aku geli kegesek kontol bapak yang berurat ini. Aahhhhhh.”
“Sama mbak kontol saya juga enak digesekin memek mbak yang tembem ini, aaahhhhhh… Enaknya mbak.”
“Dia langsung crot lagi pak waktu aku gesekin gini… Aahhhhhh…”
“Pastilah mbak, orang enak gini memek mbak. Gak masuk aja udah seenak ini mbak apalagi sampe masuk… Aaakkkhhhhhh…..”
“Hihi bapak mau keluar juga?”
“Belum sih mbak, masih lama kayanya.”
“Berhenti dulu ya pak, aku beresin ceritanya dulu bentar lagi selesai kok. Apa gak usah di ceritain lagi?”
“Emmm ceritain lagi deh mbak, penasaran daleman mbak kemana tadi!”
Aku turun dari atas badan Pak Imron, lalu ikut berbaring disebelah kanannya. Tidak sepenuhnya berbaring posisiku agak menyamping ke arahnya. Aku tergoda dengan bentuk perutnya yang sixpack, menggiurkan menurutku. Tangan kiriku menopang kepalaku sementara tanganku bermain di perutnya, sesekali ku usap usap. Jari jemariku menari diatasnya.
“Ehh iya belum diceritain ya pak, jadi gini pak waktu dia udah beres crotkan aku langsung pake pakaian soalnya ya udah kelamaan bangetkan. Terus waktu aku mau pake celana dalem, aku ada ide pak buat ngasihin ke dia ehh dia mau ternyata pak. Yaudah aku kasih aja cd sama bh aku terus dia bilang buat barter aja sama yang aku pilihin tadi semuanya. Alhamdulillah kan pak dapet gratis, lumayan rezeki. Terus pas aku mau pamit di kasih uang deh lima ratus ribu sama dia pak, yyeeeeyyyy.”
“Hmmm ternyata inisiatif mbak sendiri, kirain dia yang minta. Bener bener ya mbak ini, emang binal.”
“Hihi biarin tapi bapak suka kan kebinalan aku?”
“Suka dong mbak, kan jadi rezeki saya juga bisa nyicipin badan mbak.”
“Enak aja nyicipin emang badan aku makanan pak di icip icip, daaasaaarrrr.”
Aku mencubit hidungnya, tidak keras hanya gemas saja hihi.
“Aduuhhhh…. Kok di cubit sih mbak.”
“Hihi abisnya bapak lucu sih jadi aku cubit deh. Perut sixpack bapak bikin aku sange loh pak, gemes pengen nyubit iiiihhhhhh…..”
“Aaawwwww, mbak mah dicubit beneran.”
“Hihi…..”
JEEELEEGGEERRRRRRR……..
“Aaaaahhhhhhhh……. Astaghfirullah pak astaghfirullah…..”
“Astaghfirullah…. Alah sia mbak, kenceng bener suara petirnya.”
Aku reflek memeluk Pak Imron, wajahku mendekap di dadanya. Ku peluk dengan erat sambil aku ketakutan akan suara petir yang menggelegar tadi.
“Iya pak ihh aku takut pak.”
“Tenang mbak ada saya kan disini, seenggaknya di saung ini kita aman mbak. Apa ini gara gara kita telanjang gini ya mbak?”
“Gatau juga ya pak, gak juga sih harusnya pak ya emang karna lagi hujan deres aja makanya ada petir.”
“Iya juga sih mbak, tapi saya jadi takut mbak.”
“Takut kenapa pak, takut petir?”
“Bukan mbak, takut karna perbuatan kita ini. Ini kan salah mbak gak seharusnya terjadi.”
“Apa iya pak? Tapi kan kita gak ada paksaan loh pak, bapak gak maksa aku. Aku pun gak maksa bapak.”
“Yeeee yang diatas kan mikirnya lain mbak, kita kan bukan muhrim aurat mbak juga ke umbar gitu aja. Ini dosa sebenarnya mbak, tapiiii………”
“Tapi apa pak?”
Aku memperhatikan wajahnya dengan seksama menunggu jawabannya yang menggantung tak selesai terucap, sampai sesuatu terjadi.
JEEELEEGGEERRRRRRR……..
Petir kembali menyambar bumi, dengan suara kerasnya mengejutkan kami yang tengah terhanyut akan pikiran pikiran liar yang menusuk sanubari. Tentang salah dan benar, tentang sebuah dosa yang coba kami nikmati.
“Astaghfirullah…..Aaakkkhhhhhhh pak takutttt…”
Aku memeluknya erat, semakin erat.
“Tuh kan mbak apa saya bilang, emang karna perbuatan kita ini petirnya jadi makin keras kan.”
“Emmm tapi aku gak percaya ahh pak sama yang begituan, toh yang denger petirnya juga bukan kita aja kan yang lagi ibadah, yang lagi berbuat kebaikan juga pasti denger suara petirnya pak.”
“Ya iya juga ya mbak, emang karna hujan aja mungkin ya.”
“Iya pak, tapi udah mulai ngecilin juga sih pak ujannya kayanya bentar lagi reda ini.”
“Iya mbak, yaudah kita siap siap pulang aja mbak kalau gitu.”
“Ihhh mau kemana pak?”
“Ya pulang mbak, kalau udah reda emang mbak mau tetep disini?”
“Iya! Tapi sama Pak Imron disini.”
“Haahhhhhh???.”
Ccuuupppppppp….
Aku mengecup pipi kanannya, ia memandangku heran. Mata kami saling bertatapan, sayu. Aku memajukan wajahku mendekati wajahnya lalu bibirku mengecup bibirnya.
Cuuuupppppppsssss… Muuaachhhh…
Pak Imron semakin bingung dengan kelakuanku, aku hanya tersenyum padanya.
“Aku pengen buat kontol bapak muncrat, Pak Imron mau?”
Pertanyaan macam apa yang aku lontarkan, udah gila. Ya pasti mau lah pake ditanyain segala, Adel Adel hihi.
Tanganku menggenggam batang kontolnya yang tegak menegang seperti rudal dengan urat uratnya yang menonjol layaknya akar pohon beringin. Begitu nyata begitu terasa. Kulit telapak tanganku jelas merasakannya. Ada sensasi tersendiri yang aku rasakan saat ini, aku sangat menikmati.
“Mau mbak, tapi …….”
Aku menatapnya dalam.
“Tapi apa pak?”
“Tapi saya gak bisa bayar mbak, kaya si pedagang di pasar itu.”
“Iiiiiiiihhhhhhhh, kirain apaan pak. Bapak gak usah khawatir buat Pak Imron aku kasih tubuh aku gratis, gak usah bayar bahkan mungkin aku yang bayar bapak nanti kalau bapak bisa bikin aku puas hihi.”
“Haaahhhh beneran mbak?”
“Iya pak, kita kan satu kampung. Bahkan mungkin kita tetanggaan, aku harus saling berbagi sama tetangga aku pak. Apalagi tetangganya baik kaya bapak, aku pasti dengan suka rela ngasih tubuh aku ke tetangga baik itu kaya Pak Imron.”
“Emang bener bener binal kamu mbak, saya nggak nyangka sumpah.”
“Hihi binal ya pak, tapi bapak suka kan?”
“Ya suka dong mbak, suka banget malahan. Udah kaya punya istri ke dua aja saya mbak.”
“Anggap aja aku istri keduanya bapak tapi jangan diseriusin ya pak, cuma pura pura aja.”
“Hehe iya mbak tenang, aman pokoknya.”
“Yaudah, kita mulai ya pak!”
“Mbak yakin kita main disini, ditempat terbuka gini? Kalau ada yang liat terus kita ketahuan gimana mbak?”
“Yakin dong pak, orang sepi gini kok daritadi kita disini juga gak ada yang lewat pak. Kalaupun kita ketahuan ya aku ajak join aja bareng kita hihi.”
“Ya salammm, gak ngerti lagi deh saya sama jalan pikiran mbak Adel ini.”
“Hihihi ya gimana ya pak, aku kan binal. Aku tuh haus akan kontol tau nggak pak, apalagi kontolnya bagus kaya punya Pak Imron ini makin tergila gila aku jadinya.”
“Yaudah mbak nikmatin aja kontol saya ini, saya kasih buat mbak Adel tercinta.”
“Aaaaaaaaa, makasih Pak Imron buat kontolnya hihi. Emmm bapak udah pernah ngerasain anal belum pak?”
“Anal? Apa itu mbak? Baru denger saya.”
“Hihihi ternyata bapak gak seliat yang aku kira, bapak polos ya ternyata. Itu loh pak ngewe dilubang bool.”
“Astaghfirullah mbak…..”
“Apasih pak kagetnya berlebihan gitu. Kan aku cuma nanya pak udah atau belum?”
“Belum lah mbak, istri saya mana mau lubang boolnya di ewe.”
“Nahhh itu pak, bapak mau coba?”
“Haahhhh? Coba? Bool pantatnya mbak Adel?”
“Iya pak, bool aku.”
“Katanya sih sakit loh mbak, waktu dimasukinnya.”
“Nggak kok pak cuma di awal aja dulu sakitnya, sekarang mah malah enak waktu lubang bool aku dimasukin kontol hihi. Ehhhhh…..”
Aku menutup mulutku, keceplosan deh. Adel Adel sering banget keceplosan hihi.
“Berarti mbak udah pernah?”
“Hehehe udah pak.”
“Alamakjang…. Yang depan masih disegel tapi yang belakang udah buka gembok ternyata.”
“Ya justru itu pak, karna yang depan masih aku segel jadi main yang belakang aja deh hihi. Enak loh pak, kata Dani sama Tono rasanya enak banget waktu kontol mereka ngewe bool aku. Bapak mau coba juga kan? Eehhhh adduhhhhhhh…….”
( Terus aja keceplosan, mulutmu itu loh Del gak bisa dijaga )
Pak Imron kaget mendengar itu, mendengar kata Dani dan Tono sampai sampai ia mengangkat badannya lalu terduduk sambil menatapku. Aku mengikutinya juga, aku duduk namun tertunduk.
“Dani sama Tono mbak? Mereka udah pernah ngerasain lubang bool mbak?”
“Iya pak, Dani yang pertama merawanin bool aku setelah itu baru Tono.”
Aku menatap wajah Pak Imron, dengan segala kebingungan dan ketidakpercayaan yang muncul diwajahnya.
“Halaaaahhhhh….. Mbak Adel mbak Adel…..”
“Bapak kenal mereka?”
“Kenal banget mbak, mereka tetangga saya kan. Orang tua mereka ya temen saya mbak. Saya liat kecilnya mereka ehh pas udah remaja malah kebagian ngewe bool mbak ahaha beruntung ya mereka.”
“Lahhh tetanggaan toh pak, rumah bapak yang mana?”
“Yang ditengah diantara rumah mereka mbak.”
“Ohhh rumah bapak yang itu.”
“Tapi jangan bilang bilang sama mereka ya mbak, malu saya hehe.”
“Iya pak aman kok, rahasia terjamin hihi.”
“Oke deh mbak.”
“Ayok pak kita mulai, bapak mau langsung ngewe bool aku atau mau aku sepong dulu?”
“Duh disuruh milih lagi, dua dua nya enak kan mbak. Terserah mbak aja deh.”
“Nggak, harus bapak yang nentuin.”
“Sepong dulu deh mbak, tapi kalau pas di sepong udah keluar nanti gak kebagian bool mbak dong. Apa ngewe bool mbak dulu ya? Ngewe bool mbak dulu deh.”
“Hihi sampai bingung gitu pak, yaudah aku sepong dulu bentaran terus abis itu baru ngewe bool aku ya pak.”
“Hehe nah gitu aja mbak.”
“Yaudah ayo pak!”
“Ayo mbak.”
Bersambung…….